Setelah mengatakan itu, Hendri langsung menutup telepon.Reviana merangkul Stella dan terus menghiburnya, “Jangan menangis. Papa dan Mama membelamu, kok. Kami pasti akan menuntut keadilan untukmu!”“Terima kasih, Ma, Pa!” Stella menghempaskan dirinya ke dalam pelukan Reviana sambil menangis dengan tersedu-sedu.***Sonia menutup telepon dan berkata dengan ekspresi tenang, “Papa kandungku memintaku pulang sekarang, mungkin karena Stella.”Juno mendongak dan berkata sambil mencibir, “Mereka itu bodoh!”Sonia sudah kenyang, jadi dia mengemasi kotak makan siangnya dan bangkit. “Aku pulang ke rumah dulu!”Juno mengambil jasnya yang digantung di kursi dan berkata, “Aku akan ikut bersamamu.”“Hah?” Sonia menoleh ke belakang dengan bingung.Juno berkata dengan ekspresi dingin, “Kenapa? Kamu mau membiarkan mereka bertiga menindasmu?”“Aku akan menjelaskannya pada mereka. Kalau mereka nggak percaya, itu urusan mereka,” ujar Sonia dengan datar.“Aku yang akan menjelaskannya!” kata Juno. “Aku bosm
Reviana pun tertegun ketika melihat Juno.Begitu pula dengan Hendri dan Stella, mereka juga terbengong di tempat. Tak disangka Sonia akan datang bersama Juno.Raut wajah Stella semakin pucat lagi. Dia merasa panik dan juga kesal. Bagaimana ceritanya Juno tahu Sonia barulah anak kandung Keluarga Dikara? Pasti Sonia yang memberitahunya! Sonia memang murahan!Saking bencinya, Stella pun mengepalkan tangannya dengan kuat.Reviana kenal dengan Juno. Dia adalah murid andalan Aska. Hanya saja, Reviana merasa malu ketika disalahkan oleh seorang junior. “Ternyata Pak Juno, kebetulan kamu ke sini. Tolong beri penjelasan untuk Stella!”Juno berjalan ke dalam ruang tamu sambil menatap Stella dengan sinis. Kemudian, Juno bertanya, “Penjelasan apa? Apa yang sudah dikatakan Stella kepada kalian?”Hendri menyuruh pembantu untuk menyuguhkan minuman, lalu berkata dengan tersenyum, “Pak Juno, silakan duduk.”Juno terlihat agak kaget. “Kamu cuma persilakan aku untuk duduk? Gimana dengan putrimu?!”Hendri
Ucapan panjang lebar Juno membuat Stella merasa sangat malu. Dia menatap Juno dengan kesal, dan air mata mulai menetes.Reviana juga merasa kesal. “Pak Juno, kalian pasti sudah dibohongi sama Sonia! Dia nggak pernah belajar desain, bahkan nggak tamat kuliah. Mana mungkin dia bisa desain? Kamu kenal sendiri sama Stella. Dia adalah murid didikan Welmus. Hasil karyanya juga sering dipuji sama Welmus. Mana mungkin Stella akan menjiplak hasil karya Sonia?”Kali ini, Hendri pun bersuara, “Pasti kalian sudah salah paham. Aku harap Pak Juno bisa menyelidiki masalah ini sampai tuntas!”Juno melirik Hendri dan Reviana sekilas. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu mengalihkan tatapannya ke sisi Sonia. “Tiba-tiba aku ngerti kenapa kamu tinggal di luar.”Raut wajah Reviana berubah muram. “Pak Juno, apa maksudmu? Sebenarnya apa hubunganmu dengan Sonia?”Juno melirik Reviana dengan sinis. “Kamu mau spekulasi apa lagi?”Reviana tertegun tidak bisa berkata apa-apa. Dia terpaksa memalingkan wajahnya ke s
Raut wajah Stella menjadi merona lantaran tersipu malu. “Iya, iya, aku nggak tahu hasil karya itu punya Sonia. Aku kira itu hasil karya Mandy. Aku hanya ingin jadikan sebagai referensi saja. Serius!”Seketika terlihat ekspresi kecewa, canggung, dan marah di atas wajah Reviana. Dia meraih lengan Stella, lalu menamparnya dengan kuat!“Kamu … kamu malah bohongin Ibu! Ibu sungguh kecewa sama kamu!” Reviana memelototi Stella dengan emosi. “Aku sudah menghabiskan banyak uang untuk besarin kamu. Kamu malah nggak bisa ngalahin Sonia. Sekarang kamu malah melakukan hal yang begitu memalukan?!”Stella menutup wajahnya dan berteriak dengan terisak-isak, “Ibu, aku salah!”Hendri juga merasa kaget dan juga sakit hati. “Stella, kenapa kamu berbuat seperti ini?!”Tangisan Stella semakin kuat lagi. Dia juga merasa menyesal. “Aku sudah menyadari kesalahanku. Serius!”Sonia melihat sosok Stella yang sedang menangis, tapi dia tidak merasa kasihan sedikit pun. Padahal Stella sudah dipermalukan sewaktu di p
Beberapa hari kemudian, Sonia disibukkan dengan masalah desain, serah terima pakaian dengan kru di lokasi syuting, dan juga harus menghubungi manajer-manajer dari tokoh utama.Dalam sekejap mata, akhirnya sudah sampai di penghujung bulan Oktober. Syuting film resmi dimulai!Pada hari pertama syuting, Sonia dan Mandy pergi mengunjungi lokasi syuting. Mereka membantu para tokoh utama untuk memadukan pakaian mereka supaya terlihat lebih menawan ketika di layar kaca nanti.Film yang disutradarai Pak Nathan ini berjudul “Kenangan Pantai”.Film ini menceritakan kisah dua kakak beradik yang hidup di dalam keluarga kaya. Karakter sang kakak agak tegas dan pemberani, sedangkan sang adik cukup lugu dan lincah.Gina memerani tokoh sang kakak yang bernama Emma Russell. Sejak kecil dia sudah dijodohkan dengan Jonathan Tanjaya, tapi mereka berdua tidak pernah bertemu.Sementara, Siska memerani tokoh sang adik yang bernama Emelyne Russell. Dia penasaran dengan penampilan kakak iparnya. Jadi, dia diam
Sonia tersenyum. “Nggak apa-apa!”Gina membalas senyuman lembut Sonia. “Aku sudah berteman lama sama Pak Nathan. Semua anggota kru di sini juga kenal sama aku. Kalau ada masalah, kamu bisa cari aku.”“Emm, terima kasih!”“Aku lanjut syuting dulu. Nanti kita ngobrol lagi!” Gina tersenyum, mengangguk terhadap Sonia, lalu berjalan meninggalkannya.Saat hari hampir menjelang siang, Jivan yang sedang mengejar Siska datang untuk mengunjunginya, dan membawa banyak makanan untuk semuanya.Nathan menyuruh semuanya untuk istirahat sejenak. Siska menyuruh asistennya untuk membagikan makanan kepada yang lain. Seketika, Siska pun menerima pujian dari banyak orang.Sonia tidak pergi mengambil makanan. Dia berpamitan dengan Nathan, lalu pergi makan siang di luar. Kebetulan Restoran Steamboat Kuat Yandi berlokasi di sekitar Gotham. Asisten Gina membawa beberapa kue tar, buah, dan salad kemari, lalu berkata dengan kesal, “Cuma sedikit makanan saja sudah berhasil menyogok semua orang. Coba kamu lihat s
Yandi sedang memotong tahu di dalam dapur. Ketika mendengar suara Tasya, Yandi mengernyitkan keningnya, lalu berkata pada Leon yang berada di sampingnya, “Kenapa suaranya besar sekali?”Leon yang mengenakan topi koki pun tersenyum. “Namanya masih muda!”Baru saja Yandi ingin berbicara, tiba-tiba tirai dibuka dan tampak wajah indah Tasya. “Bos, itu pesanan temanku, yang cepat, ya!”“Iya!” balas Yandi dengan acuh tak acuh.Tak lama kemudian, sayuran yang dipesan Sonia sudah selesai disediakan. Tasya menyajikan panci yang berisi sup steamboat, sedangkan Yandi mengikuti langkah Tasya untuk menyajikan daging dan sayur.Saat berjalan ke depan, Tasya pun berkata dengan tersenyum, “Sonia, perkenalkan, dia bos kami, Bos Yandi!”Sonia dan Yandi saling bertatapan. Yandi kelihatan mengerutkan keningnya, sedangkan Sonia malah tersenyum sambil berkata, “Salam kenal, Bos Yandi!”Yandi tersenyum, lalu meletakkan makanan di atas meja, lalu berkata dengan nada nakal, “Kamu temannya Tasya? Kalau begitu,
“Oh!” Nada bicara Tasya terdengar sangat tulus. “Sonia, sewaktu di sekolah dulu, nilai ujianmu tinggi-tinggi, seharusnya kamu bisa dapat pekerjaan yang lebih bagus lagi. Jangan selalu kerja pekerjaan nggak tetap seperti itu.”Sonia membalas dengan tersenyum. Dia pun tidak menjelaskannya.Belum selesai Tasya menyantap makanannya, dia menyadari tamu di restoran semakin banyak saja. Dia pun lekas pergi menyibukkan diri.Selesai makan, Sonia pergi ke dapur untuk berpamitan terhadap Yandi. Dia pun berpesan, “Tasya anaknya lugu, ini juga pertama kalinya dia bekerja. Jadi, kamu mesti perhatiin dia, jangan sampai dia ditindas sama orang lain!”Yandi menyerahkan sebuah apel kepada Sonia, lalu bertanya, “Hubungan kalian bagus sekali, ya?”“Emm, bagus sekali!” Sonia mengangguk. “Pokoknya, selama dia di sini, kamu harus jagain dia.”“Iya, tenang saja!” balas Yandi dengan cepat.“Kalau begitu, aku pergi dulu!”Sonia pun meninggalkan restoran.“Tunggu dulu!” Tiba-tiba Yandi berteriak untuk menghenti
Tiba-tiba Morgan bertanya, “Kenapa kamu tidak pacaran?”Theresia tertegun oleh pertanyaan Morgan. Dia mengangkat kepalanya dengan perlahan, lalu berkata, “Seleraku jadi tinggi gara-gara kamu. Aku takut orang lain nggak sanggup.”Morgan terdiam.Ternyata Theresia sudah berbeda dengan yang dulu. Dia berubah menjadi lebih pemberani. Setiap ucapannya membuat Morgan tidak bisa berkata-kata. Hanya saja, dia tetap berbicara dengan begitu serius dan lugu, membuat Morgan tidak tega untuk mengomelinya.Usai berbicara, Theresia pun tersenyum. Dia tidak berbicara lagi, melainkan menunduk untuk menyantap makanannya dengan tenang.Selesai makan, Theresia menyeduh secangkir teh untuk Morgan, kemudian menyeduh secangkir kopi untuk dirinya sendiri.Meski aroma kopi dan teh bercampur aduk, aromanya tetap terasa nyaman.Theresia duduk di atas pangkuan Morgan, lalu melingkari lehernya. “Aku nggak ingin ngapa-ngapain hari ini, cuma ingin temani kamu saja, ya?”Terdengar nada manja dalam suaranya, seperti s
Reza mengusap wajah Sonia. “Semoga saja yang dia harapkan itu anggota keluarga, bukan uang. Semoga juga dia bisa memahami maksud kalian, bisa mempertahankan pemikiran awal, tidak terbuai dengan kekayaan.”Sonia menggigit bibirnya dengan perlahan. “Semoga saja dia nggak seperti itu. Hanya saja, aku juga bakal lebih hati-hati.”“Kalau begitu, kita amati selama beberapa saat dulu. Seandainya Hallie memang pantas untuk disukai Tuan Aska, masalah cucu kandung atau bukan juga bukan masalah. Seandainya dia tidak pantas, beri dia sedikit uang sebagai tebusan saja.”Sonia mengangguk. “Semuanya tergantung dengan nasibnya sendiri.”Mereka berdua selesai mengobrol masalah Hallie. Reza memeluk Sonia. “Pergi mandi dulu, lalu sarapan. Aku sudah telepon Bi Rati. Dia lagi masak yang enak-enak buat kamu.”Sonia memeluk Reza. “Aku juga merindukan Bibo!”Reza tersenyum tipis. “Sepertinya kamu tidak pernah merindukanku.”“Apa aku nggak pernah mengatakannya? Seingatku, aku sering mengatakannya berkali-kali!
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak