Tasya duduk di sofa balkon sembari mengepang rambut Yana, lalu mengikat ujung rambut dengan pita bunga daisy.Selesai rambut dikepang, Yana berdiri di depan pagar. Tasya pun memotretnya. Pagar hitam dengan ukiran itu terasa kuno. Di sampingnya terdapat pot bunga dengan tanaman rambat yang menjuntai ke bawah. Yana mengenakan gaun kecil berwarna hijau dengan kepangan yang dihiasi bunga kecil. Dia bersandar di pagar besi sambil menunjukkan senyum yang polos dan manis.Matahari memang sudah terbenam, tetapi langit belum sepenuhnya gelap. Cahaya senja yang menyinari wajah Yana menambah kesan hangat dan ceria pada dirinya.Tasya mengambil beberapa foto, lalu mengacungkan jempol ke sisi Yana. “Yana hebat sekali. Nanti kamu perlihatkan ke ibumu, ya.”Tandy datang untuk melihat foto. Kemudian, mereka bertiga foto bersama dengan girangnya.Langit semakin menggelap. Pelayan menghidangkan makanan ke dalam ruangan. Jason menggendong Yana untuk menyantap makan malam. Ketika melihat foto Yana di pon
“Tidak tergolong gede, hanya sebuah restoran kecil saja,” balas Yandi dengan suara datar. Berhubung ada wanita di hadapannya, Yandi tidak bisa merokok. Dia pun merasa semakin gelisah saja.Baru saja Yandi ingin mencari alasan untuk meninggalkan tempat, tiba-tiba tatapannya tertuju pada wanita yang sedang berjalan mendekat.Tasya berlagak tidak mengenali Yandi. Dia duduk di samping meja mereka. Pelayan datang. Dia memesan secangkir cokelat panas dan juga roti mentega.Yandi memalingkan kepalanya menatap wajah samping Tasya.Tasya malah memalingkan kepalanya untuk melihat ke sisi pagar.“Tuan Yandi?” panggil Katie dengan suara kecil.“Ya?” Yandi membalikkan kepalanya. “Ada urusan apa?”Katie berkata dengan tersenyum, “Kamu buka restoran steamboat di daerah apa? Aku suka banget makan steamboat. Apa aku boleh makan di sana?”Yandi membalas, “Di sekitar Gotham ….”Belum sempat Yandi menyelesaikan omongannya, tiba-tiba dia menerima panggilan masuk. Yandi melihat sekilas. Dia mengangguk pada
“Aku mohon jangan cari manajerku! Boleh tidak dikurangi lagi? Aku bukan penduduk Kota Jembara. Gajiku baru saja aku gunakan untuk bayar rumah kontrakan. Aku tidak punya uang sebanyak itu lagi!” Pelayan hampir menangis.“Pokoknya 130 juta! Jangan omong kosong lagi! Cepat transfer ke aku!” Katie menyadari orang di meja sebelah sedang menatapnya. Dia juga takut Yandi akan segera kembali. Jadi, dia segera mendesak pelayan untuk mengirim uang ganti rugi.Pelayan itu kelihatan baru berusia 20 tahun saja. Dia merasa gugup dan juga takut. Dia berdiskusi dengan Katie dengan suara kecil, “Gimana kalau 60 juta? Aku hanya sanggup bayar segitu saja.”“Apa? Cuma 60 juta?” Katie menunjukkan senyum menyindir. Dia membalikkan tubuhnya untuk berjalan pergi. “Aku juga nggak ingin omong kosong lagi sama kamu. Aku langsung cari manajer kalian saja.”“Aku mohon, jangan cari manajer. Nanti aku malah dipecat!” Pelayan memohon Katie dengan raut tidak berdaya, “Gimana kalau aku bikin surat utang? Nanti setelah
Katie memang tidak puas dengan lawan kencan butanya. Namun, hatinya mulai tergerak ketika melihat wajah tampan Yandi. Dia mencoba untuk bertanya, “Telepon dari restoran, ya? Bisnis restoran steamboat-mu pasti bagus sekali. Gimana dengan keuntungannya?”Jika keuntungan restoran cukup besar, Katie juga bisa mempertimbangkan Yandi.“Biasa saja!” Yandi mengangguk sedikit kepalanya.Katie tersenyum lembut. “Nanti setelah selesai makan, gimana kalau kita pergi nonton bioskop?”Baru saja Yandi hendak menolak, Tasya yang duduk di samping mengangkat teleponnya. “Halo, aku lagi nggak di rumah. Aku lagi kencan buta di luar!”“Orangnya lumayan tampan, tapi sepertinya dia bukan anak orang kaya, cuma buka sebuah restoran steamboat saja. Dia nggak pakai barang bermerek sama sekali.”“Orang yang jodohin aku pasti lagi bohongi aku!”“Nggak seharusnya aku pinjam kartu VIP untuk makan di sini. Gimana kalau dia nggak sanggup untuk bayar tagihan ini? Malu-maluin saja, ‘kan!”“Oh ya, tadi pelayan nggak sen
Katie menggertakkan giginya. Dia memiliki kesan bagus terhadap Yandi. Dia pun merasa malu ketika menjadi buah bibir orang-orang.Katie hanya mengenakan pakaian dalam di dalamnya. Dia tidak mungkin melepaskan terusannya untuk Tasya. Jadi, dia terpaksa mengembalikan uang 136 juta yang diterimanya tadi kepada Tasya, kemudian segera meninggalkan tempat.Tasya kembali duduk di bangkunya, menyesap cokelat hangatnya. Suasana hatinya terasa sangat bagus.Meskipun Tasya kaya, dia juga tidak mungkin menghamburkan uangnya semena-mena, apalagi untuk wanita arogan seperti Katie!Yandi memalingkan kepala untuk menatapnya. “Kemari!”Tasya mendengus dingin. “Aku nggak mau duduk di tempatnya. Kamu saja yang kemari.”Yandi tersenyum tidak berdaya. Dia berdiri, lalu duduk di samping Tasya.“Kamu mau makan apa? Biar aku traktir!” Yandi menyerahkan menu makanan kepadanya.“Kenapa? Apa kamu ingin berterima kasih kepadaku? Aku takut nanti kamu nggak bisa bayar.” Tasya menopang dagu dengan kedua tangannya. Di
Tasya terbengong sejenak, lalu segera membalikkan tubuhnya. Di dalam kerumunan, terlihat Yandi sedang memegang sekotak popcorn di tangannya sembari mengangkat telepon. Yandi juga sedang menatapnya.Orang-orang berdesakan di sekitar. Namun, hanya ada Yandi di dalam tatapan Tasya. Kali ini, hati Tasya mulai terasa tenang, bahkan sedikit hangat!Dalam beberapa tahun ini, bahkan belasan tahun kemudian, Tasya akan selalu mengingat gambaran ini! Tidak, Tasya tidak akan melupakan gambaran ini untuk selamanya!Yandi memutuskan panggilan. Dia menyerahkan popcorn kepada Tasya dengan canggung. “Nah!”Tasya mengambilnya. Mungkin karena dia terlalu panik tadi, dia merasa dirinya sangat lucu. Tasya pun tertawa.“Kenapa malah tertawa?” Kening Yandi tampak berkerut.Tasya memeluk kotak popcorn sembari menggeleng. “Sudah saatnya masuk bioskop. Ayo, kita pergi antre!”Yandi mengangguk. “Oke.”Mereka berdua duduk di baris belakang. Biasanya di baris belakang adalah tempat berkumpulnya para pasangan. Sep
Yandi merasa syok. Detak jantungnya mulai berdetak. Suasana di sekitar terasa hening. Hanya saja, pikiran Yandi malah terasa kacau. Dia tidak sanggup untuk menenangkan dirinya, apalagi berpikir dengan kepala jernih.Ketika melihat tatapan keras kepala dan lugu gadis di hadapannya, kening Yandi semakin berkerut lagi. Dia membalas dengan suara serak, “Tasya, kamu masih kecil.”“Aku nggak mau dengar!” Tasya langsung menyela. Tatapannya semakin tegas lagi. “Kamu juga nggak usah beri tahu aku kalau kamu nggak suka sama aku. Selama kamu belum berpacaran dan menikah, aku berhak untuk mengejarmu. Kamu nggak bisa menghalangi perasaanku. Aku sendiri juga nggak bisa melakukannya.”Pencahayaan di dalam mobil sangat gelap. Tatapan Yandi semakin dalam lagi. Sepertinya dia tidak tahu bagaimana cara membujuk Tasya. Itulah sebabnya hatinya terasa sangat penat.“Yandi,” panggil Tasya sekali lagi.Yandi spontan memalingkan kepalanya, lalu melihat Tasya mendekatinya dan mencium pipinya. Kedua mata Yandi t
Tandy melihat bayangan punggung Tasya yang buru-buru itu. Dia tersenyum sinis. Sepertinya ada yang dirahasiakan Tasya!…Sewaktu Yandi kembali ke restoran, yang lain masih sedang bermain kartu. Dia membasuh tubuhnya, lalu berbaring di atas ranjang. Ketika Yandi hendak menyalakan rokoknya, tiba-tiba dia teringat gambaran di dalam mobil tadi.Yandi sedang berpikir apakah dia perlu memberi tahu masalah ini kepada Sonia atau tidak. Bisa jadi Sonia bisa menasihati Tasya.Benar! Bagi Yandi, Tasya tidak seharusnya menyukainya. Semua itu adalah sebuah kesalahan fatal. Atau Yandi perlu mempertimbangkan lagi untuk mengeluarkan Tasya dari restoran steamboat.Perkuliahan Tasya sudah hampir berakhir. Dengan prestasi unggulnya, ada banyak perusahaan besar yang ingin merekrutnya. Namun, dia tidak bekerja di Herdian Group dan perusahaan-perusahaan lainnya, malah bekerja di restoran steamboat. Sepertinya Yandi mesti mencari waktu untuk membicarakan masalah ini.Waktu itu hubungan mereka berdua sempat t
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak
Saat Morgan kembali ke ruangan VIP, Reza pun telah tiba.Tadinya Hallie duduk di samping Sonia. Begitu Reza datang, dia pun langsung duduk di samping Morgan.Saat melihat Morgan telah kembali, Hallie segera berkata dengan tersenyum, “Kak Morgan, masakan sudah datang, rasanya benar-benar enak!”Morgan tidak membalas, melainkan melihat Reza. “Kapan kamu datangnya?”“Baru saja!” Reza tersenyum tipis, lalu menuangkan segelas alkohol untuk Morgan. “Arak hasil fermentasi Bos. Coba dicicip!”Sonia berkata, “Aku juga ingin minum!”Reza menuangkan setengah gelas untuk Sonia. “Cuma segini saja.”Daripada tidak ada, Sonia juga tidak boleh serakah. Dia menuangkan setengahnya ke gelas Hallie. “Sebelumnya saat di Istana Fers, aku lihat kamu jago minum. Cuaca sudah dingin. Ayo, kita minum bersama untuk menghangatkan tubuh.”Hallie tersenyum malu. “Aku itu memaksakan diriku buat minum. Sebenarnya aku gampang mabuk.”Mereka minum sembari mengobrol. Saat Reza mengobrol dengan Morgan, dia juga tidak lupa
Theresia mengangkat pandangannya dan tersenyum lembut. Seketika seperti angin musim semi yang membuat bunga-bunga bermekaran.Setelah menghabiskan sebatang rokok, Morgan melangkah ke sisi restoran. Saat melewati jendela sebelah, dia menoleh sekilas, ternyata adalah seorang pria. Dia juga mengenakan sweater biru dan kelihatan sangat muda.Setelah sekilas pandang, Morgan mengalihkan pandangannya kembali, lalu melanjutkan langkahnya.Sesampainya di dalam restoran dan melewati koridor, tiba-tiba pintu kayu di sebelah kanan terbuka. Morgan mengangkat kepalanya dan matanya berpapasan dengan mata gadis yang keluar dari pintu. Satunya kelihatan syok, sedangkan yang satu lagi menatap dengan tatapan penuh makna.Setelah mereka kencan buta, mereka tidak pernah saling berhubungan lagi. Hari ini adalah pertama kalinya mereka bertemu lagi.Ternyata selama berada di satu kota, pasti akan ketemu.Theresia duluan bersuara, “Kamu masih belum pergi?”Seingat Theresia, Morgan mengatakan dia hanya akan tin