Hari yang cerah ini dengan cepat Gio pergi untuk menemui pasiennya tersebut di sebuah rumah sakit jiwa di dekat daerah tempat tinggalnya itu. Ketika dalam perjalanan menuju ke sana, Gio melihat seorang gadis dengan pakaian seragam baseball di depan dirinya sedang memandangi sebuah toko yang tidak lain adalah toko pernak-pernik ulang tahun. Gio dengan perasaan yang sedikit penasaran akan hal tersebut, tidak lama kemudian dirinya menghampiri gadis tersebut yang sedang berdiri di depan toko itu sambil memandangi ke arah toko tersebut dengan wajah yang terlihat muram. Gadis tersebut berpenampilan cukup menarik dengan rambut pendek sebahu berwarna hitam dan warna matanya yang berwarna hijau terang membuat siapa pun yang melihatnya akan terpesona.
“Permisi, apa yang sedang anda lakukan di depan sini?” ucap Gio kepada gadis tersebut. Dan tidak lama kemudian gadis itu menoleh ke arahnya.
“Ah, saya hanya .... tidak. Bukan apa-apa,” ucap gadis itu. seakan dirinya sedang menyembunyikan sesuatu. Raut wajahnya tidak dapat berbohong.
“Kalau begitu. Siapa namamu?” tanya Gio dengan senyuman.
“Arnette Douman.”
“Saya Gio Valkyrie. Panggil saja Gio. Jika ada sesuatu yang ingin kau katakan, silahkan menghubungiku,” ucap Gio sambil memberikan sebuah kartu nama dirinya kepada Gadis itu dan kemudian dia pergi meninggalkannya di sana.
Gadis itu langsung mengambil kartu nama milik Gio dan seketika dirinya memandangi nama yang tertulis di kartu tersebut sambil sesekali melihat ke arah Gio yang sudah pergi meninggalkan dirinya. Arnette dengan tatapan yang sedikit muram lagi kemudian dirinya memandangi toko itu sama seperti sebelumnya. Sekarang Gio hendak menyebrangi troroar dan sesampainya dirinya di sebuah halte dan ternyata beruntung tidak lama kemudian sebuah bus datang dari arah kiri. Dengan perlahan Gio memasuki bus tersebut dan begitu dirinya duduk di sebuah kursi di tengah tidak lama kemudian datang seorang pemuda dengan terburu-buru hingga dia menjatuhkan ponselnya yang kemudian di ambil oleh Gio lalu di berikan kepada pemuda tersebut.
“Ah, maaf. Ini ponselmu terjatuh,” ucap Gio sambil memberikan ponsel yang jatuh tersebut kepada pemuda yang baru saja datang itu dengan sopan.
“Oh ya, terimakasih tuan,” sahut pemuda itu sambil mengambil ponsel yang ada di tangan Gio kemudian dirinya duduk di kursi belakang.
Gio kemudian memandangi jam tangan yang dia pakai, ternyata waktu baru menunjukan pukul 11 siang. Perjalanan yang cukup memakan waktu. Begitu dirinya sampai di sebuah rumah sakit jiwa tempat dirinya bekerja. Seseorang sudah berada di depan penjaga terlihat dari jauh rupanya seorang wanita bersama dengan seorang pria yang terlihat jauh lebih muda darinya. Gio dengan cepat menghampiri mereka begitu dirinya datang ke hadapan mereka ternyata benar. Wanita yang ada bersama pria muda itu merupakan orang yang baru saja menghubunginya dengan alasan darurat. Jika di lihat dari mana pun seperti tidak terjadi masalah yang serius.
“Maaf. Apakah anda nona Sofie yang menghubungi saya?” tanya Gio dengan ramah kepada wanita tersebut.
“Benar. itu saya. Maaf jika mengganggu waktu libur anda.”
“Tidak apa-apa. mari saya antarkan ke ruangan saya.”
Mereka bertiga kemudian meninggalkan petugas yang sedang berjaga di sana dan hedak menuju ke ruangan Gio. Sesampainya di dalam ruangan, Gio sudah duduk di kursinya dan kemudian memandangi wanita itu dengan tatapan penuh kasih. Wanita tersebut dari tadi terlihat selalu memandang ke arah bawah. Meski mereka sedang mengobrol sekali pun. Wajah yang terlihat cemas seakan dirinya menahan sesuatu.
“Apa yang akan anda bicarakan?” tanya Gio dengan nada pelan.
“Itu, sebenarnya akhir-akhir ini saya mengalami mimpi buruk. selama saya memandang sesuatu seakan seseorang mencoba untuk melukai saya.”
“Bisa anda ceritakan lebih lengkapnya?”
“Selama ini tidak tahu kenapa saya selalu mengalami hal yang mengerikan setiap kali saya bersedih. Di hadapan saya seakan ada yang mencoba untuk melukai saya dan akhirnya saya melakukan tindakan yang terlihat tidak normal. Itu lah yang di katakan oleh adik saya yang tadi.”
“Begitu rupanya. Baiklah. Jadi kapan anda sering merasakan seperti itu? apakah setiap waktu anda selalu bersedih?”
“Saya tidak ingat.”
‘Apa-apaan dia bagaimana mungkin. Tidak salah lagi,’ batin Gio
“Kalau begitu bagaimana jika anda melakukan perawatan untuk waktu yang cukup panjang? Mengingat kondisi anda yang terbilang cukup serius. Apakah anda bersedia?”
“Tentu saja. Jika itu demi kesembuhanku.”
“Okay. Perawatan akan di mulai hari ini dan seterusnya setiap 1x seminggu.”
“Baiklah dokter.”
“Apa sebelumnya anda mengalami suatu kejadian tertentu yang tidak dapat anda lupakan?”
“Itu... sebenarnya...”
Ketika wanita itu hendak menceritakan masa lalunya, tiba-tiba saja seseorang menelpon Gio sehingga dirinya harus mengangkat panggilan tersebut dan menghentikan untuk sementara wawancara yang dia lakukan.
“Tunggu sebentar.”
“Iya.”
Gio kemudian mengangkat panggilan yang tidak lain berasal dari teman lamanya dan tidak lama kemudian dirinya mengakhiri percakapannya itu dan langsung melanjutkan konsultasi yang dia lakukan. Wanita itu kemudian terdiam dan hanya melihat jari-jari tangannya saja.
“Maaf. Sampai di mana tadi?”
“Ah, sepertinya anda sudah selesai bertanya,” ucap wanita itu dengan pandangan yang terlihat cemas akan sesuatu. Gio langsung melihat ke arahnya dan benar apa yang dia pikirkan.
“Nama anda. Sebelumnya saya lupa bertanya siapa nama anda nona?” ucap Gio dengan sopan kepada wanita yang ada di hadapannya itu.
“Marry Joana.”
“Nona Marry, untuk saat ini saya hanya bisa memberikan anda obat ini. Ini akan membantu meredakan halusianasi yang anda rasakan. Selebihnya akan di tangani dengan terapi,” ucap Gio sambil memberikan obat kepada Marry.
“Iya. Terimakasih banyak dokter. Dan satu hal lagi, apakah saya dapat kembali seperti semula?”
“Iya. Tentu saja anda dapat sembuh jika rutin melakukan terapi.”
“Baiklah. Kalau begitu saya permisi.”
“Iya. Silahkan.”
Marry kemudian meninggalkan ruangan Gio dan dirinya berjalan menuju ke luar di sana pria muda yang ternyata adalah adiknya itu sedang menunggu dirinya dan mereka langsung pergi bersama. Gio yang sekarang sedang melihat rekap medis yang ada di hadapannya berisi informasi mengenai pasiennya itu yang bernama Marry Joana. Hari libur yang seharusnya dia habiskan untuk bersenang-senang dan itu ternyata hanyalah ilusi. Di hadapannya hanya kenyataan akan sibuknya pekerjaan. Begitu Gio mengetahui kondisi yang di alami oleh Marry membuat dirinya harus melakukan sesuatu. Setelah dirinya selesai dengan pekerjaannya itu tidak lama kemudian Gio mendatangi sebuah cafe dan bertemu dengan temannya yang juga merupakan seorang psikiater. Di tempat tersebut yang terlihat hijau dirinya menikmati secangkir kopi sambil mengobrol kecil.
“Dasar kau ini. Tidak pernah berubah rupanya,” ucap Dion yang merupakan temannya Gio
Mereka berdua menghabiskan waktu di cafe tersebut dengan menikmati secangkir kopi. Suasana cafe yang cukup tenang, membuat keduanya semakin menarik untuk mengobrol. Gio memang jarang sekali memenui teman dan hanya fokus dengan pekerjaannya di wailayah ini. Cukup jauh dari tempat tinggal Gio dengan rumah sakit. Karenanya dia selalu pergi mennggunakan taxi. Di sela-sela obrolan mereka mengenai pekerjaan, di sudut kursi sebelah timur seseorang memperhatikan mereka berdua. Orang itu terus mengawasi mereka hingga akhirnya Dion menyadari keberadaannya. Begitu Dion menghampirinya ternyata orang itu justru pergi dengan cepat. Mereka berdua yang merasa aneh kemudian kembali duduk dan mengobrol lagi. Dalam pikiran Gio, orang itu seperti memiliki sebuah masalah. “Hey, kau akhir pekan ada jadwal?” tanya Dion “Kebetulan tidak. Ada apa?” “Bagaimana kalau pergi memancing dan berkemah bersama dengan yang lainnya. Ku dengar mereka akan pergi berlibur musim panas. Apa kau akan
Gio sekang saat ini sudah berada di kediamannya yang sebelumnya berada di sebuah tempat makan karena hujan. Dirinya sudah berada di sofa sambil menonton acara televisi. Di sana, dirinya hanya terdiam menyaksikan acara. Kali ini jam sudah menujukan pukul 8 malam. Selama dirinya berada di rumah memang yang terlintas adalah kebosanan. Setelah selesai menonton televisi dia memutuskan untuk membuka obrolan di forum internet. Di sana banyak sekali orang yang tergabung di forum diskusinya. Gio dengan semangat melihat pemabahasan yang sedang panas di dalam forum itu dan ternyata kebanyakan hanya berisi pengelaman kerja. Tidak hanya itu saja, Gio juga kemudian di kejutkan dengan sebuah berita di internet yang tertulis seorang gadis bunuh diri setelah dia habis liburan di pantai. Di dalam artikel tersebut memuat berita itu beberapa jam yang lalu. Setelah di perhatikan ternyata wanita itu memang melakukan tindakan tersebut karena memiliki tekanan yang luar biasa dalam hidupnya. “Ini...
Lilian yang terus memandangi gadis kacamata itu kemudian dia pergi meninggalkannya karena bosan. Gadis berkacamata itu kemudian mengikutinya dan akhirnya mereka berdua bekerjasama untuk mencari dimana Eri bersembunyi. Sebelum dirinya pindah ke sekolah ini, Eri memang selalu menghilang di tengah-tengah jam sekolah. Orang-orang yang mendiskriminasinya tidak pernah merasa senang akan keberadaannya semenjak Eri di nyatakan mengalami depresi. Lilian yang mengetahui fakta itu dengan wajah terkejut mendadak diam. Gadis berkacamata itu bernama Diana. Dia sudah bisa menebak reaksi Lilian begitu mengetahui kebenarannya. Namun, semua itu tidak mengubah apa pun. Lilian tetap ingin berteman dengan Eri walau dia sudah mendengar kabar tidak menyenangkan tentangnya. Dengan senyuman cerah di wajahnya membuat Diana merasa terharu dan kemudian dia meminta maaf atas semua perbuatannya. “Kau tidak perlu meminta maaf kepadaku. Minta maaf lah kepada Eri. Dia sangat menderita bukan diriku,” ucap Li
Di dalam kamar mandi yang ada di rumahnya Eri, di sana rupanya terlihat dirinya sedang berada di bak mandi dengan darah yang bercucuran di sana sini. Semuanya begitu mengerikan hingga membuat mereka yang melihatnya langsung terkejut setengah mati. Selama ini mereka mencari keberadaannya dan ternyata tidak di temukan. Namun, kali ini mereka menemukan sesuatu yang merngerikan dan saat itu juga langsung memanggil polisi. Tidak lama setelahnya, polisi sudah datang ke lokasi dan ternyata mereka langsung melakukan penyelidikan. Selama penyelidikan berlangsung, semua orang yang ada di lokasi tersebut di minta untuk pergi. Korban kemudian di bawa untuk di lakukan otopsi. Dari apa yang di sampaikan oleh saksi, mereka menemukannya sudah dalam kondisi yang mengerikan dan itu membuat mereka tidak bisa mengatakan apa-apa karena masih panik akan kejadian yang menimpa Eri. “Mustahil. Kenapa ini bisa terjadi,” ucap Diana dengan gemetar “Ini, tidak. Mereka yang seharusnya menerima ba
Setelah berita kematian murid sekolah menengah yang bernama Eri Noel itu menjadi perbicangan publik membuat reputasi sekolah itu pun hancur dan sekarang mereka semua yang terlibat diskriminasinya terus di jatuhi hukuman walau mereka masih anak di bawah umur. Beberapa orang menilai itu adalah hal yang wajar. Karena mereka melakukan tindakan kejahatan yang menyebabkan orang lain meninggal dunia. Selama kabar ini terus menyebar kini pihak kepolisian mulai membersihkan area tempat bunuh diri dan seorang wanita tua yang merupakan pemilik kawasan rumah itu langsung menjualnya namun kepada orang luar yang tidak mengetahui apa yang telah terjadi di sana. Saat ini keadaan sudah lumayan membaik dan membuat Lilian dengan Diana merasa lega. Mereka berdua kemudian setelah menjadi saksi banyak sekali wartawan yang mendatangi mereka. Tidak hanya itu saja, beberapa orang juga menilai bahwa mereka memang anak baik yang seharusnya menjadi contoh bagi mereka. Tidak lama setelahnya, berita tersebut men
Saat ini, di kediaman keluarganya Diana. Di sana terlihat banyak keluarganya yang terdiri dari empat orang anggota keluarga tersebut kemudian mereka terlihat khawatir dengan anak perempuan mereka yang beberapa jam yang lalu pergi dari rumahnya dan tidak tahu kemana. Mereka yang semakin cemas kemudian melaporkannya kepada polisi. Di saat itu pula, mereka mulai melakukan pencarian mengenai keberadaan anak tersebut. Semua orang di keluarganya tersebut sangat panik dan tidak sedikit dari mereka merasa tenang. Kali ini tim polisi melakukan pencarian kesana kemari namun juga tidak menemukan hasil. Sampai pada akhirnya, keluarga mereka memutuskan agar polisi terus mencari keberadaan anak itu. Di berbagai sudut kota sudah di telusuri dan ternyata tidak ada. Anak itu tidak lain adalah anak yang beberapa waktu itu terkenal karena melaporkan kematian temannya yang bunuh diri beberapa hari yang lalu. Saat ini, hujan yang masih turun dengan deras membuat polisi kesulitan ketika melakukan p
Gio yang berada di dalam mimpi tersebut yang di penuhi dengan ketakuatan dalam dirinya membuatnya tidak bisa bergerak walau dirinya sangat menginginkan hal tersebut. Semua badannya seakan membeku dan dia mencoba untuk berteriak namun sia-sia. Tidak lama setelahnya dirinya kemudian berhasil menggerakan tubuhnya dan kemudian berlari menuju ke arah cahaya yang ada di belakangnya itu. dia terus berlari ke arahnya tapi ternyata tidak pernah sampai. Hingga pada akhirnya dia melihat sebuah jembatan yang ada di pijakannya dan kemudian runtuh. Dia mencoba untuk menyelamatkan dirinya dengan berpegangan kepada besi jembatan itu tapi sayangnya itu tidak berguna dan kemudian dia terjatuh ke bawah sambil berteriak. Tidak lama kemudian dia tersadar dari mimpinya dan sekarang sudah pagi. Gio baru sadar bahwa dirinya selama semalaman hanya tidur di sofa dan mengalami mimpi buruk. Melihat jam sudah menunjukan pukul 7 pagi, dia kemudian membuka gorden ruang tengahnya itu dan bergegas untuk mandi lalu
Beberapa polisi saat ini sedang menyelidiki sebuah kasus yang melibatkan seorang murid sekolah menengah atas yang di duga menghilang tanpa sebab. Mereka kini semakin mencarinya ke berbagai tempat dan semua usaha yang di lakukannya itu ternyata masih belum menemukan titik terang. Sementara itu, keluarganya saat ini sedang mati-matian mencari keberadaannya bahkan ada yang sampai merepotkan beberapa pihak. Di hari ini. Suasana di sekolahnya tampak begitu tenang tidak seperti biasanya yang terlihat sangat ramai dan orang-orang seakan terdiam dengan sunyi. Beberapa dari teman-temannya Lilian yang saat ini sedang berada di kelas, mereka seolah terlihat tidak pernah mendengar berita yang mengerikan beberapa hari terkahir ini. Suasana kelas yang terbilang aneh itu membuatnya seketika merasa tidak nyaman dan langsung pergi dari sana menuju ke toilet. Ketika dirinya sudah sampai dalam toilet perempuan, rupanya Lilian tidak pernah merasakan situasi yang tanpak sangat tidak masuk akal ini. Bahk