Lea dan Irma masuk ke dalam caffe seraya bercengkrama, sesekali dua gadis itu membahas sesuatu yang lucu yang akhirnya akan membuat mereka tertawa tanpa mereka ketahui di dalam caffe ada tiga orang lelaki asing tengah memperhatikan mereka, khususnya lelaki berdarah campuran Itali, Turky itu sorot matanya bahkan tak lepas dari sosok Lea."Astaga! Kenapa rambut gadis itu harus keriting, mengganggu penglihatanku saja," keluh Mike menatap tajam kearah Irma."Kau masih trauma dengan rambut keriting?" tanya Lucha dengan cepat Mike menganggu lalu bergedik ngeri saat sebuah kenangan masa lalu tentang rambut kriting menghantui pikiranya "Aku nyaris mati gara-gara rambut kriting." ucap MikeLea mengeluarkan ponselnya ia ingin memeriksa akun star friends dan WA dari Danu namun begitu ia memegang ponselnya Irma seakan berusaha mengalihkan perhatiannya, mendapati tingkah laku Irma membuat Lea manaruh curiga lalu tanpa pikir panjang gadis itu mulai login pada akun star friendsnya melihat itu Irma l
Setelah berhasil menyeret Alex keluar caffe dengan sekuat tenaga akhirnya Mike melepas pelukannya pada tubuh Alex. Saat tubuhnya terlepas dari cengkraman milik Mike, Alex justru berlari menyerobot ingin masuk kembali ke dalam caffe, untung saja gerakan Mike lebih cepat untuk mencekal lengan lelaki berdarah campuran Itali, Turky itu "Astaga Alex!" pekik Mike seraya sekuat tenaga menahan Alex agar tetap berada diluar caffe.Melihat Mike yang kesusahan menghendel kekuatan milik Alex, Lucha yang masih berada di dalam caffe dengan segera belari keluar menghampiri kedua lelaki yang terlihat seperti sedang main tarik tambang itu."Nona Lea, tidak jadi memakan bakso merconnya, Tuan." ucap Lucha terburu mendengar itu Alexpun langsung melunak dan berdiri dengan tenang melihat hal itu Mike langsung bernafas lega."Benarkah?" tanya Alex yang dengan cepat dibalas dengan anggukan kepala milik Lucha."Syukurlah kalau begitu," gumamnya lega "Aku melarangnya makan makanan pedas bukan pertanda aku meny
Lea yang masih berada di caffe sesekali akan menatap jam yang ada di layar ponselnya, pasalnya ini sudah waktu janji temunya dengan Danu namun lelaki itu belum juga muncul di caffe, sementara dari kejauhan Alex masih setia memperhatikan gadis itu, bahkan tidak ada kata bosan terlintas dibenaknya.Mike menyerengit, berbeda dengan Alex yang tak merasa bosan lelaki berjanggut tipis itu sudah mulai mati rasa karena bosan.Mike menatap Lucha kemudian menggerakan bibirnya bertanya tanpa bersuara tentang kapan mereka akan pulang namun sayangnya Lucha juga nampaknya belum bisa memastikan waktu kapan mereka akan pulang.Lea sedikit merasa tidak nyaman karena ia mengetahui Alex yang duduk diseberang sedang memperhatikannya "Tuh orang gangguan mental kenapa dari tadi hanya melihat kearahku?" pikir Lea mulai risih. Gadis itu kini merasa bingung akankah dia pulang karena mulai tak nyaman atau harus setia menunggu Danu yang tidak memiliki kepastian kapan kekasihnya itu akan tiba di caffe.Setelah b
Alex keluar caffe dengan wajah kesalnya "Ciihh!... Jalan masuk ke caffe pake pegangan tangan segala, mau pamer!" ucapnya dengan nada memekik diakhir kalimat seraya menatap kearah Lea dan Danu yang kini tengah terduduk menanti menu pesanan mereka tiba."Kalian pikir hanya kalian saja yang pacaran disini, banyak pasangan lain yang pacaran tapi tidak pamer seperti kalian," lanjut Alex meluapkan amarahnya sebelum perhatianya dicuri oleh sepasang kekasih yang tengah saling mencium satu sama lain."Hhmm!.." Alex berdehem kala melihat sepasang kekasih itu, namun anehnya ia tidak merasa kesal melihat pasangan yang tengah dimabuk cinta itu, ia hanya merasa kesal melihat pasangan Danu dan Lea."Kenapa tidak memarahi pasangan itu?" ucap Mike yang entah sejak kapan berada dibelakang Alex, membuat Alex spontan terlonjak kaget begitu mendengar suaranya."Lea dan pacarnya hanya bergandengan tangan tapi kau langsung panas, dan sekarang kau melihat pasangan yang sedang saling mencium satu sama lain ke
Begitu masuk dalam kamar Lea langsung merebahkan tubuhnya diatas tempat tidurnya berusaha meregangkan otot ototnya yang kaku setelah duduk cukup lama di caffe. "Aaah!!" Lea mengerang kesal saat kembali mengingat perbuatan Alex padanya "Lelaki gangguan mental itu sangat menyebalkan." Ucapnya seraya menatap kearah bungkusan berisi bakso yang gagal ia makan di caffe tadi. Brrrr!.. bunyi panggilan masuk dari ponsel yang ada di dalam tas mengalihkan pikiran Lea. Tangan gadis itu bergerak meraih tas di lantai yang dia letakan sembarang di sisi tempat tidur. "Anna?" Gumam Lea pelan seraya menggeser tanda hijau untuk menjawab panggilan telpon itu. "Iya An?" Ucap Lea "Lea, kamu lagi apa?" Tanya gadis di seberang berbasa basi. "Lagi tiduran, kenapa An?" Tanya Lea balik "Apa kau sudah menyelesaikan proposal pengajuan program magang?" Tanya Anna kembali dengan nada berhati-hati, mendengar hal itu sontak Lea bangun dari baringannya dengan wajah terkejut. "Astaga, aku belum mengerjakannya
Lea tersentak terbangun dari tidurnya yang masih dalam keadaan terduduk dengan leptop diatas pangkuannya. Dengan terburu Lea menyempatkan diri memeriksa proposalnya sebelum kemudian menghela nafas karena dia ternyata memang betul telah berhasil mengerjakan proposalnya sebelum tertidur karena mengantuk. Lea memeriksa ponselnya ada belasan panggilan telpon dan 5 pesan dari Anna. Lea dengan cepat menyalin file proposalnya ke ponselnya kemudian mengirim file itu pada Anna.Tangan Lea kini bergerak cepat diatas keyboard leptopnya untuk melakukan print pada tugas-tugasnya sebelum ia bergerak kearah kamar mandi.Sementara itu di kediaman Monorre, Alex yang telah mengerjakan semua pekerjaannya sekaligus kemarin kini memiliki waktu untuk mengunjungi kampus tempat Lea berkuliah.Disisi lain, Anna yang telah mendapatkan file proposal dari Lea dengan segera membaca proposal itu memeriksa dan mengedit proposal miliki Lea. Anna terlihat menyerengit begitu melihat banyak sekali typo pada proposal
Lea berdiam diri di depan pintu ruangan akademik sejenak mengatur nafasnya yang memburu karena sedari tadi berlarian berpacu dengan waktu. Begitu dirasa tenang dengan cepat Lea membuka pintu akademik dan menghampiri salah satu staff yang memang bertugas dibawah perintah Wakil Dekan."Mbak?" Panggil Lea membuat gadis yang sedang menyeduh teh itu tersentak."Iya ada apa?" Tanya gadis itu dengan tangan yang masih sibuk mengaduk teh yang ada dalam cangkir berwarna putih itu."Mbak, aku mau ngumpulin proposal." Ucap Lea dengan nada sesopan mungkin"Aduh.. proposalnya sudah ku serahkan ke ruangan wakil dekan dari 1 jam yang lalu." Jawab gadis itu membuat tubuh Lea langsung lemas seketika"Yeah gimana dong Mbak, aduh!" Ucap Lea panik"Coba serahin sendiri ke Wakil Dekan, siapa tahu diterima." Usul gadis ituLea terdiam sejenak, ia tahu betul wakil dekannya itu akan melempar proposalnya dan tidak akan memeriksanya meski dia memohon seperti apapun.Perhatian Lea kini teralihkan pada kesibukan
Alex melangkah terburu begitu menutup pintu ruangan milik Nyonya Tara dengan cepat Alex mengedarkan pandangannya berusaha mencari sosok Lea, namun nihil ia sama sekali tidak mendapati jejak Lea dimanapun. Sementara disisi lain, Lea kini melangkah terburu mencari sosok Anna tujuan utamanya adalah area sekitar gerbang kampus karena tadi ia bertemu Anna disana.Tiba di area gerbang Lea langsung mencari sosok Anna namun tidak ada."Tina, apa kau melihat Anna?" Tanya Lea pada salah satu gadis yang melewatinya"Aku melihatnya dikantin bersama Ami, Dimas dan Nindi." Jawab gadis itu."Terimakasih," ucap Lea lalu berbalik arah menuju kantin.Alex yang sedang mencari Lea seketika menghentikan langkahnya saat ia tanpa sengaja melihat sosok Lea melintas dari kejauhan, bergegas Alex berlari mengikuti Lea.Tiba di kantin Lea langsung mencari keberadaan Anna. Lea langsung tersenyum kecut begitu melihat Anna sedang duduk menikmati makanannya sembari sesekali tertawa setelah mendengar beberapa leluco