Share

Bab 2

Penulis: Moody Moody
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-04 22:45:07

Hari yang cerah ini dengan cepat Gio pergi untuk menemui pasiennya tersebut di sebuah rumah sakit jiwa di dekat daerah tempat tinggalnya itu. Ketika dalam perjalanan menuju ke sana, Gio melihat seorang gadis dengan pakaian seragam baseball di depan dirinya sedang memandangi sebuah toko yang tidak lain adalah toko pernak-pernik ulang tahun. Gio dengan perasaan yang sedikit penasaran akan hal tersebut, tidak lama kemudian dirinya menghampiri gadis tersebut yang sedang berdiri di depan toko itu sambil memandangi ke arah toko tersebut dengan wajah yang terlihat muram. Gadis tersebut berpenampilan cukup menarik dengan rambut pendek sebahu berwarna hitam dan warna matanya yang berwarna hijau terang membuat siapa pun yang melihatnya akan terpesona.

“Permisi, apa yang sedang anda lakukan di depan sini?” ucap Gio kepada gadis tersebut. Dan tidak lama kemudian gadis itu menoleh ke arahnya.

“Ah, saya hanya .... tidak. Bukan apa-apa,” ucap gadis itu. seakan dirinya sedang menyembunyikan sesuatu. Raut wajahnya tidak dapat berbohong.

“Kalau begitu. Siapa namamu?” tanya Gio dengan senyuman.

“Arnette Douman.”

“Saya Gio Valkyrie. Panggil saja Gio. Jika ada sesuatu yang ingin kau katakan, silahkan menghubungiku,” ucap Gio sambil memberikan sebuah kartu nama dirinya kepada Gadis itu dan kemudian dia pergi meninggalkannya di sana.

Gadis itu langsung mengambil kartu nama milik Gio dan seketika dirinya memandangi nama yang tertulis di kartu tersebut sambil sesekali melihat ke arah Gio yang sudah pergi meninggalkan dirinya. Arnette dengan tatapan yang sedikit muram lagi kemudian dirinya memandangi toko itu sama seperti sebelumnya. Sekarang Gio hendak menyebrangi troroar dan sesampainya dirinya di sebuah halte dan ternyata beruntung tidak lama kemudian sebuah bus datang dari arah kiri. Dengan perlahan Gio memasuki bus tersebut dan begitu dirinya duduk di sebuah kursi di tengah tidak lama kemudian datang seorang pemuda dengan terburu-buru hingga dia menjatuhkan ponselnya yang kemudian di ambil oleh Gio lalu di berikan kepada pemuda tersebut.

“Ah, maaf. Ini ponselmu terjatuh,” ucap Gio sambil memberikan ponsel yang jatuh tersebut kepada pemuda yang baru saja datang itu dengan sopan.

“Oh ya, terimakasih tuan,” sahut pemuda itu sambil mengambil ponsel yang ada di tangan Gio kemudian dirinya duduk di kursi belakang.

Gio kemudian memandangi jam tangan yang dia pakai, ternyata waktu baru menunjukan pukul 11 siang. Perjalanan yang cukup memakan waktu. Begitu dirinya sampai di sebuah rumah sakit jiwa tempat dirinya bekerja. Seseorang sudah berada di depan penjaga terlihat dari jauh rupanya seorang wanita bersama dengan seorang pria yang terlihat jauh lebih muda darinya. Gio dengan cepat menghampiri mereka begitu dirinya datang ke hadapan mereka ternyata benar. Wanita yang ada bersama pria muda itu merupakan orang yang baru saja menghubunginya dengan alasan darurat. Jika di lihat dari mana pun seperti tidak terjadi masalah yang serius.

“Maaf. Apakah anda nona Sofie yang menghubungi saya?” tanya Gio dengan ramah kepada wanita tersebut.

“Benar. itu saya. Maaf jika mengganggu waktu libur anda.”

“Tidak apa-apa. mari saya antarkan ke ruangan saya.”

Mereka bertiga kemudian meninggalkan petugas yang sedang berjaga di sana dan hedak menuju ke ruangan Gio. Sesampainya di dalam ruangan, Gio sudah duduk di kursinya dan kemudian memandangi wanita itu dengan tatapan penuh kasih. Wanita tersebut dari tadi terlihat selalu memandang ke arah bawah. Meski mereka sedang mengobrol sekali pun. Wajah yang terlihat cemas seakan dirinya menahan sesuatu.

“Apa yang akan anda bicarakan?” tanya Gio dengan nada pelan.

“Itu, sebenarnya akhir-akhir ini saya mengalami mimpi buruk. selama saya memandang sesuatu seakan seseorang mencoba untuk melukai saya.”

“Bisa anda ceritakan lebih lengkapnya?”

“Selama ini tidak tahu kenapa saya selalu mengalami hal yang mengerikan setiap kali saya bersedih. Di hadapan saya seakan ada yang mencoba untuk melukai saya dan akhirnya saya melakukan tindakan yang terlihat tidak normal. Itu lah yang di katakan oleh adik saya yang tadi.”

“Begitu rupanya. Baiklah. Jadi kapan anda sering merasakan seperti itu? apakah setiap waktu anda selalu bersedih?”

“Saya tidak ingat.”

‘Apa-apaan dia bagaimana mungkin. Tidak salah lagi,’ batin Gio

“Kalau begitu bagaimana jika anda melakukan perawatan untuk waktu yang cukup panjang? Mengingat kondisi anda yang terbilang cukup serius. Apakah anda bersedia?”

“Tentu saja. Jika itu demi kesembuhanku.”

“Okay. Perawatan akan di mulai hari ini dan seterusnya setiap 1x seminggu.”

“Baiklah dokter.”

“Apa sebelumnya anda mengalami suatu kejadian tertentu yang tidak dapat anda lupakan?”

“Itu... sebenarnya...”

Ketika wanita itu hendak menceritakan masa lalunya, tiba-tiba saja seseorang menelpon Gio sehingga dirinya harus mengangkat panggilan tersebut dan menghentikan untuk sementara wawancara yang dia lakukan.

“Tunggu sebentar.”

“Iya.”

Gio kemudian mengangkat panggilan yang tidak lain berasal dari teman lamanya dan tidak lama kemudian dirinya mengakhiri percakapannya itu dan langsung melanjutkan konsultasi yang dia lakukan. Wanita itu kemudian terdiam dan hanya melihat jari-jari tangannya saja.

“Maaf. Sampai di mana tadi?”

“Ah, sepertinya anda sudah selesai bertanya,” ucap wanita itu dengan pandangan yang terlihat cemas akan sesuatu. Gio langsung melihat ke arahnya dan benar apa yang dia pikirkan.

“Nama anda. Sebelumnya saya lupa bertanya siapa nama anda nona?” ucap Gio dengan sopan kepada wanita yang ada di hadapannya itu.

“Marry Joana.”

“Nona Marry, untuk saat ini saya hanya bisa memberikan anda obat ini. Ini akan membantu meredakan halusianasi yang anda rasakan. Selebihnya akan di tangani dengan terapi,” ucap Gio sambil memberikan obat kepada Marry.

“Iya. Terimakasih banyak dokter. Dan satu hal lagi, apakah saya dapat kembali seperti semula?”

“Iya. Tentu saja anda dapat sembuh jika rutin melakukan terapi.”

“Baiklah. Kalau begitu saya permisi.”

“Iya. Silahkan.”

Marry kemudian meninggalkan ruangan Gio dan dirinya berjalan menuju ke luar di sana pria muda yang ternyata adalah adiknya itu sedang menunggu dirinya dan mereka langsung pergi bersama. Gio yang sekarang sedang melihat rekap medis yang ada di hadapannya berisi informasi mengenai pasiennya itu yang bernama Marry Joana. Hari libur yang seharusnya dia habiskan untuk bersenang-senang dan itu ternyata hanyalah ilusi. Di hadapannya hanya kenyataan akan sibuknya pekerjaan. Begitu Gio mengetahui kondisi yang di alami oleh Marry membuat dirinya harus melakukan sesuatu. Setelah dirinya selesai dengan pekerjaannya itu tidak lama kemudian Gio mendatangi sebuah cafe dan bertemu dengan temannya yang juga merupakan seorang psikiater. Di tempat tersebut yang terlihat hijau dirinya menikmati secangkir kopi sambil mengobrol kecil.

“Dasar kau ini. Tidak pernah berubah rupanya,” ucap Dion yang merupakan temannya Gio

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jasad di Kala Senja   Bab 147 Tamat

    Keesokan harinya. Pihak kepolisian yang sedang mengadakan upacara pemakaman Sebastian yang dihadiri oleh banyak orang. Kesedihan yang terpancar di mata mereka semua membuat tangisan yang tidak bisa berhenti. Sementara itu, Gio yang sedang berdiri di depan makamnya Damian dan meletakan bunga. Meskipun dirinya kehilangan hal-hal yang paling berharga dan bahkan kenyataan pahit yang harus ditelannya. Semua itu sudah menjadi bagian dari kehidupannya. Hidup terus berjalan. Tidak ada waktu untuk terus tenggelam dalam kesedihan. Berita yang tersebar di media bahwa kasus pembunuhan berantai yang sudah memakan banyak korban dan bahkan terjadi selama ini membuat semua orang merasa lega. Kasus pembunuhan yang terjadi di 5 tahun yang lalu pun sudah terungkap bahwa pelaku adalah orang yang sama. Mendengar berita yang sangat menggemparkan itu, beberapa dari wartawan sungguh tidak menyangka begitu juga dengan publik. Freya yang saat ini masih dalam perawatan karena luka yang dialaminya sangat parah

  • Jasad di Kala Senja   Bab 146

    Sebastian yang diam-diam membidik kepala Damian namun tidak bisa menembaknya karena orang itu terus bergerak dan kemungkinan hanya akan meleset akhirnya dirinya mengincar jantungnya dan tidak perlu menunggu lama untuk menembaknya. Suara tembakan terdengar dan ternyata mengenai sasaran. Alison yang terkejut akan hal itu kemudian dirinya menghentikan serangannya dan menodong Demian dengan pistolnya lagi. Damian yang sudah terluka kini dirinya tidak bisa lagi menghindari serangan seperti sebelumnya. Sebastian yang keberadaannya sudah diketahui, dirinya mencoba untuk berpindah namun itu terlambat karena Demian dengan cepat menembakan peluru menggunakan pistol tanpa suara ke arahnya dan tepat di kepalanya. Gio yang menyaksikan kematian Sebastian membuat dirinya merasa frustasi dan langsung datang ke arahnya sambil melihat jasadnya.“Pengganggu.”“Keparat! Beraninya kau membunuh Sebastian.”“Ah, aku benci drama.”Meski jantun

  • Jasad di Kala Senja   Bab 145

    Berdasarkan keterangan dari pihak panti asuhan yang sebelumnya menampung Gio dan Damian. Ibu pengurus panti asuhan tersebut seringkali melihat Damian yang masih berumur 6 tahun pada waktu itu. Dirinya terus menerus membunuh serangga dan bahkan hewan-hewan yang dipeliharanya pada saat itu. Melihat apa yang dilakukannya, ibu panti terkejut setengah mati namun Damian mampu memanipulasi orang dewasa tersebut seakan itu adalah kecelakaan. Semenjak saat itu, dirinya tidak dicurigai apa pun dan dinyatakan sehat secara jasmani dan rohani seperti anak-anak yang lainnya tidak terkecuali dengan Gio. Perbedaan mereka berdua yang cukup berbanding terbalik. Namun, seakan Damian sangat terobsesi kepada kakak kandungnya tersebut. Mereka ditemukan pengurus panti di balik pintu dan sampai detik ini tidak diketahui siapa orang tua kandungnya. Di sana hanya tertulis nama dari kedua bayi yang ada di dalam keranjang penuh dengan selimut. Sampai suatu ketika, Gio sudah berusia 10 tahun sedangkan Damian 9

  • Jasad di Kala Senja   Bab 144

    Kenyataan yang menyakitkan. Harapan yang tidak pernah terwujud bahkan semua itu berputar seperti lingkaran setan. Gio yang sudah menyetujui rencana mereka, kini dirinya mencoba kembali ke apartemennya. Namun, beberapa saat kemudian secara tidak terduga dirinya mendapatkan sebuah pesan peringatan dari nomor yang tidak dikenal dan memuluskan kata-kata seolah itu adalah kutukan. Dirinya yang mendadak terdiam masih membacanya dengan serius hingga sampai pada suatu kesimpulan yang membuatnya nyaris tidak percaya. Gio mengemudikan mobilnya dengan cepat menuju ke apartemennya. Sedangkan, ditempat lain Freya tertangkap orang asing dan tidak sadarkan diri.“Kenapa firasatku tidak enak,” gumam GioAlison yang dari tadi terus berada di depan monitor komputer dan terus memperhatikan radar. Tiba-tiba Freya berpindah dengan cepat dan kini berada di koordinat yang tidak termasuk ke dalam lingkungan yang biasanya dikunjunginya. Wilayah yang berada di perbatasan kota

  • Jasad di Kala Senja   Bab 143

    Freya yang sangat terkejut dengan kenyataanya membuat dirinya tidak bisa berkata-kata. Orang yang ada di hadapannya merupakan salah satu orang yang memang pernah bertemu dengannya ketika dirinya masih kuliah. Kabar yang sempat tidak pernah terdengar lagi membuat dirinya merasakan sesuatu yang tidak beres dari orang tersebut. Beberapa saat kemudian, darah terciprat dari tubuh Freya dan membuat dirinya nyaris kehilangan kesadaran untuk yang kedua kalinya. Rintihan terus terdengar dibalik alunan musik klasik yang diputarnya. Suara tawa yang semakin lama semakin keras membuat Freya ketakutan. Tidak lama kemudian, suara tembakan terdengar dari luar dan membuat pria yang ada dihadapan Freya saat ini sangat terkejut.“Apa-apaan ini? Kau memanggil bantuan? Sejak kapan?” ucap pria tersebut dengan tatapan yang mengerikan.Dengan cepat orang-orang yang datang pada saat itu langsung menggeledah setiap ruangan dan rupanya tibalah Alison di dalam ruangan remang-remang da

  • Jasad di Kala Senja   Bab 142

    Suara seorang pria terdengar dari balik kegelapan. Tepat di depan matanya, banyak sekali bekas darah yang sudah mengering dan bahkan ada beberapa potong tubuh manusia. Dirinya yang menyaksikan itu semua membuat keringat dingin menetes di keningnya. Rasa takut bahkan putus asa menghampiri Freya. Suara itu semakin lama semakin terdengar jelas.‘Sial, kenapa aku berada di tempat mengerikan seperti ini,’ batin Freya.Kali ini langkah kakinya terdengar dekat. Tubuhnya tidak bisa digerakan. Tali-tali yang melilit dirinya semakin membuatnya menderita. Saat ini pria tersebut sudah berada di depan Freya. Tubuh tinggi dan pakaian serba hitam seperti malaikat kematian.“Siapa kau? Lepaskan aku sekarang juga!” ucap Freya sambil menatap orang tersebut dengan tatapan dingin.“Kau akan mati. Untuk apa aku melepaskanmu.”“Keparat! Jangan-jangan kau?”Pria tersebut berbalik dan kemudian mengambil be

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status