Noah menatap kepala elang dalam beberapa saat dan ekspresinya seketika menjadi muram. Dia memalingkan kepalanya, lalu bertanya, “Dari mana kamu mendapatkan foto ini?”Gina bertanya, “Apa kamu kenal?”Ekspresi Noah sangatlah dingin. “Nggak kenal. Hanya saja ada sebuah organisasi rahasia yang bernama Aquila dengan simbol kepala elang juga. Aku lagi berpikir apakah ada hubungannya aplikasi itu dengan organisasi ini?”“Aquila?” Gina mengerutkan keningnya. “Organisasi apa itu?”Noah menjelaskan, “Sejenis organisasi seperti tentara bayaran, yang menjalankan misi dengan dibayar. Hanya saja, Organisasi Aquila hanya menjalankan misi legal. Mereka hebat sekali. Nggak ada satu pun misi yang pernah gagal di tangan mereka. Tentu saja, upah mereka tinggi sekali.”Gina merasa sangat aneh. Kenapa Sonia bisa memiliki aplikasi yang misterius ini? Jangan-jangan Gina sudah berpikir kebanyakan?Tiba-tiba Gina kepikiran sesuatu. Sebelum Johan kembali ke Jembara, setiap gerak-geriknya juga sangat misterius.
Gina menjawab dengan yakin, “Dia pasti akan membantuku!”…Keesokan harinya, saat Sonia kembali dari lari pagi, tampak Ranty sedang menunggunya di halaman.Di depan mobil balap merah terang, Ranty sedang bersandar di tubuh mobil. Dia menggoyangkan kantongan di tangannya, lalu berkata dengan tersenyum, “Kue isi telur kepiting, lumpia goreng, dan bubur daging. Semuanya makanan kesukaanmu!”“Terima kasih!” Sonia mengambil kantongan itu, lalu bertanya, “Mau makan bersama?”Ranty meregangkan tubuhnya. “Nggak usah, aku harus segera ke perusahaan. Coba lihat betapa baiknya aku sama kamu, semalam aku tidur jam satu. Pagi-pagi mesti ke perusahaan. Aku bahkan bela-belain beli sarapan kesukaanmu. Apa ada orang yang begitu mencintaimu seperti aku?”Terlintas bayangan seseorang di benak Sonia. Hatinya terasa sakit. Namun, dia berlagak tidak terjadi apa-apa, lalu berjalan ke dalam vila. “Terima kasih, pergi sana!”“Sadis banget, hmph!”Ranty mendengus, lalu berkata dengan tersenyum sambil membuka pi
Thalia tersenyum tipis. “Seharusnya si Sonia. Tadi aku mau kepikiran untuk tanya kondisinya!”Darren juga tersenyum, lalu berkata dengan nada arogan, “Dengan kehebatannya itu, sepertinya orang yang dipukul baru dalam masalah!”Tiba-tiba Darren mengusulkan, “Gimana kalau kita bertiga kumpul bareng? Setelah syuting berakhir, kita sudah nggak pernah bertemu lagi!”“Boleh!” balas Thalia dengan segera, “Kamu yang traktir!”“Cih!” Darren mentertawakannya, “Sepertinya penyakit pelitmu nggak bisa disembuhkan lagi. Oke, aku traktiran. Kamu pilih saja mau makan di mana.”“Oke!” balas Thalia dengan tersenyum.Darren menghubungi Sonia lagi. Mereka bertiga ingin makan steamboat. Hanya saja, berhubung Restoran Steamboat Kuat terlalu jauh, mereka pun memilih untuk makan di restoran steamboat terdekat.Saat mereka bertiga ketemu, Thalia memberikan pelukan hangat kepada Sonia. “Sonia, aku kangen banget sama kamu!”Sonia tersenyum. “Kita semua di Jembara. Kelak kita bisa makan bersama seperti hari ini.”
“Sudahlah!” Sonia mengangkat kepalanya sembari tersenyum datar. “Kalian jangan bertengkar lagi. Aku sulit menjelaskan masalah aku sama dia, tapi semuanya nggak seperti yang kamu bayangkan. Kita nggak usah bahas masalah ini lagi. Kita ngobrol yang lain saja!”Thalia mengamati ekspresi wajah Sonia, lalu berkata dengan tersenyum, “Iya, nggak usah bahas masalah ini lagi. Sebentar lagi Sonia bakal tamat kuliah. Apa rencanamu selanjutnya?”Darren juga segera mengalihkan topik pembicaraan. “Pak Delon masih ingat sama kamu. Katanya, kalau kamu nggak ingin bekerja setelah tamat kuliah nanti, kamu bisa cari dia!”Thalia bertanya dengan ragu, “Apa orang itu bisa diandalkan?”“Lumayan, aku pernah bekerja beberapa kali bersamanya!” balas Darren.“Aku merasa masa depan Sonia cukup cerah jika dia lanjut bekerja di Arkava Studio!”Mereka semua mengobrol mengenai masa depan mereka. Tidak ada satu pun yang mengungkit masalah Sonia dengan Reza.…Malam harinya setelah pulang, Sonia membasuh tubuhnya, lal
Raut wajah Johan spontan berubah. Kedua matanya menatap Noah dengan penuh waspada. “Aku nggak ngerti apa yang lagi kamu katakan?”“Kamu nggak usah gugup. Aku nggak bermaksud jahat. Kamu itu teman baik Gina. Kita bukanlah musuh, kita akan selalu menjadi teman.” Noah mengangkat-angkat tangannya, lalu berkata dengan tersenyum, “Tenang saja, meski kamu adalah anggota Aquila, aku juga nggak akan beri tahu orang lain. Hanya saja, aku butuh bantuanmu!”Kali ini, Johan tidak lagi mencurigai Noah. Dia menatap Noah sambil bertanya, “Bantuan apa?”“Bantu aku mencari Brown!” Noah tidak lagi tersenyum. Dia menunjukkan ekspresi dinginnya. “Dari informasi yang aku dapatkan, anggota Brown sedang beraktivitas di sekitar Gunung Kurha. Mereka akan melakukan transaksi dengan seorang penduduk Nars yang bernama Leech. Tentu saja, transaksi yang mereka lakukan adalah transaksi ilegal.”Johan menyipitkan matanya. “Apa misimu adalah menggagalkan transaksi mereka?”“Bukan!” ucap Noah dengan dingin, “Aku nggak m
[ Eka: Aku ingin menjalankan misi bersamamu. Brown sangat berbahaya. Bos, kamu nggak boleh pergi sendiri! ][ Yirla: Aku nggak akan bertemu langsung dengan Brown. Aku hanya akan mengawasinya dari kejauhan saja. Semakin banyak yang beraksi, akan lebih gampang untuk ketahuan. ][ Eka: Sebelumnya aku pernah pergi ke Gunung Kurha. Aku lebih berpengalaman darimu. ][ Yirla: Ini adalah perintah! ]Selesai berbicara, Sonia langsung keluar dari aplikasi Aquila.Johan terbengong menatap ponsel di tangannya. Beberapa saat kemudian, dia baru mengirim pesan kepada Noah. [ Misi sudah diterima. Tunggu informasi selanjutnya. ]Noah segera membalas.[ Semoga kerja sama kita menyenangkan! ]Noah berjalan ke ruang baca, lalu mengeluarkan ponselnya yang satu lagi dari rak meja. Dia memasang kartu sim, lalu mengaktifkannya.Noah menutup semua jaringan internet, baru menelepon. Beberapa saat kemudian, panggilan baru tersambung. Suara orang di ujung telepon sangatlah rendah. Dia berkata dengan bahasa asing
Sonia menjawab, “Dalam dua hari ini!”Air mata membuat pandangan Ranty menjadi kabur. “Apa Yandi tahu?”“Nggak tahu. Aku juga nggak berencana buat beri tahu dia!”Ranty semakin panik. “Kenapa? Kalau dia tahu, dia pasti akan pergi bersamamu. Masalah ini adalah masalah kalian berdua!”“Masalah ini masalahku!” Tatapan Sonia terlihat tegas. Dia menggeleng dengan perlahan. “Waktu itu, Yandi hampir saja meninggal. Aku nggak akan membiarkan dia untuk mempertaruhkan nyawanya lagi. Aku berutang kepada mereka semua!”“Gimana sama kamu?” Ranty mengernyitkan keningnya. “Apa kamu bisa tenang?”“Ada orang yang akan membantuku!”Ranty tahu dirinya tidak bisa membujuk Sonia lagi. Dia pun tidak berbicara lagi. Hanya saja, air matanya tak berhenti mengalir. Saat ini, dia merasa sangat sedih, seolah-olah telah menduga apa yang terjadi.“Aku pasti akan kembali. Tapi kalau …. Bantu aku rahasiakan dari kakek!” Sonia berpesan untuk terakhir kalinya.Mereka berdua duduk di tempat dalam waktu lama. Setelah ber
Tiba-tiba Jemmy bertanya, “Kapan kamu pulang?”Sonia tertegun sejenak. Dia kira kakek telah mengetahui rencananya. Namun, dia segera merespons, ternyata kakek sedang bertanya kapan Sonia akan pulang ke rumah.“Sepertinya saat liburan bulan Mei nanti,” balas Sonia dengan tersenyum.“Bawa Reza pulang ke rumah!” pesan Jemmy, “Kalau kamu malu, biar aku saja yang beri tahu dia.”Hati Sonia terasa penat. Dia mengangguk sambil tersenyum. “Oke!”…Keesokan paginya, Sonia menaiki pesawat meninggalkan Kota Jembara.Tidak ada penerbangan langsung ke Kota Mika. Jadi, Sonia harus turun di Kota Kurmi, baru menaiki kereta api menuju Kota Mika.Setibanya di Kota Kurmi, waktu pun menunjukkan pukul sebelas siang. Hujan pun tampak mengguyur kota kecil ini.Sonia memesan tiket kereta api di jam dua sore. Jadi, dia pergi mencari makan di restoran terdekat.Kota Kurmi memiliki curah hujan yang ditinggi. Boleh dikatakan bahwa dalam setahun, bisa jadi akan turun hujan terus dalam 300 hari. Pepohonan di tempat
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m