Semoga suka dengan 2 bab hari ini, MyRe. Lanjutannya besok lagi yah. Terus dukung novel kita dengan cara vote gems, hadiah dan komentar manis. Papai ... IG:@deasta18
Tita dengan cepat dan sekuat tenaga melepas tangan Damian dari pipinya. Setelah itu, dia menunduk–pura-pura fokus berkebun. "Mata panda lagi trend," jawab Tita cepat, menjauh dari Damian karena grogi. Entah kenapa jantung Tita berdebar sangat kencang hanya karena Damian bertanya kenapa ada lingkaran hitam di matanya. Pasti memalukan bagi Tita jika Damian sampai tahu kalau matanya begini karena tidak bisa tidur sebab tak dipeluk oleh Damian. "Trend apanya?" Damian berkata datar, dia berdiri lalu menarik Tita. "Mata panda itu jelek. Kompres matamu," lanjutnya, membawa Tita dari sana. Tita hanya pasrah ketika Damian membawanya masuk dalam rumah. Pria itu mendudukkannya di sofa lalu mengambil kain untuk mengompres mata Tita. Selanjutnya, Damian mengompres mata istrinya dengan kain yang dicelupkan pada air es. "Aku sudah menyiapkan sarapan, Kakak bisa sarapan," ucap Tita, menyandar di sofa sambil menutup mata sebab matanya dikompres. "Kita akan sarapan bersama," ucap Damian kemu
"Kau menyukai Tita dan aku menyukai Damian, bagaimana kalau kita bekerja sama?" tawar Catrina, berkata penuh keyakinan dan keseriusan. Tak lupa Catrina mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan pria tampan dihadapannya. James menatap Catrina dengan tampang muka datar, lalu menepis kasar tangan Catrina. "Tanpa bantuan mu aku bisa mendapatkan Tita," jawabnya datar. Catrina menatap uluran tangannya yang ditepis oleh James, setelah itu menatap James setengah kesal. "Jika kita bekerja sama, kita bisa mendapatkan apa yang kita mau dengan mudah. Kau ingin Tita dan aku ingin Damian." "Sayangnya aku tak ingin kau menjadi pasangan Damian!" sinis James, "citra keluarga kami bisa buruk dan jelek," lanjutnya dengan nada meremehkan. "A-apa maksudmu mengatakan hal itu?" Catrina menatap James dengan ekspresi tak terima, dia tersinggung oleh ucapan James yang menyelekit di hati. "Bercerminlah!" James berucap tegas, "kau sangat tak layak untuk Damian. Kau perempuan bersuami. Mungkin ban
"Jadi tadi itu apa? Dek, kau membohongi Kakak? Tega sekali kau, Dek."Tita menatap ke arah suaminya yang juga kebetulan menatapnya. Damian menghela napas lalu duduk di sofa panjang–bersebelahan dengan Sbastian. "Tita, tolong buatkan aku kopi," pinta Damian pada istrinya, mendapat anggukkan dari Tita. "Kak Sbastian ingin kubuat kopi juga?" tanya Tita, kakaknya hanya mengangguk lesu. Tita beranjak dari sana untuk membuatkan kopi pada kakak dan suaminya. Sedangkan Damian, dia dan Sbastian berbicara. Sebenarnya ada yang ingin Damian tanyakan pada Sbastian tentang hal yang serius, oleh sebab itu dia menyuruh Tita membuatkan kopi. "Kau dan James punya masalah?" tanya Damian datar. Dia bertanya demikian karena saat dia dan Sbastian datang tadi, James langsung menatap marah ke arah Sbastian. Hal itu membuat Damian jadi bertanya-tanya. Sbastian mengaggukkan kepala, mengusap tengkuk karena merasa tak enak untuk mengatakan hal ini pada Damian. Namun, sepertinya dia harus memberitahu Damian
"Uhuk' uhuk' uhuk." Sbastian langsung terbatuk-batuk, melirik pada Damian yang menurutnya sudah gila! Tita melototkan mata pada Damian, dia syok mendengar perkataan suaminya. Sedangkan Damian, dia tersenyum manis pada Tita. Tampang mukanya flat, sama sekali tak merasa bersalah ataupun merasa berdosa karena telah mengatakan hal tersebut. Toh, tak ada yang salah. Tita istrinya bukan? Hanya saja, Damian memang sengaja menyinggung masalah bayi. Dia ingin seseorang tahu jika hubungannya dengan Tita sudah sangat intens dan sudah jauh. Damian kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Tita, kemudian dia membisikkan sesuatu. "Anggukkan kepalamu, Tita Diandra Abraham," ucapnya dengan nada dingin dan penuh penekanan. Lagi-lagi sengaja agar Tita mematuhi perkataannya. Tita menganggukkan kepala, patuh karena takut oleh bisikan suaminya yang mengerikan. Melihat itu, Sbastian beralih kaget. Awalnya dia kira Damian hanya bercanda atau sekadar memanas-manasi James, tetapi melihat adiknya menganggu
"Iya, Kak," ucap Tita pada akhirnya, mengusap wajah yang basah sambil menatap teramat dongkol pada suaminya. Jahat! **** Hari ini Tita sedang sibuk mengisi tanah yang ia campur dengan sekam ke dalam polybag. Awalnya Nindi ingin berkebun dengan cara hidroponik. Akan tetapi Tita berubah pikiran. Dia dan Damian hanya sementara di sini, jadi lebih baik dia berkebun dengan media tanah dan sekam. Karena ini akan lebih mudah saat dia dan Damian pinhanan nanti. Setelah selesai, Tita langsung memindahkan bibit tanaman yang ia beli ke media dalam polybag. Dia juga menyemai benih tanaman bayan di polybag yang tersisa. "Beres." Tita tersenyum manis melihat kebun mininya yang sudah selesai ia tanam dan atur. Sehabis berkebun, Tita mandi dan segera pergi. Hari ini Tita berniat menemui menemui sahabatnya, Lisa. Tita dan Lisa menghabiskan waktu dengan nongkrong di cafe, kemudian mereka berbelanja bersama. Mengingat suaminya suka meminum kopi, Tita membelikan tumbler untuk Damian.
Tita duduk kaku di sebuah kursi, menghadap halaman yang luas dan indah. Semua orang sedang menghabiskan waktu di taman, olahraga bersama. Damian pergi dengan ayahnya, entah kemana. Tita ditinggal di tempat ini dan dia hanya bisa duduk kikuk. Dia ingin bergabung dengan aunty dan sepupu suaminya, akan tetapi Tita tak akrab dengan mereka. Terlebih sosok yang ia duga penyihir, ada di sana. Tita jadi takut, dia tak punya penangkal sihir dan suaminya tak di sini. Akhirnya dia hanya duduk diam di sini. "Tita Diandra Abraham?" Mendengar namanya dipanggil, Tita langsung menoleh ke arah seseorang yang memanggil namanya tersebut. Seorang pria! Dia tersenyum pada Tita lalu menarik kursi, duduk di depan Tita. "Kau istri Damian?" tanya pria itu. Tita menganggukkan kepala. "Aku James Abraham, sepupu suamimu," ucap pria itu, memperkenalkan diri dengan sopan dan rahan. Lagi-lagi dia tersenyum manis pada Tita, membuat Tita tak enak dan merasa canggung. "Salam kenal, Kak," ucap Tita
Dia berpura-pura lemah, supaya seseorang itu datang menolongnya. "Shit," umpatan pelan terdengar dari suara bariton yang baru tiba di sana. "Tita," panggil sosok lainnya dengan nada khawatir, berlari cepat untuk menghampiri Tita. Tita yang masih terduduk di lantai menoleh ke arah sosok yang memanggilnya, bibirnya langsung melengkung ke bawah–menunjukkan ekspresi sedih dan ingin menangis. Tangannya terulur ke depan, berharap mendapat dekapan hangat dari sosok yang memanggilnya tadi. Sosok itu berlari cepat ke arah Tita dan Tita sangat menunggu pelukannya. Namun, ketika sudah dekat, tiba-tiba sosok lain berlari jauh lebih cepat ke arah Tita–mendorong Sbastian lalu langsung menarik Tita dalam pelukannya. Tita yang awalnya sedih, reflek cengang dan shock dalam pelukan Damian yang sangat erat. Tita menoleh ke arah kakaknya yang tersungkur akibat didorong oleh Damian, memperhatikan raut muka dongkol dan masam Sbastian. "Kau tidak apa-apa, Darling?" tanya Damian khawatir, melepas
Damian menatap istrinya lekat. Dia mempertimbangkan, akan tetapi pada akhirnya Damian membiarkan Tita pergi. Sedangkan Tita, setelah Damian memperbolehkannya pergi, dia segera keluar dari ruangan Damian.***Tita habis dari minimarket terdekat, di mana setelah mendapatkan jajan yang dia inginkan, Tita kembali ke kantor suaminya. Ketika Tita menuju ruangan suaminya, tiba-tiba saja dia melihat Maya dan Catrina di depan pintu ruangan Damian. Maya langsung melayangkan tatapan tak suka padanya dan Catrina menatap penuh dendam pada Tita. Tita mencoba cuek, berjalan mendekati ruangan Damian dan membuka pintu untuk masuk. Akan tetapi, Maya menahannya dan langsung mendorong Tita agar menjauh dari pintu. "Kamu makin kurang ajar yah!" kesal Maya, membentak Tita yang menurutnya lancang masuk ke ruangan sang Big bos. Sedangkan Catrina, dia menatap Maya dengan penuh selidik. 'Sepertinya Maya tidak tahu kalau Tita istri Damian. Cih, ini kesempatanku.' batin Catrina, tersenyum licik dengan tip
Tita berjalan riang di lorong menuju lift. Saat ini dia sudah di kantor suaminya, ingin mengantar makan siang untuk kakak dan suaminya. Mengenai Catrina, saat perempuan itu dijambak oleh para ibu, Tita diperbolehkan pergi oleh ibu-ibu agar Catrina tak mengganggunya. Entah seperti apa nasib Catrina, Tita tidak tahu dan dia malah senang. "Kamu lagi kamu lagi!" ketus seseorang, menatap Tita dengan raut muka tak suka. Dia adalah Maya, manager di perusahaan ini. Tita tak menggubris, memilih diam dalam lift. Setelah lift terbuka, Tita langsung keluar–tak peduli pada manager tersebut. Namun, sepertinya manager itu tak ingin membiarkan Tita pergi begitu saja. Dia mengejar Tita lalu menghadang Tita. "Heh! Bukannya kamu sudah dipecat oleh Tuan Sbastian? Kenapa kamu masih berani masuk ke kantor ini? Kamu tahu-- Tuan Damian sangat tidak suka jika ada orang asing yang tak berkepentingan sembarangan masuk ke perusahaan ini. Jika Tuan Damian melihatmu, dia bisa menghabisi mu," ucap Maya