Share

Panik

Author: Aldra_12
last update Last Updated: 2024-09-03 11:58:30

Grisel terkejut, karena baru pertama kalinya ia mendengar Kaivan sedikit membentak.

“O-oh, ya … kamar 204, Pak—” Grisel sampai tergagap karena panik.

Setelah itu Kaivan pergi meninggalkan Grisel dan menuju ke dalam Vila lagi.

Kondisi Vila sangat sepi, karena para pegawai ikut acara outbound pagi ini. Hingga Kaivan melihat siluet seorang wanita yang tengah berjalan ke arah pantry.

Eve menggigit bibir bawahnya, berusaha meredam ketegangan yang menjalar di seluruh tubuhnya. Ia hanya ingin menghilang. Kenangan akan tadi malam membuatnya merasa seolah dikelilingi oleh bayang-bayang kelam. Setiap kali ia memikirkan Kaivan, rasa hancur menggerogoti hatinya. “Bagaimana jika dia tahu?” pikirnya, wajahnya semakin pucat.

Di saat bersamaan, Eve yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri pun menabrak tubuh seseorang.

“M-maaf, aku—” Perkataannya terpotong ketika kepalanya menengadah ke atas, melihat siapa pria yang baru saja ia tabrak. 

“P-pak Kaivan … maaf …” Eve memundurkan tubuhnya seraya menunduk takut. Kenapa dalam situasi ini, Eve harus bertemu dengan pria itu. Bukankah seharusnya Kaivan ikut outbound?

Eve merasa cemas ketika Kaivan mendekat. Ada sesuatu tentang kehadiran Kaivan yang membuatnya berdebar, meskipun ia tidak bisa menyangkal betapa menakutkannya situasi ini. 

Eve merasa seolah waktu berhenti. Dan di hadapannya, berdiri Kaivan, menampilkan wajah yang serius. Tatapan mata pria itu langsung menembus jiwanya, dan Eve merasa seolah semua pikirannya sedang dibaca oleh Kaivan.

“Kau baik-baik saja?” Suara Kaivan berat, penuh ketegasan di sana.

Eve merasakan jantungnya berdebar cepat. “Aku … aku baik,” jawabnya, suaranya terdengar lemah bahkan bagi dirinya sendiri. Eve lupa bersikap formal karena gugup. Dia ingin mengalihkan pandangan, tetapi tidak bisa. Tatapan Kaivan membuatnya terkunci, seolah berusaha mencari sesuatu yang tersembunyi di balik kata-katanya.

“Aku dengar kau tidak bisa ikut outbound,” lanjut Kaivan, masih dengan nada serius, seolah-olah pertanyaan itu dilontarkan untuk berbasa-basi.

“A-ah … saya merasa tidak enak badan.” Setiap kata yang keluar terasa berat, seolah menahan beban yang terlalu berat untuk dipikul. “Tapi tidak apa-apa, saya hanya butuh istirahat.”

Kaivan diam dengan tatapan dinginnya, lalu bibirnya kembali terbuka untuk bicara.

“Kau melihat seseorang masuk ke kamarku tadi malam?” Suara Kaivan terdengar datar namun penuh ketegasan.

Eve terdiam, terkejut mendengar pertanyaan Kaivan. Wajahnya memucat seketika, dan tanpa sadar pandangannya jatuh ke tangan Kaivan. Di sana, sebuah bros kecil berkilau samar, benda yang sangat ia kenali. Ia menahan napas, apakah bros itu miliknya?

Eve mencoba untuk mengatur napas, tatapannya ia alihkan dari benda yang dipegang oleh Kaivan. "T-tidak, Pak ... Saya tidak melihat siapa-siapa," jawabnya, suaranya terdengar ragu. 

Namun, setelah Eve menjawab, tidak ada jawaban dari Kaivan, Eve merasa atmosfer di sekitarnya semakin mencekam, Eve perlahan mundur dan mengakhiri percakapan itu dengan alasan yang tampak sederhana. "Maaf, Pak Kaivan. Saya ... saya perlu mengambil minum." Dia berbalik menuju pantry, berharap bisa sedikit mengurangi ketegangan.

Kaivan memperhatikan gerakannya yang tergesa-gesa. Dia mengepalkan tangan memegang bros yang ia temukan pagi ini di kamarnya. “Jika kau menemukan siapa pemilik bros ini, beritahu aku.” 

Suaranya terdengar dingin dan tajam, membuat Eve merasakan ketidaknyamanan yang semakin menusuk. Langkah Kaivan berlalu, meninggalkan Eve sendiri di pantry Vila.

Ketika sosok Kaivan menghilang di balik pintu, Eve hanya berdiri di tempatnya, diam, dengan perasaan yang semakin bergejolak.

“B-bros? Apakah itu milikku?” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Adeena
kalo Bram tau Eve pergi bukan'y malah bikin kalian tambah bertengkar Alana harus'y mikir sebelom bertindak...kakak ipar yg jahat ini
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Bonus Chapter 5~Selesai

    Waktu berjalan dengan begitu cepat. Perjuangan yang biasa dilakukan sendiri, sekarang banyak yang menemani.Selama kehamilannya, Eve benar-benar merasakan banyak perhatian banyak orang di sekitarnya, membuatnya bisa menikmati kehamilan dengan perasaan tenang dan bahagia.Pagi itu. Eve berjalan ke ruang ganti untuk menghampiri Kaivan. Usia kandungannya sudah sembilan bulan. Perutnya sudah besar dan Eve mulai kesusahan melakukan aktivitasnya.“Biar aku bantu pakaikan dasi,” ucap Eve saat menghampiri Kaivan.Kaivan menoleh. Dia melihat istrinya itu berjalan mendekat.“Kalau lelah duduklah saja, Eve.”Eve hanya tersenyum. Dia meraih dasi Kaivan dan kukuh ingin mengikat dasi.“Duduk terus juga capek,” balas Eve.Dia mengikat dasi dengan seksama.Kaivan memperhatikan Eve yang sedang mengikat. Semakin besar kandungan Eve, istrinya itu terlihat semakin cantik.“Sudah,” ucap Eve.“Terima kasih,” balas Kaivan diakhiri sebuah kecupan di kening.Perhatian Kaivan ke perut Eve. Dia mengusap lembut p

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Bonus Chapter 4

    “Apa Dokter tidak salah memeriksa?”“Sudah dipastikan lagi?”Eve merasa kepalanya sangat berat. Samar-samar dia mendengar suara Kaivan dan Maria. Dia pun berusaha untuk membuka mata sampai akhirnya melihat dua orang itu berdiri di dekatnya dengan ekspresi wajah panik.“Sayang.” Eve memanggil dengan suara lirih.Kaivan menoleh ketika mendengar suara Eve. Dia segera menghampiri istrinya itu.“Bagaimana perasaanmu? Mana yang sakit?” tanya Kaivan sambil menggenggam telapak tangan Eve.Maria juga ikut mendekat ke ranjang karena sangat mencemaskan Eve.“Aku di mana?” tanya Eve dengan suara berat.“Di rumah sakit, tadi aku dihubungi kalau kamu pingsan, jadi aku membawamu ke sini,” jawab Kaivan.Eve mengangguk pelan. Dia memang masih merasa sakit kepala.Kaivan dan Maria menunggu dengan sabar sampai Eve sepenuhnya sadar. “Aku tidak tahu kenapa bisa pingsan, maaf sudah membuat kalian cemas,” ucap Eve lirih.“Untuk apa minta maaf. Kami malah cemas kalau terjadi sesuatu padamu, tapi untungnya ti

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Bonus Chapter 3

    Setelah berjuang sendiri, sekarang ada tangan yang bisa Eve genggam erat. Dia bagai Cinderella yang akhirnya menemukan sang pangeran, diratukan dan dicintai begitu dalam oleh pria yang bahkan sekalipun tak pernah ada di dalam mimpinya.Pernikahan Eve dan Kaivan sudah satu tahun berjalan. Pagi itu Eve membantu pelayan di dapur menyiapkan sarapan, sudah menjadi kebiasaan meski para pelayan dulu sering melarang.“Ini sudah semuanya, ditata di meja, ya.” Eve memberi instruksi setelah selesai memasak.“Baik, Bu.”Eve meninggalkan dapur. Dia pergi memanggil Maria sebelum membangunkan Kai dan Kaivan.“Ibu sudah bangun?” Eve masuk kamar untuk mengecek Maria.“Sudah, Eve.” Suara Maria terdengar dari kamar mandi.“Sarapannya sudah siap, aku mau bangunin Kai dan Kaivan dulu,” ucap Eve.Setelah mendengar balasan Maria dari dalam kamar mandi. Eve segera keluar dari kamar sang mertua, lantas pergi ke lantai atas. Semalam Kai merengek ingin tidur bersama mereka, sehingga pagi ini putra mereka yang s

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Bonus Chapter 2

    Kaivan baru saja keluar dari kamar mandi. Dia melihat Eve yang berbaring memunggunginya. Apa Eve sudah tidur?Kaivan naik ke ranjang. Dia bergeser mendekat ke arah Eve berbaring, lantas menyentuh lengan wanita itu.“Eve, kamu sudah tidur?” tanya Kaivan. Dia bahkan sengaja meletakkan dagu di lengan Eve.Eve sebenarnya sangat panik dan gugup. Dia berpikir untuk tidur lebih dulu sebelum Kaivan selesai mandi, tapi kenyataannya dia hanya bisa memejamkan mata dan tidak bisa jatuh ke alam mimpi, membuatnya sekarang malah semakin cemas.Ini memang bukan malam pertama baginya, tapi lamanya waktu tidak pernah berhubungan seperti itu, tentu membuat Eve merasa ini seperti yang pertama baginya..“Kamu lelah, hm?” tanya Kaivan. Dia tahu Eve belum tidur karena kelopak mata Eve tampak bergerak.Kaivan terus meletakkan dagu di lengan Eve, dia menatap gemas pada Eve yang berpura-pura tidur. Sampai akhirnya dia melihat Eve membuka mata.“Apa kamu lapar?” tanya Eve seraya menatap pada Kaivan.Kaivan meng

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Bonus Chapter 1

    “Kai mau pulang cama Mami dan Papi.”Kai bersidekap dada. Dia tidak mau beranjak dari kursinya saat Maria mengajak pulang.Maria, Bram, dan Alana saling tatap, bagaimana caranya membujuk Kai agar Kaivan dan Eve bisa menikmati malam pengantin.“Atau Kai mau tidur di rumah Paman?” tanya Bram membujuk.“Ih … Kai maunya cama Mami dan Papi.” Kai turun dari kursi. Dia berlari menghampiri Kaivan dan Eve yang sedang bicara dengan Dania.“Mami, Papi. Kai mau ikut kalian, tapi Nenek cama Paman malah mau ngajak pulang!” teriak Kai begitu keras.Kaivan dan Eve menoleh bersamaan, mereka terkejut melihat Kai berteriak-teriak seperti itu.“Kenapa, hm?” tanya Eve sedikit membungkuk agar bisa menatap sang putra.“Itu, macak Kai curuh pulang cama Nenek, Kai ‘kan maunya cama Mami dan Papi.” Kai mengadu sambil menunjuk ke Maria dan Bram yang sedang berjalan menghampiri.Kaivan menoleh ke Maria, tentu dia paham dengan niatan Maria mengajak Kai pulang.“Kai, nanti Mami dan Papi akan pulang, tapi setelah me

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Semua Bahagia

    Pernikahan Kaivan dan Eve berjalan dengan sangat lancar. Mereka sudah sah menjadi suami istri, kini tradisi melempar bunga pun akan dilakukan.Beberapa karyawan lajang yang diundang ke pesta itu sudah bersiap di depan altar, begitu juga dengan Dania yang ikut bergabung untuk mendapatkan buket bunga milik Eve. Siapa tahu selanjutnya dia yang akan menikah.Eve tersenyum penuh kebahagiaan melihat orang-orang antusias ingin merebut buket bunganya. Dia melihat Dania yang memberi kode agar dilempar ke arah Dania, membuat Eve semakin menahan senyum.Eve memunggungi para wanita yang siap menerima buket miliknya. Master Ceremony mulai berhitung, lalu di hitungan ketiga, Eve melempar buket bunga miliknya.Buket itu terlempar cukup kuat. Dania begitu antusias ingin menangkap, tapi banyaknya wanita di sana, membuat buket itu terpental beberapa kali hingga akhirnya jatuh ke tangan seseorang.Semua wanita kini menatap pada orang yang memegang buket itu.“Brian.” Eve terkejut tapi juga merasa lucu ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status