Teddy khawatir ada salah paham di antara Thalia dengan Sonia, dia pun menenangkan Thalia. Setelah itu, Teddy menyuruh wakil sutradara untuk menenangkan Sonia. Dia berharap masalah pribadi mereka tidak berpengaruh terhadap pekerjaan mereka.Wakil sutradara bernama Hardy. Dia berumur 30-an tahun, masih belum menikah. Setelah berkali-kali mencari Sonia, dia malah memendam maksud lain.Hari ini Hardy datang mencari Sonia untuk membahas masalah pekerjaan. Ketika menyadari tidak ada orang di sekeliling, dia tiba-tiba mendekati Sonia, lalu berbicara dengan menatap wajahnya, âSonia, kamu cantik sekali, apa kamu pernah kepikiran untuk menjadi artis?âEkspresi Sonia sangat datar. âNggak pernah.âHardy pun tersenyum. âSayang sekali wajah secantik ini nggak jadi artis. Serius! Dunia hiburan ini kurang wanita seperti kamu.âSonia masih tidak tertarik. âAku nggak berbakat dalam akting.âHardy segera berkata, âNggak masalah kalau kamu nggak berbakat! Bakat bisa dibimbing! Mungkin kamu nggak tahu, ada
Liana mendorong kacamatanya ke atas, lalu melanjutkan, âKelihatan sekali gaun itu dirusak oleh seseorang. Semua orang juga tahu, gaun itu sangat mahal, bahkan ada berlian asli di atasnya. Jangan-jangan ada yang sengaja ingin mengambil manik-manik emas dan berlian di atas gaun itu?âThalia mengedipkan matanya, lalu berkata dengan menggeleng, âNggak mungkin, deh. Meskipun perhiasan itu lepas, semuanya masih ada di sini!âLiana berkata dengan tersenyum sinis, âBukannya akan sangat mencolok kalau dicuri semuanya? Ada yang sengaja melepaskan perhiasannya, saat gaun dikeluarkan dari kotak, perhiasan itu akan jatuh ke lantai. Nantinya semua berlian itu belum pasti bisa ditemukan. Alasannya nyangkut di dalam semak-semak atau lubang.âThalia pun mengangguk, lalu bertanya pada Caroline, âDi mana kamu taruh gaun ini tadi?âCaroline melirik Sonia sekilas, lalu menunduk dan tidak berbicara.Sonia mengangkat kepalanya, lalu berkata, âTaruh di laciku.âLiana pun mengangkat-angkat alisnya dan tidak be
Tatapan Thalia menjadi berkilauan. Dia sedang menebak siapa yang sedang membantu Sonia?Jason atau Bondan?Hanya saja, Thalia berani memastikan Sonia tidak mungkin akan mencari Reza!Saat ini Darren yang sudah mendengar kabar itu pun berlari ke sisi Sonia. Dia bertanya apa yang terjadi.Sonia menjawab, âGaun sudah dirusak. Jadi, perlu diganti yang baru.âDarren melirik sekilas gaun yang dirusak, lalu berkata dengan mengerutkan keningnya, âKerjaan siapa?âLiana sedang menggesek kukunya sambil berkata, âSiapa lagi kalau bukan orang dalam?ââNggak apa-apa!â Sonia berkata dengan tenang, âAda kamera CCTV di dalam ruangan itu. Semuanya akan terjawab setelah memeriksa rekaman CCTV.âBegitu ucapan dilontarkan, raut wajah beberapa orang di dalam kerumunan langsung berubah.Hardy bertanya dengan ragu, âCCTV? Sepertinya ruangan itu nggak ada kamera CCTV?ââAku pasang sendiri. Gimanapun, gaun ini terlalu mahal. Aku takut akan terjadi sesuatu. Jadi, aku pasang CCTV di tempat tersembunyi tanpa beri
Jeremy yang merupakan tokoh utama dalam sinetron kali ini berjalan mendekati. âCantik sekali gaunnya!âDarren mengacungkan jempol ke sisi Sonia. âSonia, kamu hebat sekali! Tak disangka kamu benar-benar bisa meminta gaun baru!âHardy masih merasa bingung. âGimana caranya kamu bisa melakukannya?âSonia berkata, âAku sudah berhasil mendapatkan gaun. Apa syuting sudah bisa dilanjutkan?ââNggak usah buru-buru!â Hardy memalingkan kepalanya menatap Thalia. âThalia, apa kamu ingin mencoba gaunnya dulu?ââNggak usah dicoba lagi!â Thalia berdiri, lalu berjalan ke hadapan gaun baru. Dia tampak mengerutkan keningnya. âAku nggak suka sama gaun ini. Aku lebih suka yang sebelumnya.âTatapan Sonia seketika menjadi dingin. Darren yang tidak bisa bersabar itu pun langsung memaki, âThalia, kamu jangan keterlaluan, ya. Kalau berani, kamu lawan aku saja!âThalia memalingkan kepalanya, lalu berkata dengan berlagak lugu, âSejak kapan aku keterlaluan? Gaun sebelumnya dirancang khusus buat aku. Aku merasa gaun
Hardy mendengus dingin. âHari ini jadwalnya syuting adegan ini. Kalau ada yang nggak ingin kerja lagi, segera tinggalkan tempat ini!âRaut wajah Darren berubah muram. Dia menarik pergelangan tangan Sonia hendak membawanya pergi. Tiba-tiba terdengar suara dingin dari belakang. âAda apa ini?âSetelah mendengar suara itu, sekujur tubuh Sonia menjadi tegang.Thalia memalingkan kepalanya, lalu muncul senyuman manis di wajahnya. âReza!âHardy juga spontan membalikkan kepalanya. Seketika senyuman di wajahnya menjadi semakin lebar. âTuan Reza, kenapa kamu bisa ke sini?âSepertinya karena ada banyak orang di sekeliling, Thalia tidak berani terlalu dekat dengan Reza. Dia hanya bertanya dengan penuh perhatian, âGimana lukamu?ââTidak apa-apa!â balas Reza dengan tersenyum tipis. Tatapannya seketika tertuju pada gaun di tangan asisten Sonia. Dia pun bertanya, âApa yang terjadi?âHardy segera menambahkan minyak di atas kobaran api. Dia mendorong semua tanggung jawab ke diri Sonia. Dia mengatakan se
Tak lama kemudian, terdengar suara pintu terbuka dalam ruangan yang kosong itu. Ada yang berjalan ke depan laptop, lalu mengutak-atiknya mencari data penyimpanan rekaman CCTV.Ketika semua orang melihat bayangan tubuh orang di dalam laptop, mereka terkejut hingga kedua mata terbelalak. Mereka semua spontan melihat ke sisi belakang Liana.Orang yang tertangkap kamera adalah seorang wanita. Dia mengenakan kemeja garis-garis biru putih dengan cat kuku berwarna merah tua, tampak juga cincin model hati di jari manisnya.Wanita itu tak lain adalah asistennya Liana, Haven.Haven spontan melangkah mundur seraya menggeleng dengan ketakutan. âMasalah ini nggak ada hubungannya sama aku! Bukan urusanku!âTatapan sinis Reza dilayangkan ke diri wanita itu. âTidak ada hubungannya sama kamu? Jadi, kenapa kamu buka laptop Sonia?ââAku âĶ aku âĶ.â Haven terkejut terus mengalihkan pandangannya. Ucapannya juga menjadi terbata-bata. Beberapa saat kemudian, Haven baru menjelaskan, âAku hanya penasaran siapa y
Thalia mengerutkan keningnya. âLiana, jangan bicara lagi!ââKenapa aku nggak boleh bicara?â Liana memalingkan kepalanya membelalaki Haven. âBiasanya apa aku pernah mengasarimu? Kenapa kamu malah memfitnahku?âHaven menunduk dan terus menangis. âNggak seharusnya aku dengar ucapanmu.âLiana langsung maju hendak memukul Haven. Namun, ada yang maju untuk menahannya. Dia menunjuk Haven sembari memaki, âKamu tunggu saja, aku pasti nggak akan lepasin kamu!ââLiana!â Thalia menggenggam tangannya, lalu berbisik, âJangan buat onar lagi! Pak Hardy juga nggak bilang bakal hukum kamu. Kalau kamu perbesar masalah ini lagi, nanti kamu pun akan terkena imbasnya!âKemudian Thalia memalingkan kepalanya melihat ke sisi Reza. âReza, pecat Haven saja. Habis itu, kita akhiri masalah ini. Semua ini pasti ulah Haven sendiri. Liana nggak mungkin melakukan hal bodoh ini!âLiana menggertakkan giginya, seolah-olah banyak yang ingin dikatakannya. Namun pada akhirnya, dia terpaksa memendamnya.Reza tersenyum tipis.
Hardy sangat membenci Sonia dan juga Liana. Hanya saja, Liana adalah wanitanya Brian, dia pun tidak berani menyinggung Liana. Dia hanya berbicara dengan nada ketus, âKamu serahkan berlian kepada Sonia. Kita bicarakan masalah ini nanti.âTanpa berbasa-basi, Hardy pun langsung berjalan pergi. Liana mengangkat tangannya menjambak rambut Haven. âSialan.âBelum sempat Liana selesai berbicara, Haven pun menjerit menarik perhatian kru di sekitar.Liana langsung mendorong Haven. âDasar murahan!âHaven yang terjatuh menunduk dan tidak berbicara.Liana membelalakinya, lalu mengambil kotak berlian pergi mencari Sonia.Sonia sedang bekerja saat ini. Liana berdiri beberapa saat di luar sana, lalu berjalan masuk dengan wajah dingin, membanting kotak berlian ke meja. âSemuanya di sini!âSetelah berjemur selama satu jam, rambut Liana sudah basah semuanya. Bahkan, riasan di wajahnya juga sudah luntur. Penampilannya saat ini boleh dikatakan sangat berantakan.Sonia meliriknya sekilas dan tidak berbicara
âSudah hampir pukul sembilan!âSonia mengerutkan keningnya dengan kesal. âTadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.âSonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, âAku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.âReza mencubit pipi Sonia. âKamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.ââKamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!â dengus Sonia dengan ringan.âKalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?âSonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. âHari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
âJangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!â Nada bicara Reza terdengar datar. âAku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!ââAku mengerti! Aku mengerti!â Hendri berkata, âAku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!ââKalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!ââTuan Reza!â Hendri berkata dengan buru-buru, âWaktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?âKening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, âKenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!âHendri sungguh merasa malu. âAku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
âMeskipun jelek, aku tetap menyukainya!â Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. âAku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!âBagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu âĶ.Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. âWaktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.ââCella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!â Tatapan Reza kelihatan dingin. âDia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!âSonia tidak menganggap masalah Cella. âCukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.ââAku akan mengatasinya!â Reza mengecup wajahnya. âTidurlah!âSonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. âSaat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!âJemmy berkata dengan lantang, âKamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?âAska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. âJujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?ââTidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!â balas Aska.âKamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?â Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, âAku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.ââTenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!â balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. âMengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.ââBaik!â Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, âThere, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?âRoger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. âCincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!âCuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. âKalau begitu, kita pulang dulu!âSonia berpesan, âJangan beri tahu Kakek!ââAku mengerti!â balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, âApa tanganmu sakit?ââNggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!â Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, âCella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.ââAku akan melakukannya!â balas Sonia.âKalau begitu, aku pergi dulu!â Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. âAyo, kita pergi.âReza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, âKita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.âSayang!â Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.âHallie!â Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. âBamm!â Terdengar suara ledak
Saat Morgan kembali ke ruangan VIP, Reza pun telah tiba.Tadinya Hallie duduk di samping Sonia. Begitu Reza datang, dia pun langsung duduk di samping Morgan.Saat melihat Morgan telah kembali, Hallie segera berkata dengan tersenyum, âKak Morgan, masakan sudah datang, rasanya benar-benar enak!âMorgan tidak membalas, melainkan melihat Reza. âKapan kamu datangnya?ââBaru saja!â Reza tersenyum tipis, lalu menuangkan segelas alkohol untuk Morgan. âArak hasil fermentasi Bos. Coba dicicip!âSonia berkata, âAku juga ingin minum!âReza menuangkan setengah gelas untuk Sonia. âCuma segini saja.âDaripada tidak ada, Sonia juga tidak boleh serakah. Dia menuangkan setengahnya ke gelas Hallie. âSebelumnya saat di Istana Fers, aku lihat kamu jago minum. Cuaca sudah dingin. Ayo, kita minum bersama untuk menghangatkan tubuh.âHallie tersenyum malu. âAku itu memaksakan diriku buat minum. Sebenarnya aku gampang mabuk.âMereka minum sembari mengobrol. Saat Reza mengobrol dengan Morgan, dia juga tidak lupa
Theresia mengangkat pandangannya dan tersenyum lembut. Seketika seperti angin musim semi yang membuat bunga-bunga bermekaran.Setelah menghabiskan sebatang rokok, Morgan melangkah ke sisi restoran. Saat melewati jendela sebelah, dia menoleh sekilas, ternyata adalah seorang pria. Dia juga mengenakan sweater biru dan kelihatan sangat muda.Setelah sekilas pandang, Morgan mengalihkan pandangannya kembali, lalu melanjutkan langkahnya.Sesampainya di dalam restoran dan melewati koridor, tiba-tiba pintu kayu di sebelah kanan terbuka. Morgan mengangkat kepalanya dan matanya berpapasan dengan mata gadis yang keluar dari pintu. Satunya kelihatan syok, sedangkan yang satu lagi menatap dengan tatapan penuh makna.Setelah mereka kencan buta, mereka tidak pernah saling berhubungan lagi. Hari ini adalah pertama kalinya mereka bertemu lagi.Ternyata selama berada di satu kota, pasti akan ketemu.Theresia duluan bersuara, âKamu masih belum pergi?âSeingat Theresia, Morgan mengatakan dia hanya akan tin