MasukKamar mandinya bermodel sekat terpisah, di mana dipasang kisi kayu di antara dua wastafel di kiri dan kanan. Bagian tengahnya adalah kaca yang tampak seperti cermin, sehingga banyak orang mengira itu adalah dinding.Jadi, ketika Rose sedang mencuci tangan dan merapikan riasannya, dia pun dapat mendengar suara yang sangat familier dari belakangnya.“Ester, makan hari ini mahal sekali, ya. Harga seekor lobster saja sudah beberapa juta. Kamu royal sekali!” ucap seorang wanita dengan nada menyanjung.Rose mengira dirinya telah salah dengar. Saat menoleh, dia baru menyadari bahwa orang itu benar-benar adalah Ester.Sepertinya Ester telah minum alkohol. Dia yang sedang setengah mabuk itu kelihatan bangga. “Apalah uang sesedikit itu. Semua orang memperlakukanku dengan baik. Kalian semua juga sudah susah payah dalam mengerjakan proyek ini. Aku traktir kalian juga demi berterima kasih kepada kalian saja!”Wanita yang mengenakan sweater putih di sampingnya semakin menyanjungnya. “Kamu sudah jadi
Luciana berkata dengan kening berkerut, “Bukannya kamu itu direktur? Kalau desainmu saja sejelek ini, orang lain pasti nggak bisa dipercaya juga!”Rose diam-diam menarik napas. Dia berusaha untuk menenangkan dirinya. “Seandainya kamu nggak punya yakin dengan desain studio kami, mungkin kamu bisa ganti studio lain.”Luciana langsung berkata dengan gusar, “Kenapa kamu bersikap seperti ini? Aku sudah menghabiskan banyak uang untuk membayarmu. Kamu malah membalasku dengan sikap asal-asalan!”Rose tersenyum tidak berdaya. Dia ingin mengingatkan Luciana bahwa kontrak masih belum ditandatangani. Rose juga belum menerima sepeser pun dari Luciana, tetapi saat hendak melontarkannya, Rose malah memilih untuk menahannya. Dia masih saja bersikap sopan.“Jadi, kamu ingin aku gimana?”Bulu mata palsu tebal Luciana melirik ke sana ke sini. Dia pun berkata dengan sangat terpaksa, “Aku sudah mencari kalian. Aku pun nggak ada waktu untuk cari yang lain lagi. Coba kamu desain lagi. Aku juga sudah berpikir
“Kalau begitu, kamu tidak boleh bicara sama dia!” Ciuman si pria semakin kuat lagi.Rose berkata, “Sebelumnya aku sudah salah paham sama dia. Aku bahkan sudah mengatakan kata-kata yang sangat kasar. Kalau ada kesempatan, aku ingin minta maaf sama dia.”Gerakan Juno berhenti. Dia berkata dengan serius, “Kalau begitu, tunggu aku pulang. Kalau kamu masih ingin minta maaf, aku akan pergi bersamamu. Intinya, jangan ketemu dia berdua.”“Emm ….” Rose mengangguk dengan perlahan.Juno menggendong Rose, lalu berjalan ke sisi kamar.Setelah memasuki kamar, Rose baru merespons. “Mau ngapain?”“Sudah malam. Kamu mandi dulu, baru tidur. Memangnya mau ngapain?” Juno melepaskan kacamatanya, lalu mencium bibirnya.Rose pun tersenyum. “Baru jam delapan!”“Emm, sudah sangat malam!” ucap Juno dengan nada rendah. Dia pun mencium tanpa ragu sama sekali.Lusa hari nanti, Juno akan pergi. Dia akan pergi selama beberapa hari. Jadi, dia tidak ingin menyia-nyiakan sedetik pun.Pada hari Rabu pagi, Juno pergi ke
Saat cahaya semakin gelap, Juno baru mengambil pakaian untuk Rose. Dia membawa Rose untuk pulang bersama.Mereka berdua duluan pergi ke apartemen tempat tinggal Rose. Dia membereskan barangnya, lalu pergi ke tempat tinggal Juno.Saat turun ke lantai bawah, ada sebuah mobil hitam diparkirkan di bawah pohon seberang sana. Juno melirik ke sana, lalu memiringkan sedikit tubuhnya. Satu tangannya menarik koper, kemudian tangannya yang satu lagi merangkul Rose. Dia berjalan pergi dengan perlahan.Berhubung Rose sedang berada di dalam pelukan Juno dan sedang turun hujan, Rose pun tidak memperhatikan mobil itu.Saat perjalanan pulang, mobil berhenti di depan lampu merah. Wiper tidak berhenti bergoyang. Rose menatap lampu neon yang sedang berkilauan di dalam hujan. Dia memalingkan kepalanya untuk bertanya pada Juno, “Apa benar ibuku setuju dengan masalah kita tinggal bersama?”Juno juga memalingkan kepalanya dan membalas, “Kalau tidak, coba sekarang kamu telepon buat pastikan lagi.”Rose segera
Kalau soal ini, tentu saja boleh diberi tahu!Juno mengangkat tangannya untuk menepuk keningnya. Dia tertawa hingga pundaknya sedikit bergetar. Rose tidak pernah melihat Juno tertawa seperti ini. Wajahnya pun semakin merona lantaran merasa malu. Dia pun berkata dengan ketus, “Jangan ketawa!”Juno mengambilkan lauk untuk Rose. “Dulu aku hanya perhatian dengan perkembangan tubuhmu, mengabaikan IQ-mu. Kelak aku akan sering kasih suplemen untukmu!”Rose pun tertawa lagi. “Aku curiga kamu yang habiskan semua suplemen itu!”Itulah sebabnya Juno begitu pintar dan Rose begitu bodoh!Juno menatap Rose dengan tersenyum datar. “Begitu juga bukan masalah. Anak-anak harusnya akan mewarisi gen orang tuanya secara merata!”Rose menatap Juno dengan syok. Kenapa malah membahas soal anak lagi? Rose tahu dia selalu melakukan sesuatu dengan gesit, tetapi Rose tidak bisa mengikuti langkahnya!Juno melihat sosok imut Rose. “Tadi saat aku telepon ibuku, tadinya dia ingin telepon kamu. Tapi aku takut kamu ak
Pagi hari berlalu dengan sangat cepat. Saat menjelang siang hari, hujan masih mengguyur di luar sana. Rose menerima pesan dari Juno, menyuruhnya untuk datang ke ruang kerja Juno.Setibanya di depan ruang kerja, Rose mengetuk pintu. Setelah kedengaran suara Juno dari dalam, Rose baru memasuki ruangan. “Bos Juno, kamu cari aku?”Juno mencari barang di dalam rak buku, lalu melirik Rose sekilas. Dia menunjuk ke atas meja. “Makanlah!”Kali ini, Rose baru melihat kotak makan di atas meja. “Kamu pesan?”“Emm, lagi hujan, jangan keluar!” balas Juno.Rose mengangkat alisnya sembari bergumam, “Pacaran sama bos memang beda!”Juno berkata dengan suara datar, “Akan lebih berbeda lagi kalau menikah sama bos!”Kening Rose berkerut. “Bos Juno, kamu keterlaluan sekali. Mana ada yang langsung bahas pernikahan setelah baru itu?”Juno menatapnya. “Itu apa?”Rose berkata dengan wajah merona dan terbata-bata, “Itu … itu … kita baru saja jadian!”Tatapan Juno berubah mendalam. “Kamu bilang sendiri, kita suda







