"Aku mencintai Kak Damian."Damian terdiam sejenak, menatap Tita dengan ekspresi yang sulit diartikan. Begitu juga dengan Tita yang memilih diam, bersedekap di dada dengan menampilkan muka songong abis. Namun, tiba-tiba saja …-'Ekhm.' Suara deheman terdengar dari handphone Damian. Seketika itu juga Tita tersadar jika suaminya sedang menelpon ayah mertuanya. Tita sudah hafal dengan suara mama dan ayah mertuanya! Ekspresi tengil Tita langsung hilang, berganti dengan wajah yang terpasang konyol dan malu. Dia buru-buru lari dari sana. Sedangkan Damian, kembali menempelkan handphone di telinga. "Sepertinya pembicaraan kita sampai di sini dulu, Ayah. Besok aku hubungi setelah kami di rumah baru," ucap Damian, mendadak kikuk dan gugup sendiri. Percayalah! Jantung Damian berdebar dengan sangat kencang, saking kuatnya Damian merasa bisa mendengar debaran jantungnya sendiri. Secara tipis-tipis, senyuman muncul di bibir Damian. Namun, dia berupaya menahan. Sejujurnya ini memalukan dan m
Di sisi lain, Randi langsung memeluk ayahnya. Anak itu menangis karena takut pada orang-orang yang menjambak mamanya. "Papa, mereka jahat pada Mama," adu Randi, yang hanya tahu jika orang-orang jahat pada mamanya karena memukul dan menjambak mamanya. "Ouh, jadi kamu suami dari si gatal ini?" ucap salah satu ibu-ibu dengan pakaian santai yang elegan. Ibu-ibu yang ada di sini memang berasal dari kaum elit, mereka terbiasa berpenampilan anggun dan selalu menjaga image. Akan tetapi jika mengenai pelakor, mereka sama sekali tak peduli dengan image. Mereka bisa menjadi manusia paling bar-bar. Karena mereka seorang istri dan takut suami mereka juga terjerat dari pelakor. "Iya. Dan kenapa kalian bersikap buruk pada istriku?" ucap Jello, suami Catrina dengan nada marah dan tak terima. "Kalian bisa saya laporkan pada pihak berwajib," lanjutnya mengancam para ibu-ibu tersebut. "Kami tidak takut!" jawab seorang ibu yang terlihat lebih muda dari ketiga temannya. "Heh, istrimu ini pela
'Cih, Tita pasti mengira kalau Damian yang memelukku. Semoga setelah ini Tita marah pada Damian dan hubungan mereka berakhir buruk.' batin Catrina, diam-diam tersenyum setelah berhasil jatuh dalam pelukan Damian. Tita mengepalkan tangan ketika melihat hal tersebut, perasaan marah, kesal dan geram bercampur–menyatu dalam hati. Melihat sebuah meja, di mana di atasnya ada sebuah miniatur yang menjadi hiasan. Tita langsung menendang kaki meja dengan cukup kuat, membuat meja tersebut berakhir terjatuh dan membuat miniatur dari bahan kaca tersebut pecah. Prang' Suara pecahan terdengar nyaring, Damian mendorong Catrina dan reflek menoleh ke arah Tita. "Darling," panggil Damian pelan. Tita kembali menendang meja yang sudah tergeletak di lantai kemudian beranjak dari sana. Wajah Tita terlihat marah, dingin dan dengan mata tajam. Namun, setelah jauh dari Damian–setelah di lorong menuju kamar, Tita langsung melompat-lompat kesakitan. "Kakiku kakiku kakiku!" ringisnya, berhenti melompa
"Nggak apa-apa kalau Luis muak. Toh aku juga sudah muak," jawab Lisa, menghapus cepat air mata yang berhasil jatuh. "Apa maksudmu?" Luis mengerutkan kening, menatap kesal akan tetapi bercampur heran pada Lisa. "Cape banget yah pacaran sama kamu. Aku berusaha menjadi waktu untukmu, tapi kamu sedikitpun tak punya waktu untukku. Setiap hal kecil di hidupmu, aku usahakan untuk merayakannya. Tapi kamu-- kamu bahkan tak ingat hal-hal besar dalam hidupku." "Ck, baperan." Bunga memutar bola mata jengah. Sedangkan Luis, dia berdecak pelan. "Hoodie itu--" Lisa menatap hoodie yang Bunga pakai, "aku nabung loh supaya bisa beliin hoodie itu ke kamu. Tapi-- kamu malah kasih ke dia." "Hal sepeleh begini saja kau permasalahkan. Bunga hanya meminjam. Apa masalahnya?" ketus Luis. Lisa tertawa pelan, dan lagi-lagi air matanya jatuh. Dia menghela napas cukup berat lalu tiba-tiba melepas gelang yang ia pakai. Setelah itu, dia menyerahkan gelang tersebut pada Luis. "Ini gelang yang sama d
"Kau tahu tentang gelang ini?" Sbastian menyerahkan sebuah gelang pada seorang perempuan–makhluk konyol yang dekat dengan adiknya. Di sisi lain, Lisa sangat gugup karena diajak bertemu oleh Sbastian–kakak sahabatnya. Aura pria dewasa ini sangat mahal, seperti aura suami sahabatnya. Dia juga sangat tampan, mempesona, dan berpenampilan rapi. Andai dia tak punya pacar, mungkin Lisa bakal reflek minta dinikahi oleh pria di depannya ini. Demi Tuhan! Kakak sahabatnya ini tampan plus punya aura suami able yang kental. Sebenarnya suami Tita–Damian Asher Adam, adalah pria yang sangat luar biasa tampan. Ketampanan pria itu mungkin serata dengan pada dewa ketampanan dalam mitologi yunani kuno. Namun, meski begitu, Lisa tak pernah punya perasaan suka atau berhalusinasi untuk menjadi istri Damian. Mungkin karena dia sangat segan pada pria keturunan Abraham tersebut, dan tak bisa dipungkiri, Damian memiliki aura dominan yang mengerikan. Menurut Lisa, sepertinya Damian memang cocok dengan
"Sebenarnya mengenai kehamilan Tita, itu … Damian berbohong. Bermula beberapa hari yang lalu ketika James datang ke gedung ini, berkunjung ke tempat temannya. Demi memanas-manasi James, Damian melakukan sebuah kebohongan, mengatakan jika Tita hamil. Saat itu, aku juga seperti kalian ini, senang luar biasa karena sebentar lagi aku akan menjadi seorang paman. Tapi setelah tiba di sini, Tita bilang kalau dia tidak hamil," jelas Sbastian, terpaksa jujur karena insiden tadi–di mana Damian yang terlalu senang istrinya hamil, tiba-tiba menerjang dan memeluk Tita. Karena hal itu, orang tua mereka curiga pada sikap Damian. Akhirnya Sbastian memilih jujur. Toh, Tita memang benar hamil, jadi tak ada yang harus di khawatirkan. "Pantas saja sikapmu aneh," ucap Diego, menatap Sbastian dengan ekspresi bercampur aduk. Jadi putrinya tidak hamil? Astaga, pak tua ini sangat kecewa. Sbastian tersenyum canggung pada ayahnya, sejenak menggaruk pelipis karena tak enak melihat ekspresi kecewa ayah da