Darah, keringat bahkan air mata selalu menghantui dirinya. Gio Valkyrie merupakan seorang dokter kejiwaan dirinya bermimpi bertemu dengan seseorang semakin lama semakin jelas dalam setiap nafasnya terasa begitu nyata. Kisah yang terjadi 5 tahun yang lalu ketika dirinya masih seorang murid SMA tidak akan pernah terlupakan bagaikan kutukan yang datang kehadapannya. Seorang detektif bernama Alison Benedict dirinya terobsesi untuk menyelidiki kasus yang seperti kutukan dan diduga penyebab dari kematian. Akankah dirinya bekerja sama untuk menghentikan kutukan tersebut? ataukah ada sesuatu yang sangat menarik?
View MoreDalam sebuah pertanyaan besar keberadaan diriku menjadi sebuah teka-teki. Ruangan kehampaan mengikuti setiap langkah kaki selangkah demi selangkah membuat terasa risau. Perlahan seseorang muncul dihadapannya sebuah eksistensi yang tidak dapat dihindari. Sorot matanya begitu tajam senyum manisnya terasa seperti nyata. Lautan merah darah mendominasi keheningan malam mataku tidak dapat kabur dari pandangannya terhipnotis kedalam dimensi entitas tersebut. Wajahku penuh dengan ketakutan detak jantung berdenyut semakin kencang energi dalam diri menjadi tidak terkontrol seketika merasa diri ini sudah kehilangan kendali sepenuhnya. Memori yang terlintas kini sudah usang rasa cemas memenuhi pipiku dalam kegelapan dan bahkan banyang-banyang seseorang dihadapan wajahku terlihat suram. Ketika diriku terombang-ambing dalam kepalsuan tidak lama kemudian tersadar denga nafas sesak.
“Aghhhhhhh,” teriak diriku. suaranya memecah ruang kamarku
“Ah sial ini mimpi?”
“Apa itu? tidak mungkin.”
Diriku terus bergumam dan tidak mengerti dengan situasi yang terjadi. Saat diriku melihat ke arah jam ternyata masih sangat malam tanpa sadar dia telah terbangun dari sesuatu yang membuatnya tidak bisa lagi memejamkan mata. Dalam hati berharap pergi ke alam mimpi sekali lagi dengan harapan yang menggantung. Kemudian dirinya terlelap detik jam terus berbunyi perlahan di keheningan malam semakin dalam. Ketika hari sudah mulai terang dirinya kemudian terbangun dari tidur dan membukakan jendela. Rumahnya berada di atap sejenis perumahan bergaya modern. Suara berisik tetangga membuat dirinya merasa gaduh dan dengan penampilan pagi hari yang berantakan memakai piama warna hijau keluar dari rumah melihat pemandangan sekitar.
“Oh ngantuk sekali. cuacanya dingin juga lebih baik tidak pergi ke luar saja,” gumam dirinya sambil kembali pergi masuk ke dalam rumahnya
Udara pegunungan memang terasa sangat dingin dan tentunya jika di pagi hari. Dirinya yang hidup di lingkungan seperti ini membuatnya harus menahan diri dari ujian hidup ini. Sudah hampir 2 tahun dirinya tinggal di tempat seperti itu karena pekerjaan. Kota ini bernama Greenhale sebuah kawasan di dataran tinggi Avena negeri yang terkenal dengan keanekaragaman budaya di dalamnya. Orang-orang memanggilku Gio. Karena nama asliku adalah Gio Valkyrie. Diriku bekerja di sebuah instalansi khusus untuk perawatan pasien dengan gangguan jiwa. Semenjak lulus kuliah diriku bekerja di kota ini karena suatu alasan dan sekarang harus terus melakukan pekerjaanku sebagai profesional. Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu rasanya baru saja kemarin diriku pindah ke tempat ini dengan cukup merepotkan. Sekarang lingkungan ini terasa begitu nyaman bahkan tidak ingin ku tinggalkan.
TOK TOK TOK
“Iya tunggu sebentar,” ucap Gio
“Kau sudah bangun? Cepat keluar,” sahut seseorang kepada Gio dengan nada tinggi dan terus mengetuk pintunya
“Ada apa bibi?”
“Cepat ke bawah kau pasti belum sarapan kan? Ayo,” ucap orang itu yang ternyata merupakan bibi pemilik rumah lantai bawah. Tanpa berlama-lama Gio kemudian mengikuti bibi tersebut dan dia menuju ke bawah. Di sana sudah ada paman dan juga putranya mereka berdua tinggal bersama dengan bibi itu. Gio kemudian duduk di samping putra bibi tersebut.
“Kau hari ini libur?” tanya paman
“Benar karena ini hari minggu.”
“Kalau begitu cepat makan ini,” ucap bibi sambil membawa semangkuk sup daging berisi sayuran hijau
“Ah iya terimakasih.”
“Makanlah.”
Mereka sudah seperti keluarga sendiri kebaikan hati mereka terus membuatku merasa tidak enak. Tapi itu semua dilakukan bukan karena mengasihani diriku melainkan kebaikan tulus mereka. Bibi bernama Marganerth dan paman bernama Epson dan putra satu-satunya mereka yang masih menempuh pendidikan di perguruan tinggi di kota ini bernama Claude. Dia memang cukup dekat denganku dan sudah ku anggap sebagai adiku sendiri. Keluarga ini memang menghuni rumah bagian bawah sedangkan diriku di atasnya. Untuk pergi mengunjungiku hanya perlu menaiki anak tangga yang ada di samping rumah ini. Perumahan di daerah ini memang cukup unik tidak seperti kebanyakan yang terasa umum dan membosankan. Namun di sini sangat berbeda. Setelah diriku menghabiskan sarapan bersama keluarga paman Epson tidak lama kemudian diriku pergi ke luar sambil melihat sekitar. Di hari minggu orang-orang masih terlihat sibuk dan memang tidak pernah tidak seperti itu. Sejak diriku kemari suasana tempat ini sangat indah dan juga cocok untuk dijadikan kediaman ketika pensiun. Sangat sempurna meski berada di dataran tinggi tapi ini lah keindahan yang sebenarnya bahkan diriku juga tidak percaya bisa berada di tempat ini.
“Gio.”
“Ya?”
“Selamat pagi. Apa kabarmu?” ucap seseorang kepada diriku dari seberang dia datang ke arah Gio sambil berjabat tangan
“Selamat pagi juga paman. Saya dalam keadaan baik,” ucap Gio dengan ramah. Ternyata orang itu merupakan tetangganya dan dia bekerja di sebuah restoran dan juga pemiliknya. Orang ini bernama Joan dan dia memang terkenal dengan keramahannya. Penduduk asli kota ini tidak seperti Gio yang merupakan pendatang asing.
“Apa kau mau mampir ke restoranku?”
“Ah iya nanti di lain waktu saya akan mampir ke sana.”
“Kalau begitu akan ku tunggu kedatanganmu.”
“Iya paman dengan senang hati.”
“Kau tidak bekerja hari ini? Oh ya ini kan hari libur kalau begitu sampai nanti.”
“Iya paman sampai nanti.”
Rasanya memang akan sangat tidak sopan jika tidak bersapa dengan orang di sekitar meski kenyataan yang sebenarnya bahwa Gio adalah seorang introvert. Dirinya lebih suka menghabiskan waktu sendirian bahkan berjalan-jalan di sekitar kompleks seperti ini merupakan hal yang langka dalam hidupnya. Tidak lama lagi dia harus pulang karena ada yang harus dia kerjakan. Gio kemudian pergi ke rumahnya dan tepat di dalam rumahnya dia membersihkan area rumah karena sebelumnya dia tidak sempat dan langsung pergi ke rumah bibi Margareth. Gio memang orang yang cukup berantakan tapi itu tidak terlalu parah. Dengan terpaksa dirinya kemudian membersihkan lantai dan dilanjutkan dengan memcuci piring. Waktu sudah menunjukan pukul 10 pagi. Dia kemudian pergi mandi dan setelahnya kembali bersantai sambil menonton acara tv kesukaannya. Tidak sampai di situ dia juga sering kali mengecek ponselnya karena sewaktu-waktu sering ada pesan masuk dan tidak lain merupakan orang yang ingin berkonsultasi kepada dirinya. Menjadi psikiater membuat dirinya merasa bahwa kondisi mental seseorang jauh lebih penting dibandingkan dengan kesenangan dirinya sendiri. Dan benar saja ketika Gio membuka ponselnya ada pesan masuk dari seseorang dia mengalami sedikit masalah dengan dirinya kemudian dia memutuskan untuk melakukan konsultasi kepada dirinya. Dengan cepat Gio membalas pesan tersebut dan langsung mengatur jadwal pertemuan mereka.
“Wah orang ini sepertinya mengalami sesuatu yang cukup serius. Jika di lihat dari semua yang dia tulis,” guman Gio sambil terus melihat isi pesan.
Keesokan harinya. Pihak kepolisian yang sedang mengadakan upacara pemakaman Sebastian yang dihadiri oleh banyak orang. Kesedihan yang terpancar di mata mereka semua membuat tangisan yang tidak bisa berhenti. Sementara itu, Gio yang sedang berdiri di depan makamnya Damian dan meletakan bunga. Meskipun dirinya kehilangan hal-hal yang paling berharga dan bahkan kenyataan pahit yang harus ditelannya. Semua itu sudah menjadi bagian dari kehidupannya. Hidup terus berjalan. Tidak ada waktu untuk terus tenggelam dalam kesedihan. Berita yang tersebar di media bahwa kasus pembunuhan berantai yang sudah memakan banyak korban dan bahkan terjadi selama ini membuat semua orang merasa lega. Kasus pembunuhan yang terjadi di 5 tahun yang lalu pun sudah terungkap bahwa pelaku adalah orang yang sama. Mendengar berita yang sangat menggemparkan itu, beberapa dari wartawan sungguh tidak menyangka begitu juga dengan publik. Freya yang saat ini masih dalam perawatan karena luka yang dialaminya sangat parah
Sebastian yang diam-diam membidik kepala Damian namun tidak bisa menembaknya karena orang itu terus bergerak dan kemungkinan hanya akan meleset akhirnya dirinya mengincar jantungnya dan tidak perlu menunggu lama untuk menembaknya. Suara tembakan terdengar dan ternyata mengenai sasaran. Alison yang terkejut akan hal itu kemudian dirinya menghentikan serangannya dan menodong Demian dengan pistolnya lagi. Damian yang sudah terluka kini dirinya tidak bisa lagi menghindari serangan seperti sebelumnya. Sebastian yang keberadaannya sudah diketahui, dirinya mencoba untuk berpindah namun itu terlambat karena Demian dengan cepat menembakan peluru menggunakan pistol tanpa suara ke arahnya dan tepat di kepalanya. Gio yang menyaksikan kematian Sebastian membuat dirinya merasa frustasi dan langsung datang ke arahnya sambil melihat jasadnya.“Pengganggu.”“Keparat! Beraninya kau membunuh Sebastian.”“Ah, aku benci drama.”Meski jantun
Berdasarkan keterangan dari pihak panti asuhan yang sebelumnya menampung Gio dan Damian. Ibu pengurus panti asuhan tersebut seringkali melihat Damian yang masih berumur 6 tahun pada waktu itu. Dirinya terus menerus membunuh serangga dan bahkan hewan-hewan yang dipeliharanya pada saat itu. Melihat apa yang dilakukannya, ibu panti terkejut setengah mati namun Damian mampu memanipulasi orang dewasa tersebut seakan itu adalah kecelakaan. Semenjak saat itu, dirinya tidak dicurigai apa pun dan dinyatakan sehat secara jasmani dan rohani seperti anak-anak yang lainnya tidak terkecuali dengan Gio. Perbedaan mereka berdua yang cukup berbanding terbalik. Namun, seakan Damian sangat terobsesi kepada kakak kandungnya tersebut. Mereka ditemukan pengurus panti di balik pintu dan sampai detik ini tidak diketahui siapa orang tua kandungnya. Di sana hanya tertulis nama dari kedua bayi yang ada di dalam keranjang penuh dengan selimut. Sampai suatu ketika, Gio sudah berusia 10 tahun sedangkan Damian 9
Kenyataan yang menyakitkan. Harapan yang tidak pernah terwujud bahkan semua itu berputar seperti lingkaran setan. Gio yang sudah menyetujui rencana mereka, kini dirinya mencoba kembali ke apartemennya. Namun, beberapa saat kemudian secara tidak terduga dirinya mendapatkan sebuah pesan peringatan dari nomor yang tidak dikenal dan memuluskan kata-kata seolah itu adalah kutukan. Dirinya yang mendadak terdiam masih membacanya dengan serius hingga sampai pada suatu kesimpulan yang membuatnya nyaris tidak percaya. Gio mengemudikan mobilnya dengan cepat menuju ke apartemennya. Sedangkan, ditempat lain Freya tertangkap orang asing dan tidak sadarkan diri.“Kenapa firasatku tidak enak,” gumam GioAlison yang dari tadi terus berada di depan monitor komputer dan terus memperhatikan radar. Tiba-tiba Freya berpindah dengan cepat dan kini berada di koordinat yang tidak termasuk ke dalam lingkungan yang biasanya dikunjunginya. Wilayah yang berada di perbatasan kota
Freya yang sangat terkejut dengan kenyataanya membuat dirinya tidak bisa berkata-kata. Orang yang ada di hadapannya merupakan salah satu orang yang memang pernah bertemu dengannya ketika dirinya masih kuliah. Kabar yang sempat tidak pernah terdengar lagi membuat dirinya merasakan sesuatu yang tidak beres dari orang tersebut. Beberapa saat kemudian, darah terciprat dari tubuh Freya dan membuat dirinya nyaris kehilangan kesadaran untuk yang kedua kalinya. Rintihan terus terdengar dibalik alunan musik klasik yang diputarnya. Suara tawa yang semakin lama semakin keras membuat Freya ketakutan. Tidak lama kemudian, suara tembakan terdengar dari luar dan membuat pria yang ada dihadapan Freya saat ini sangat terkejut.“Apa-apaan ini? Kau memanggil bantuan? Sejak kapan?” ucap pria tersebut dengan tatapan yang mengerikan.Dengan cepat orang-orang yang datang pada saat itu langsung menggeledah setiap ruangan dan rupanya tibalah Alison di dalam ruangan remang-remang da
Suara seorang pria terdengar dari balik kegelapan. Tepat di depan matanya, banyak sekali bekas darah yang sudah mengering dan bahkan ada beberapa potong tubuh manusia. Dirinya yang menyaksikan itu semua membuat keringat dingin menetes di keningnya. Rasa takut bahkan putus asa menghampiri Freya. Suara itu semakin lama semakin terdengar jelas.‘Sial, kenapa aku berada di tempat mengerikan seperti ini,’ batin Freya.Kali ini langkah kakinya terdengar dekat. Tubuhnya tidak bisa digerakan. Tali-tali yang melilit dirinya semakin membuatnya menderita. Saat ini pria tersebut sudah berada di depan Freya. Tubuh tinggi dan pakaian serba hitam seperti malaikat kematian.“Siapa kau? Lepaskan aku sekarang juga!” ucap Freya sambil menatap orang tersebut dengan tatapan dingin.“Kau akan mati. Untuk apa aku melepaskanmu.”“Keparat! Jangan-jangan kau?”Pria tersebut berbalik dan kemudian mengambil be
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments