Share

Bab 2

Hari yang cerah ini dengan cepat Gio pergi untuk menemui pasiennya tersebut di sebuah rumah sakit jiwa di dekat daerah tempat tinggalnya itu. Ketika dalam perjalanan menuju ke sana, Gio melihat seorang gadis dengan pakaian seragam baseball di depan dirinya sedang memandangi sebuah toko yang tidak lain adalah toko pernak-pernik ulang tahun. Gio dengan perasaan yang sedikit penasaran akan hal tersebut, tidak lama kemudian dirinya menghampiri gadis tersebut yang sedang berdiri di depan toko itu sambil memandangi ke arah toko tersebut dengan wajah yang terlihat muram. Gadis tersebut berpenampilan cukup menarik dengan rambut pendek sebahu berwarna hitam dan warna matanya yang berwarna hijau terang membuat siapa pun yang melihatnya akan terpesona.

“Permisi, apa yang sedang anda lakukan di depan sini?” ucap Gio kepada gadis tersebut. Dan tidak lama kemudian gadis itu menoleh ke arahnya.

“Ah, saya hanya .... tidak. Bukan apa-apa,” ucap gadis itu. seakan dirinya sedang menyembunyikan sesuatu. Raut wajahnya tidak dapat berbohong.

“Kalau begitu. Siapa namamu?” tanya Gio dengan senyuman.

“Arnette Douman.”

“Saya Gio Valkyrie. Panggil saja Gio. Jika ada sesuatu yang ingin kau katakan, silahkan menghubungiku,” ucap Gio sambil memberikan sebuah kartu nama dirinya kepada Gadis itu dan kemudian dia pergi meninggalkannya di sana.

Gadis itu langsung mengambil kartu nama milik Gio dan seketika dirinya memandangi nama yang tertulis di kartu tersebut sambil sesekali melihat ke arah Gio yang sudah pergi meninggalkan dirinya. Arnette dengan tatapan yang sedikit muram lagi kemudian dirinya memandangi toko itu sama seperti sebelumnya. Sekarang Gio hendak menyebrangi troroar dan sesampainya dirinya di sebuah halte dan ternyata beruntung tidak lama kemudian sebuah bus datang dari arah kiri. Dengan perlahan Gio memasuki bus tersebut dan begitu dirinya duduk di sebuah kursi di tengah tidak lama kemudian datang seorang pemuda dengan terburu-buru hingga dia menjatuhkan ponselnya yang kemudian di ambil oleh Gio lalu di berikan kepada pemuda tersebut.

“Ah, maaf. Ini ponselmu terjatuh,” ucap Gio sambil memberikan ponsel yang jatuh tersebut kepada pemuda yang baru saja datang itu dengan sopan.

“Oh ya, terimakasih tuan,” sahut pemuda itu sambil mengambil ponsel yang ada di tangan Gio kemudian dirinya duduk di kursi belakang.

Gio kemudian memandangi jam tangan yang dia pakai, ternyata waktu baru menunjukan pukul 11 siang. Perjalanan yang cukup memakan waktu. Begitu dirinya sampai di sebuah rumah sakit jiwa tempat dirinya bekerja. Seseorang sudah berada di depan penjaga terlihat dari jauh rupanya seorang wanita bersama dengan seorang pria yang terlihat jauh lebih muda darinya. Gio dengan cepat menghampiri mereka begitu dirinya datang ke hadapan mereka ternyata benar. Wanita yang ada bersama pria muda itu merupakan orang yang baru saja menghubunginya dengan alasan darurat. Jika di lihat dari mana pun seperti tidak terjadi masalah yang serius.

“Maaf. Apakah anda nona Sofie yang menghubungi saya?” tanya Gio dengan ramah kepada wanita tersebut.

“Benar. itu saya. Maaf jika mengganggu waktu libur anda.”

“Tidak apa-apa. mari saya antarkan ke ruangan saya.”

Mereka bertiga kemudian meninggalkan petugas yang sedang berjaga di sana dan hedak menuju ke ruangan Gio. Sesampainya di dalam ruangan, Gio sudah duduk di kursinya dan kemudian memandangi wanita itu dengan tatapan penuh kasih. Wanita tersebut dari tadi terlihat selalu memandang ke arah bawah. Meski mereka sedang mengobrol sekali pun. Wajah yang terlihat cemas seakan dirinya menahan sesuatu.

“Apa yang akan anda bicarakan?” tanya Gio dengan nada pelan.

“Itu, sebenarnya akhir-akhir ini saya mengalami mimpi buruk. selama saya memandang sesuatu seakan seseorang mencoba untuk melukai saya.”

“Bisa anda ceritakan lebih lengkapnya?”

“Selama ini tidak tahu kenapa saya selalu mengalami hal yang mengerikan setiap kali saya bersedih. Di hadapan saya seakan ada yang mencoba untuk melukai saya dan akhirnya saya melakukan tindakan yang terlihat tidak normal. Itu lah yang di katakan oleh adik saya yang tadi.”

“Begitu rupanya. Baiklah. Jadi kapan anda sering merasakan seperti itu? apakah setiap waktu anda selalu bersedih?”

“Saya tidak ingat.”

‘Apa-apaan dia bagaimana mungkin. Tidak salah lagi,’ batin Gio

“Kalau begitu bagaimana jika anda melakukan perawatan untuk waktu yang cukup panjang? Mengingat kondisi anda yang terbilang cukup serius. Apakah anda bersedia?”

“Tentu saja. Jika itu demi kesembuhanku.”

“Okay. Perawatan akan di mulai hari ini dan seterusnya setiap 1x seminggu.”

“Baiklah dokter.”

“Apa sebelumnya anda mengalami suatu kejadian tertentu yang tidak dapat anda lupakan?”

“Itu... sebenarnya...”

Ketika wanita itu hendak menceritakan masa lalunya, tiba-tiba saja seseorang menelpon Gio sehingga dirinya harus mengangkat panggilan tersebut dan menghentikan untuk sementara wawancara yang dia lakukan.

“Tunggu sebentar.”

“Iya.”

Gio kemudian mengangkat panggilan yang tidak lain berasal dari teman lamanya dan tidak lama kemudian dirinya mengakhiri percakapannya itu dan langsung melanjutkan konsultasi yang dia lakukan. Wanita itu kemudian terdiam dan hanya melihat jari-jari tangannya saja.

“Maaf. Sampai di mana tadi?”

“Ah, sepertinya anda sudah selesai bertanya,” ucap wanita itu dengan pandangan yang terlihat cemas akan sesuatu. Gio langsung melihat ke arahnya dan benar apa yang dia pikirkan.

“Nama anda. Sebelumnya saya lupa bertanya siapa nama anda nona?” ucap Gio dengan sopan kepada wanita yang ada di hadapannya itu.

“Marry Joana.”

“Nona Marry, untuk saat ini saya hanya bisa memberikan anda obat ini. Ini akan membantu meredakan halusianasi yang anda rasakan. Selebihnya akan di tangani dengan terapi,” ucap Gio sambil memberikan obat kepada Marry.

“Iya. Terimakasih banyak dokter. Dan satu hal lagi, apakah saya dapat kembali seperti semula?”

“Iya. Tentu saja anda dapat sembuh jika rutin melakukan terapi.”

“Baiklah. Kalau begitu saya permisi.”

“Iya. Silahkan.”

Marry kemudian meninggalkan ruangan Gio dan dirinya berjalan menuju ke luar di sana pria muda yang ternyata adalah adiknya itu sedang menunggu dirinya dan mereka langsung pergi bersama. Gio yang sekarang sedang melihat rekap medis yang ada di hadapannya berisi informasi mengenai pasiennya itu yang bernama Marry Joana. Hari libur yang seharusnya dia habiskan untuk bersenang-senang dan itu ternyata hanyalah ilusi. Di hadapannya hanya kenyataan akan sibuknya pekerjaan. Begitu Gio mengetahui kondisi yang di alami oleh Marry membuat dirinya harus melakukan sesuatu. Setelah dirinya selesai dengan pekerjaannya itu tidak lama kemudian Gio mendatangi sebuah cafe dan bertemu dengan temannya yang juga merupakan seorang psikiater. Di tempat tersebut yang terlihat hijau dirinya menikmati secangkir kopi sambil mengobrol kecil.

“Dasar kau ini. Tidak pernah berubah rupanya,” ucap Dion yang merupakan temannya Gio

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status