LOGINUdah deg degan belum? Penasaran dengan jawaban Thea??? Tunggu up date berikutnya besok!! jangan lupa kasih comen di bagian depan novel, ya. Terima kasih.
Thea terdiam, matanya mengerjap beberapa kali menatap pria tampan di depannya. Ia tidak tahu apa maksud Alvan ingin mengakhiri semua. Apa dia ingin menyudahi pernikahan siri ini dan menghempaskannya? Atau apa? Thea tidak tahu.“Aku ingin mempublish hubungan kita dan membuat semua orang tahu jika kita sudah menikah,” ucap Alvan kemudian.Sontak mata Thea membola mendengar ucapan Alvan.“Aku ingin menunjukkan ke semua orang jika kamu istriku dan aku suamimu. Sehingga tidak ada lagi yang mengganggu kita.”Thea membisu sambil beberapa kali menelan saliva. Tidak mungkin tanpa sebab Alvan tiba-tiba berkata seperti ini. Thea berpikir pasti ada yang mempengaruhi Alvan.“Apa ada yang sudah mengganggumu lagi? Itu sebabnya kamu mengajakku menginap di sini dan berkata soal hubungan kita. Benar, begitu?”Tidak ada jawaban dari Alvan. Ia hanya diam membisu sambil menundukkan kepala. Thea trenyuh menatapnya. Belakangan ini banyak sekali masalah yang menerpa mereka. Thea yakin salah satu dari itu mem
“SIAL!!!”Alvan meremas kartu nama itu dan langsung membuangnya ke lantai. Ia sangat kesal begitu tahu Erika malah mengikutinya dan ikut tinggal di apartemen yang sama.Tanpa banyak berpikir, Alvan langsung mengeluarkan ponsel dan terlihat melakukan panggilan. Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya terdengar suara di seberang sana.“Ada yang bisa dibantu, Tuan?” tanya suara di seberang sana.Alvan mendengkus sambil menganggukkan kepala.“Ya. Pindahkan semua barangku dari apartemen ke studio sekarang juga!!!”Seseorang di seberang sana tampak terkejut. Tidak biasanya Alvan ingin menetap di studionya. Selain memilik apartemen sendiri, Alvan juga mempunyai sebuah studio yang berbentuk seperti ruko tiga lantai. Biasanya ia menempatkan hasil karyanya di sana sebelum dipamerkan atau dijual. Namun, kenapa kini malah meminta pemindahan barang-barang pribadi Alvan ke sana?“Bas, kamu dengar aku, gak?
Sontak Thea terdiam membisu. Bibirnya terkatup tapi terlihat bergetar. Padahal sebelumnya ia ingin bertanya soal asal usulnya ke Paman Sapto. Kini malah orangnya sendiri memberitahu dengan sengaja.“Kenapa diam saja? Apa kamu belum tahu, Thea?” Suara Paman Sapto menginterupsi lamunan Thea.Thea menggeleng dengan lesu. Ia sudah tahu soal dirinya bukan anak kandung ayah dan ibunya, tapi soal asal usulnya ia tidak tahu.“Kamu itu bukan anak kandung adikku. Itu sebabnya, kamu tidak berhak sepeserpun warisan miliknya. Paham kamu?”Tidak ada jawaban dari Thea, hanya kepalanya yang mengangguk. Dia sama sekali tidak mengharapkan warisan dari keluarga ayahnya. Kenapa pamannya malah membahas soal itu?“Apa kamu ingin tahu siapa ibu kandungmu, Thea?”Thea tercengang kaget. “Paman tahu soal itu?”Terdengar suara kekeh tawa dari seberang sana. Suaranya tidak enak di telinga dan Thea tidak suka.
“Apa!!!”Tangan Thea gemetaran saat membaca tulisan itu. Matanya mengerjap beberapa kali untuk memastikan kalimat yang ia baca tidak salah.“Ibu tidak bisa hamil. Ibu punya kelainan pada rahim. Namun, meski kamu bukan anak kandung kami. Ayah dan Ibu sangat menyayangimu, Thea.”Bibir Thea terkatup rapat usai membaca kalimat itu. Dadanya tiba-tiba bergemuruh hebat. Kalau dia bukan anak kandung ayah dan ibunya. Lalu dia anak siapa? Apa dia anak pungut yang diambil dari panti asuhan? Kenapa juga ibunya baru memberitahu tentang hal ini?“Maafkan Ibu, baru mengatakannya sekarang. Sebenarnya sudah lama ingin Ibu katakan, hanya saja menunggu momen yang tepat.”Thea terdiam, tubuhnya langsung lemas dan tergolek pasrah di kasur. Ia hanya diam membeku sambil menatap kosong ke depan. Sementara tangannya masih menggenggam erat surat tulisan tangan ibunya.Alvan yang baru saja keluar dari kamar mandi terlihat bingung me
Hampir jam makan siang saat Thea, Alvan dan keluarganya tiba di apartemen. Hari ini sengaja Thea izin tidak masuk kuliah, hal yang sama juga dilakukan Alvan.“Aku mau istirahat dulu,” ucap Thea begitu tiba di apartemen.Alvan hanya mengangguk. Semalaman Thea kurang tidur. Tidak hanya menangis karena bersedih, tapi banyak hal yang ia alami kemarin.“Iya, istirahatlah.”Thea tersenyum sambil berpamitan ke Widuri dan Emran. Selanjutnya ia sudah berjalan ke kamar. Tinggal Alvan bersama Widuri dan Emran di ruang tamu. Ketiganya terlihat duduk bercengkrama.“Jadi operasinya berhasil, tapi pasca operasi yang membuat Bu Aminah tidak bisa bertahan?” tanya Emran.Alvan mengangguk. “Iya, Yah. Kata dokter, begitu.”Widuri menghela napas sambil menyandarkan punggungnya ke sofa.“Kasihan sekali Thea. Dia sudah sebatang kara sekarang, Van. Kamu jangan sampai menyia-nyiakannya.”
“Ibu kenapa?” tanya Alvan.Thea tidak bisa menjawab, ia malah semakin sesenggukan. Alvan meletakkan barang bawaannya ke kursi dan berjalan masuk ruangan. Ia melihat beberapa orang tampak sibuk menangani Bu Aminah.Seorang perawat langsung menghalangi Alvan dan berniat mengusirnya keluar. Namun, Alvan bersikeras. Matanya langsung membeku saat menatap seseorang yang terbaring tak berdaya di atas brankar.Tidak hanya itu, Alvan melihat salah satu perawat sudah menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut. Mata Alvan membola dengan beberapa buliran bening bertumpuk di sudutnya.“Bu Aminah ---”Suara Alvan tercekat tak bisa keluar, sementara bibirnya tampak bergetar.“Maaf, Tuan. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin,” ujar salah seorang tim medis menghampiri Alvan.Pria tampan itu hanya membeku di posisinya sambil menatap fokus. Ia tidak menyangka akan secepat ini pertemuan dengan ibu mertuanya. Itu sebabn







