Share

Teman Bermuka Dua

Author: Aldra_12
last update Last Updated: 2024-09-03 11:59:04

Eve bergegas kembali ke kamarnya, menutup pintu dengan gemetar. Begitu berada di dalam, dia langsung menuju laci meja, membuka lemari, dan memeriksa setiap sudut kecil tempat di mana brosnya ia simpan. Pencariannya semakin intens seiring dengan detak jantung yang tak terkendali, tapi hasilnya tetap sama, bros itu tidak ada. Hanya ada satu kemungkinan yang memenuhi pikirannya, dan pikiran itu membuat dadanya semakin sesak, bros yang saat ini berada di tangan Kaivan adalah miliknya.

Ketakutan memenuhi hatinya. “Bagaimana bisa sampai di sana?” pikirnya, berusaha mengingat setiap detail malam sebelumnya, meskipun semuanya terasa samar dan buram. Dengan cepat, Eve mengunci pintu kamarnya, berusaha mengumpulkan pikirannya yang berantakan.

Di sisi lain, Kaivan tengah memeriksa sesuatu, menatap layar CCTV yang menampilkan rekaman malam sebelumnya. Bersama petugas, dia memutar ulang rekaman dari semua kamera di lorong dan koridor vila, berharap menemukan petunjuk tentang siapa yang masuk ke kamarnya. 

“Kamar yang anda tempati tidak ada CCTV, sehingga kami tidak bisa menemukan seseorang yang masuk ke kamar anda tadi malam, Pak.” kepala operator itu mencoba menjelaskan kepada Kaivan.

Kamar Kaivan yang terletak di ujung koridor ternyata tidak terjangkau oleh CCTV, meninggalkan area itu tanpa pengawasan. Tidak ada rekaman yang menunjukkan sosok siapapun yang masuk atau keluar dari kamarnya.

Setelah upayanya tak membuahkan hasil, Kaivan keluar dari ruang operator dan menuju halaman vila, di mana acara telah selesai. Para pegawai sedang bersiap untuk pulang, dan suasana tampak lebih santai. 

Di tengah keramaian, tatapan Kaivan tertuju pada wajah Eve yang tampak semakin pucat. Setiap gerakannya terlihat canggung dan gelisah. Hal itu tidak luput dari perhatian Kaivan, dan ia diam-diam mengamati setiap gerak-gerik wanita itu dengan tatapan yang tidak terbaca.

Namun, perhatian Kaivan segera teralihkan ketika Grisel mendekati Eve. 

Grisel melihat Kaivan yang sedari tadi memperhatikan Eve membuatnya merasa tidak senang. Grisel bergerak cepat, menyentuh bahu Eve dengan lembut sambil berkata, "Eve, biar aku antar pulang, ya? Sepertinya kamu butuh istirahat." Nada suaranya terdengar penuh kepedulian, tapi matanya sekilas melirik Kaivan, memastikan ia mendengar ucapannya. Kaivan segera mengalihkan tatapannya, terlihat tidak peduli.

Eve terkejut dengan tawaran Grisel. Baru kali ini ia bersikap perhatian kepadanya, setelah beberapa tahun Grisel mencoba menghindari Eve atas apa yang sudah Grisel lakukan kepadanya. Namun, karena kepala Eve semakin terasa berat, Eve pun hanya mengangguk setuju tanpa banyak berkata.

**

Eve mengikuti Grisel keluar halaman vila dengan langkah gontai, seluruh tubuhnya terasa berat oleh beban rahasia yang semakin menekan. Rasa panik bercampur ketakutan menghantuinya, membuatnya sulit bernapas. Bayangan Kaivan yang memegang bros itu tidak bisa ia hilangkan dari pikirannya. Setiap skenario buruk berputar di kepalanya, membuatnya ingin melarikan diri sejauh mungkin.

Eve menggigit bibir bawahnya, menahan gejolak emosi yang meluap di dadanya. Matanya sedikit berair, namun ia berusaha untuk tidak memperlihatkannya. Tidak saat ini, tidak di depan Grisel, yang selalu tampak mencari-cari kelemahannya. 

“Eve, kamu kenapa, sih?” Grisel memecah keheningan dengan suara lembut, tapi terselip nada yang sulit diartikan. 

Ia menatap Eve dengan senyum yang tampak manis, namun matanya mengawasi setiap perubahan ekspresi di wajah Eve, seolah mencari sesuatu yang bisa dimanfaatkan.

“Ah … aku … cuma lelah saja.” Eve mencoba menghindari tatapan Grisel, tidak ingin membuka peluang bagi wanita itu untuk membaca kegelisahannya.

“Oh ya?” Grisel menaikkan sebelah alis, tersenyum samar sambil mengusap lembut punggung Eve, seolah menunjukkan kepedulian. Namun, sentuhannya terasa dingin, bahkan menusuk. “Kamu benar-benar tampak seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Apa ada yang kamu khawatirkan, hmm?”

Eve menggigit bibirnya semakin keras, berusaha menahan kepanikan yang semakin meluap. Grisel memiringkan kepala, masih menatapnya dengan penuh minat, seolah menanti momen di mana Eve akan menyerah dan mengaku. “Mungkin ... sesuatu yang terjadi tadi malam?” Grisel menambahkan, suaranya seperti bisikan tajam yang menusuk telinga Eve. 

Perlahan, Eve mundur, ingin menjauh dari jangkauan Grisel. "Tidak ... tidak ada apa-apa," jawabnya pelan, suaranya hampir bergetar. “Aku benar-benar hanya ingin pulang dan istirahat.”

Grisel terkekeh kecil, lalu melepaskan tangannya dari punggung Eve. “Baiklah, kalau itu yang kau mau. Tapi kau tahu kan, Eve? Kita ini teman, jadi kalau ada sesuatu yang ingin kau ceritakan ... aku pasti akan mendengarkan.”

Eve merasa muak mendengar penuturan Eve. Grisel menganggapnya teman, teman seperti apa yang dengan teganya merebut calon tunangan temannya sendiri?

Ketika mereka melangkah menuju mobil, Grisel melemparkan satu tatapan terakhir ke arah vila, memastikan Kaivan masih berada di halaman, seolah-olah ingin menunjukkan bahwa ia telah meninggalkan kesan tertentu. “Kaivan tadi memperhatikanmu, kau tahu?” ujarnya dengan suara pelan, tapi cukup jelas bagi Eve untuk mendengarnya. 

“Sepertinya dia benar-benar penasaran ... atau mungkin khawatir?" Grisel menyeringai samar, lalu masuk ke mobil, meninggalkan Eve dalam ketidaknyamanan atas perkataan grisel.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Adeena
Kaivan lg sidak di asrama malam2 apa sengaja ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Bonus Chapter 5~Selesai

    Waktu berjalan dengan begitu cepat. Perjuangan yang biasa dilakukan sendiri, sekarang banyak yang menemani.Selama kehamilannya, Eve benar-benar merasakan banyak perhatian banyak orang di sekitarnya, membuatnya bisa menikmati kehamilan dengan perasaan tenang dan bahagia.Pagi itu. Eve berjalan ke ruang ganti untuk menghampiri Kaivan. Usia kandungannya sudah sembilan bulan. Perutnya sudah besar dan Eve mulai kesusahan melakukan aktivitasnya.“Biar aku bantu pakaikan dasi,” ucap Eve saat menghampiri Kaivan.Kaivan menoleh. Dia melihat istrinya itu berjalan mendekat.“Kalau lelah duduklah saja, Eve.”Eve hanya tersenyum. Dia meraih dasi Kaivan dan kukuh ingin mengikat dasi.“Duduk terus juga capek,” balas Eve.Dia mengikat dasi dengan seksama.Kaivan memperhatikan Eve yang sedang mengikat. Semakin besar kandungan Eve, istrinya itu terlihat semakin cantik.“Sudah,” ucap Eve.“Terima kasih,” balas Kaivan diakhiri sebuah kecupan di kening.Perhatian Kaivan ke perut Eve. Dia mengusap lembut p

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Bonus Chapter 4

    “Apa Dokter tidak salah memeriksa?”“Sudah dipastikan lagi?”Eve merasa kepalanya sangat berat. Samar-samar dia mendengar suara Kaivan dan Maria. Dia pun berusaha untuk membuka mata sampai akhirnya melihat dua orang itu berdiri di dekatnya dengan ekspresi wajah panik.“Sayang.” Eve memanggil dengan suara lirih.Kaivan menoleh ketika mendengar suara Eve. Dia segera menghampiri istrinya itu.“Bagaimana perasaanmu? Mana yang sakit?” tanya Kaivan sambil menggenggam telapak tangan Eve.Maria juga ikut mendekat ke ranjang karena sangat mencemaskan Eve.“Aku di mana?” tanya Eve dengan suara berat.“Di rumah sakit, tadi aku dihubungi kalau kamu pingsan, jadi aku membawamu ke sini,” jawab Kaivan.Eve mengangguk pelan. Dia memang masih merasa sakit kepala.Kaivan dan Maria menunggu dengan sabar sampai Eve sepenuhnya sadar. “Aku tidak tahu kenapa bisa pingsan, maaf sudah membuat kalian cemas,” ucap Eve lirih.“Untuk apa minta maaf. Kami malah cemas kalau terjadi sesuatu padamu, tapi untungnya ti

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Bonus Chapter 3

    Setelah berjuang sendiri, sekarang ada tangan yang bisa Eve genggam erat. Dia bagai Cinderella yang akhirnya menemukan sang pangeran, diratukan dan dicintai begitu dalam oleh pria yang bahkan sekalipun tak pernah ada di dalam mimpinya.Pernikahan Eve dan Kaivan sudah satu tahun berjalan. Pagi itu Eve membantu pelayan di dapur menyiapkan sarapan, sudah menjadi kebiasaan meski para pelayan dulu sering melarang.“Ini sudah semuanya, ditata di meja, ya.” Eve memberi instruksi setelah selesai memasak.“Baik, Bu.”Eve meninggalkan dapur. Dia pergi memanggil Maria sebelum membangunkan Kai dan Kaivan.“Ibu sudah bangun?” Eve masuk kamar untuk mengecek Maria.“Sudah, Eve.” Suara Maria terdengar dari kamar mandi.“Sarapannya sudah siap, aku mau bangunin Kai dan Kaivan dulu,” ucap Eve.Setelah mendengar balasan Maria dari dalam kamar mandi. Eve segera keluar dari kamar sang mertua, lantas pergi ke lantai atas. Semalam Kai merengek ingin tidur bersama mereka, sehingga pagi ini putra mereka yang s

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Bonus Chapter 2

    Kaivan baru saja keluar dari kamar mandi. Dia melihat Eve yang berbaring memunggunginya. Apa Eve sudah tidur?Kaivan naik ke ranjang. Dia bergeser mendekat ke arah Eve berbaring, lantas menyentuh lengan wanita itu.“Eve, kamu sudah tidur?” tanya Kaivan. Dia bahkan sengaja meletakkan dagu di lengan Eve.Eve sebenarnya sangat panik dan gugup. Dia berpikir untuk tidur lebih dulu sebelum Kaivan selesai mandi, tapi kenyataannya dia hanya bisa memejamkan mata dan tidak bisa jatuh ke alam mimpi, membuatnya sekarang malah semakin cemas.Ini memang bukan malam pertama baginya, tapi lamanya waktu tidak pernah berhubungan seperti itu, tentu membuat Eve merasa ini seperti yang pertama baginya..“Kamu lelah, hm?” tanya Kaivan. Dia tahu Eve belum tidur karena kelopak mata Eve tampak bergerak.Kaivan terus meletakkan dagu di lengan Eve, dia menatap gemas pada Eve yang berpura-pura tidur. Sampai akhirnya dia melihat Eve membuka mata.“Apa kamu lapar?” tanya Eve seraya menatap pada Kaivan.Kaivan meng

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Bonus Chapter 1

    “Kai mau pulang cama Mami dan Papi.”Kai bersidekap dada. Dia tidak mau beranjak dari kursinya saat Maria mengajak pulang.Maria, Bram, dan Alana saling tatap, bagaimana caranya membujuk Kai agar Kaivan dan Eve bisa menikmati malam pengantin.“Atau Kai mau tidur di rumah Paman?” tanya Bram membujuk.“Ih … Kai maunya cama Mami dan Papi.” Kai turun dari kursi. Dia berlari menghampiri Kaivan dan Eve yang sedang bicara dengan Dania.“Mami, Papi. Kai mau ikut kalian, tapi Nenek cama Paman malah mau ngajak pulang!” teriak Kai begitu keras.Kaivan dan Eve menoleh bersamaan, mereka terkejut melihat Kai berteriak-teriak seperti itu.“Kenapa, hm?” tanya Eve sedikit membungkuk agar bisa menatap sang putra.“Itu, macak Kai curuh pulang cama Nenek, Kai ‘kan maunya cama Mami dan Papi.” Kai mengadu sambil menunjuk ke Maria dan Bram yang sedang berjalan menghampiri.Kaivan menoleh ke Maria, tentu dia paham dengan niatan Maria mengajak Kai pulang.“Kai, nanti Mami dan Papi akan pulang, tapi setelah me

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Semua Bahagia

    Pernikahan Kaivan dan Eve berjalan dengan sangat lancar. Mereka sudah sah menjadi suami istri, kini tradisi melempar bunga pun akan dilakukan.Beberapa karyawan lajang yang diundang ke pesta itu sudah bersiap di depan altar, begitu juga dengan Dania yang ikut bergabung untuk mendapatkan buket bunga milik Eve. Siapa tahu selanjutnya dia yang akan menikah.Eve tersenyum penuh kebahagiaan melihat orang-orang antusias ingin merebut buket bunganya. Dia melihat Dania yang memberi kode agar dilempar ke arah Dania, membuat Eve semakin menahan senyum.Eve memunggungi para wanita yang siap menerima buket miliknya. Master Ceremony mulai berhitung, lalu di hitungan ketiga, Eve melempar buket bunga miliknya.Buket itu terlempar cukup kuat. Dania begitu antusias ingin menangkap, tapi banyaknya wanita di sana, membuat buket itu terpental beberapa kali hingga akhirnya jatuh ke tangan seseorang.Semua wanita kini menatap pada orang yang memegang buket itu.“Brian.” Eve terkejut tapi juga merasa lucu ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status