Share

Disangka Mengemis

Author: Fetina
last update Huling Na-update: 2023-07-02 13:10:05

Bab 5

Aku menghampiri Mas Arman yang ada di luar, ia tak bisa masuk karena pintunya kukunci.

"Mas." Aku menyapa Mas Arman, lalu mencium tangannya.

Mas Arman membulatkan matanya. Sepertinya dia bertanya-tanya kalau aku dari mana. Tanpa ditanya pun, aku langsung bicara padanya.

"Maaf, Mas. Aku ... habis jual beras, terus ada yang kasih ini," kataku seraya memperlihatkan plastik kecil yang kupegang. "Masuk yuk, Mas!" Aku mengajaknya masuk karena panas jika di luar terus.

Mas Arman mengikutiku dari belakang. Saat pintu di tutup, mulailah ia memarahiku.

"Kamu ini suami pulang malah kelayaban. Apa emang itu?" Mas Arman menyimpan kantong plastik ditangannya, lalu mengambil kantong plastik yang kupegang.

"Itu ikan bakar, Mas!"

"Siapa yang mau ngasih ini ke kamu? Jangan sampai kamu ngemis, ya!" katanya. 

"Ngemis? Nggak mungkin lah, Mas! Aku ini dapat dari Bu Raya. Kebetulan dia masak banyak dan aku menjual sisa beras kita hari ini. Bu Raya memberiku ikan bakar itu. Mungkin ia kasihan karena melihatku kurus kering seperti ini. Tidak seperti yang kau sangkakan, Mas!" Aku kesal dituduh pengemis oleh Mas Arman.

"Ya sudah, kalau memang ada yang berbaik hati ngasih ikan bakar, berarti itu rezeki kita. Tuh, aku bawakan pesanan kamu. Ada minyak goreng, terigu dan kecap," katanya.

Mataku berbinar melihatnya. Segera kuambil kantong kresek itu, lalu kubawa ke dapur, di sana langsung kubuka kantongnya.

"Huft." Aku memelas. 

Isinya ternyata kemasan kecil semua. Mana harus cukup buat sebulan lagi! 

"Litaa ... Mana piringnya?" Mas Arman sudah berteriak. 

"Sebentar, Mas!" jawabku.

Aku membawakan piring untuknya makan.

"Enak banget ini ikan bakarnya. Kapan-kapan kamu buat yang kayak gini, bakalan kuhabiskan, Dek!" katanya dengan bersemangat.

"Nggak bakalan!" celotehku lirih.

"Eh ... kok pesimis. Tadi kan udah kamu jual tuh beras kita. Laku berapa?" tanyanya.

"Sepuluh ribu, Mas!"

"Wah, gede itu! Berarti kamu bisa masak kayak gini nanti. Nabung juga bisa. Aku senang punya istri kreatif dan pintar kayak kamu, Lita!" imbuh Mas Arman. 

Sekarang piringnya sudah kosong. Ia kekenyangan dan harus kembali ke toko.

"Dek, aku berangkat lagi, ya! Hari ini uang lima ribumu utuh, ada ikan bakar tuh. Atur aja ya, Sayang!" tukasnya sambil beranjak ke luar.

Aku mengantarnya ke depan. Lalu buru-buru ke kamar. Akan kusimpan semua uangku.

Akupun punya keinginan seperti Mas Arman. Jika dia punya ponsel canggih, akupun ingin memilikinya.

Mas Arman pulang setelah magrib, dia sangat ingin makan. 

"Dek, ikan bakarnya buat aku lagi, ya!" katanya.

"Iya, Mas. Ambil saja!" jawabku.

"Asyik! Makan enak lagi deh! Minta kecap dong yang tadi siang kubawa untukmu!" 

Aku mengambilkan kecap yang dimintanya. Kecap kemasan yang berharga 3.000 ini, Mas Arman juga yang makan duluan.

Mas Arman makan dengan lahap dihadapanku. Untung saja aku masih ada simpanan mie rebus yang diberikan dari tujuh harinya tetangga yang meninggal. Akan kumakan selepas Mas Arman makan.

***

"Mas, pas nikahan Anggi nanti kita pulang nggak?" tanyaku penasaran.

"Nggak. Aku kan udah kirim uangnya. Lebih baik kita fokus cari uang aja di sini," ucap Mas Arman yang selalu memandangi ponselnya.

"Oh ... jadi kita nggak ikutan di hari bahagianya Anggi dong. Padahal aku pengen banget pulang, sekalian ketemu ibuku," ungkapku pada Mas Arman.

Aku memang ingin pulang kampung. Bertemu orang tuaku yang selalu baik. Mereka tak pernah menjatah makananku dulu. Aku rindu mereka.

"Halah ... Nanti saja! Kita pulang kalau sudah sukses. Makanya tiap hari tuh kamu doain suamimu ini!" ucap Mas Arman seolah-olah aku tak pernah mendoakan kebaikan untuknya.

"Memangnya aku harus bilang-bilang ya, kalau aku mendoakan kebaikanmu? Nggak usah! Cukup Allah dan aku yang tau, Mas!" jawabku. Gedeg banget kalau dibilang nggak pernah doain suami.

"Bagus dong kalau kamu sadar. Suami itu harus disokong doa. Kalau kamu bisanya cuma nerima-nerima aja, tapi nggak mau doakan kebaikanku, itu namanya istri tak tau diri, Dek!"

Aku tau tentang ini, nggak usah diajarin Mas Arman pun, aku dah tau. Semoga Allah bukakan kebaikan untuk Mas Arman.

"Jawab dong kalau suami sedang ajak bicara!" katanya.

"Iya, Mas. Siap."

Saat pikiranku terbang ke kampung halaman, telepon kunoku berdering. Siapa yang mau menelepon ke ponsel kuno ini kecuali saudaraku di kampung.

Bersambung

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
lina ardiana
oalah lita...lita...bodoh kok dipelihara
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Jatah Lima Ribu dari Suami Kikir   Bu Raya 2

    "Iya, Dek. Terima kasih, ya!" jawabnya.Pada akhirnya Mas Fadhil sembuh setelah pengobatan selama setahun. Dari sana, ia mulai semangat mencari pekerjaan lagi. Aku memotivasinya terus, sehingga ia mendapat pekerjaan lagi."Terima kasih, Dek, atas semangatmu selama ini," ucapnya sembari tersenyum bahagia."Sama-sama, Mas. Itu udah kewajibanku sebagai istri," jawabku pelan.***Hari ini, Lita dan Feri berencana mengunjugi pesantren tahfidz. Mereka akan mendonasikan rezeki berupa Al Qur'an dan makanan untuk anak-anak.Mereka sangat senang atas kedatangan donatur. Biasanya kami memang membuka peluang untuk para donatur yang mau berdonasi.Anak-anak bersyukur atas nikmat Allah karena mereka bisa mendapatkan berbagai nikmat, salah satunya bisa membaca Al Qur'an dan makan enak. Memang kalau sesehari, menunya makanan rumah biasa. Namun mereka senang ketika ada donatur yang membawakan makanan favorit anak-anak."Lita, Feri terima kasih atas dukungan kalian. Tau nggak Lit, Feri ini donatur tet

  • Jatah Lima Ribu dari Suami Kikir   POV Bu Raya 1

    Bu RayaAku sangat senang dengan pernikahan Feri dan Lita. Mereka berdua sangat cocok. Aku tak sembarangan memilihkan Feri calon istri.Sebelumnya aku sudah memperdalam perkenalanku dengan Lita. Ia wanita yang baik, tulus dan ikhlas menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Ia juga berpengetahuan luas walau dari kampung serta mau belajar. Buktinya bisnisnya berkembang dengan cepat. Aku terpesona dengan kegigihannya berusaha.Sementara adikku Feri seorang laki-laki yang mencintai istrinya. Ia sempat terpikir untuk tak menikah lagi dengan wanita selain Istrinya. Namun menurutku ia harus mencari pendamping lagi karena masih muda dan untuk mendapatkan keturunan.Setelah merayu, memberikan dalil serta bukti kata-kata dari mendiang istrinya--Rani untuknya, ia pun mau menuruti perkataanku.Aku bilang wanita ini mungkin pendidikannya tak setinggi kamu, tapi ada poin penting lain dari dia yaitu attitude atau sikapnya."Jika benar demikian, aku akan ikuti, Kak," katanya saat itu.Sekaran

  • Jatah Lima Ribu dari Suami Kikir   Campur Tangan Allah

    Hari ini kami mengunjungi pesantren tahfidz milik Kak Raya. Mas Feri dan aku rencananya akan mewakafkan sejumlah Al Qur'an untuk pesantren ini. Karena pahala dari wakaf ini akan terus mengalir.Apalagi jika Al Qur'an ini dibaca terus oleh para penghafalnya. Luar biasa pahalanya mengalir bagi kami.Selain itu, kami bawakan juga bahan makanan untuk menambah energi mereka dalam menghafal. Anak-anak harus didukung juga oleh makanan yang bergizi agar hafalan mereka terjaga dan meningkat.Saat di sana, kami berdiskusi bersama anak-anak yang sudah berada di sana selama beberapa bulan ini."Kami sangat terbantu dengan pesantren ini. Terima kasih pada Pak Fadhil dan Bu Raya sebagai pemilik pondok pesantren ini serta para donatur seperti Pak Feri dan Bu Lita. Doakan kami semoga Istiqomah dalam menghafal," ucap Yudi. Ia merupakan penghuni pesantren paling besar diantara yang lain. "Sama-sama, Yudi. Semoga Yudi segera menjadi seorang hafidz. Sudah tinggal berapa juz lagi yang belum dihafal?" ta

  • Jatah Lima Ribu dari Suami Kikir   Perlakuan Manis dari Feri

    'Benarkah Mas Feri paham dengan isi hatiku?'Semoga saja ia paham dan selalu berbuat baik padaku.***Tak terasa pernikahan kami sudah berjalan satu tahun. Farhan pun sudah berumur setahun lebih.Mas Feri laki-laki yang baik dan bertanggung jawab. Alhamdulillah Allah berikan suami yang baik setelah ujian yang menimpaku.Aku dan Mas Feri sengaja menunda dulu keinginan kami untuk punya anak. Kami membesarkan Yusuf terlebih dahulu. Ia juga sungguh menggemaskan."Dek, kamu makan dulu sana. Biar aku yang jagain Yusuf, ya!" Saat Mas Feri pulang kerja, lalu sudah mandi, ia menyuruhku makan duluan."Kita makan barengan aja, Mas. Biar Yusuf aku yang gendong," ucapku."Nggak, Dek. Yusuf biar aku saya yang pegang dulu. Aku tau kamu seharian sudah berjibaku dengan pekerjaan rumah. Aku hanya membantu mengasuh Yusuf saja," katanya.Memang awalnya kami memakai asisten rumah tangga. Tapi, ternyata ia tidak jujur. Hingga aku memutuskan mengerjakan semua sendiri. Alhamdulillah aku bisa melakukannya. Mu

  • Jatah Lima Ribu dari Suami Kikir   Janji Feri

    "Betul. Aku mengapresiasi kejujuranmu kemarin. Kamu sudah berani bercerita padaku. Terima kasih ya, Dek!""Sama-sama, Mas. Aku pun masih belajar. Tolong ingatkan aku jika salah ya, Mas!" ucapku."Iya, Dek. Aku pun, tolong ingatkan aku. Karena pernikahan tak hanya hal yang manis, yang pahit pun pasti kan hadir. Komitmen yang kuatlah yang akan membuatnya bertahan.""Semoga aku bisa memegang komitmen itu ya, Mas!""Insya Allah, Dek. Kita sama-sama belajar ya!"Saat kami sudah saling berjanji, tak lama Mas Andi meneleponku. "Mas, ini Mas Andi meneleponku.""Kamu belum ganti nomor, Dek?""Belum, Mas. Kan kita di rumah terus, Mas," ucapku."Ya sudah, aku yang mengangkat saja."Aku takut Mas Feri marah-marah pada Mas Andi."Halo Andi, ada apa ya?" Aku tak mendengar jawaban Mas Andi. Hanya perkataan Mas Feri yang kudengar."Aku sudah tau mengenai masa lalu kamu dan istriku. Jadi, kumohon kamu tak usah menghubunginya lagi. Dia istriku, takkan kubiarkan bila diganggu oleh laki-laki lain." Per

  • Jatah Lima Ribu dari Suami Kikir   Kecurigaan Feri

    Aku melihat siapa yang memanggilku, Alhamdulillah aman. Ternyata dari Zul. Ada apa ya? Segera kuangkat teleponnya.Mas Feri beranjak ke luar kamar, mungkin ia tau aku harus mengangkat telepon ini."Assalamualaikum. Mbak, gimana kabarnya?""Baik, Zul. Alhamdulillah. Ada apa Zul? Mbak kaget tiba-tiba kamu menelepon gini," jawabku."Aku cuma mau mengabarkan sesuatu padamu, Mbak.""Ada apa, Zul?""Aku mendengar, kalau seluruh aset Mas Arman habis," ucap Zul."Tau dari mana kamu, Zul?""Semua orang membicarakan Arman dan keluarganya di sini. Trus, sekarang Mas Arman mendekam di jeruji besi, karena banyak yang melaporkan atas kasus penipuan dan penggelapan uang.""Astaghfirullah. Mas Arman tak pernah puas mengumpulkan harta. Padahal hartanya sudah banyak kemarin.""Ya Mbak, yang melaporkan termasuk mantan istrinya juga, Bu Via," katanya."Ya Allah, aku turut prihatin juga dengan keadaan Mas Arman. Mudah-mudahan dia diberi hidayah Allah ya Zul.""Nggak tau deh. Aku sih seneng aja liatnya. Be

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status