Home / Romansa / Jebakan Cinta sang CEO / Bab 2 | Menemui Calon Pasangan

Share

Bab 2 | Menemui Calon Pasangan

Author: Shanum Belle
last update Last Updated: 2024-06-25 12:29:02

DASAR MESUM!

Jika menuruti isi hati, aku ingin sekali memberontak serta berteriak keras, namun kepalaku masih menggunakan logikanya. Terlalu banyak gerak hanya akan membuang energi. Selain itu, kami harus menghemat oksigen, jangan sampai menghabiskannya untuk hal yang tak perlu.

Demi menyelamatkan diri dari serangan lelaki yang tak punya akhlak, aku harus memukul leher belakang Pak Malik supaya dia jatuh pingsan. Menyerang dengan cara yang halus adalah kunci agar dia tidak mencurigai rencanaku yang luar biasa ini.

Langkah pertama dimulai dengan meraba dadanya, lalu naik ke atas menelusuri batang leher….

Tunggu sebentar! Sepertinya ada yang salah.

Pak Bos berkeringat sangat banyak, napasnya sesak, dan tangannya bergetar hebat. Benar-benar gawat. Telah terjadi sesuatu yang buruk pada pria yang menjadi motor kebanggaan Pecitra.

Aku segera mengambil telepon genggam, lalu menyalakan senter. Terlihat wajah Pak Malik pucat pasi. Tanpa membuang waktu, aku langsung melepas dasinya, lalu membuka beberapa kancing baju lelaki itu agar dia bisa bernapas lega.

“Duduk dulu, Pak.”

Aku ambil saputangan yang berada di kantong jas Pak Malik kemudian menggunakan saputangan tersebut untuk menyeka keringat pada tubuh milik pria yang lemah tak berdaya itu. Setelahnya, aku memeluk tubuh sang CEO Pecitra erat-erat dan membiarkan lelaki itu bersandar di bahuku.

“Tidak apa-apa….” Aku menepuk-nepuk punggung Pak Malik dengan lembut dan beberapa kali mengelusnya.

“Semua akan baik-baik saja…, semuanya baik-baik saja,” imbuhku.

***

“Jika Bapak masih merasa kurang nyaman, saya akan membatalkan agenda Bapak dengan Nona Rosiana,” ucapku ketika kami sudah berada di dalam mobil.

Untung saja teknisi lift segera datang setelah aku menekan tombol bantuan sehingga kami dapat keluar dari sana dengan cepat.

“Lakukan saja seperti yang sudah direncanakan,” ucapnya.

“Baik Pak,” jawabku.

Ah orang ini bikin gemas saja. Meski beberapa waktu yang lalu beliau terlihat sangat memprihatinkan, namun sekarang kelakuannya seperti orang benar, seolah tak pernah terjadi apa-apa.

“Pak, tolong mampir dulu ke mal terdekat ya,” pintaku pada Pak Budi, sopir yang mengantar kami.

Pak Malik tidak boleh menemui pasangan kencan butanya dengan pakaian seperti ini. Terdapat  bekas lipstik di kemeja putih yang dia pakai sekarang. Pasti tertinggal di sana ketika lelaki  berparas rupawan ini memelukku di lift.

Kalau tahu akan terjadi kejadian yang memalukan seperti ini, aku pasti tidak akan menggunakan pewarna bibir yang mudah luntur ke benda lain.

***

Menurut sebuah survei yang dilakukan di Amerika, satu dari tiga wanita menyukai pria yang mengenakan celana jin dan kemeja putih di acara kencan pertama mereka.

“Bagaimana?” Pak Malik menanyakan pendapat tentang penampilannya setelah mencoba baju di kamar pas.

Mempesona.

Hanya kata itu yang pas digunakan untuk menggambarkan dirinya saat ini. Ternyata survei yang aku baca tersebut ada benarnya juga. Semoga si Bos berhasil dalam kencannya nanti.

“Bagus, cocok sama Bapak,” jawabku.

Aku membuka tas dan mengambil kartu kredit milik perusahaan yang selalu kubawa untuk memenuhi kebutuhan sang CEO. “Kalau begitu saya bayar dulu, Pak.”

“Tunggu!” Pak Malik meraih tanganku.

“Coba pakai ini!” Dia menyodorkan gaun panjang warna merah dengan belahan kaki yang tinggi hingga di atas lutut.

TUNGGU! APA?!

Gaun merah, belahan tinggi. Beliau sadar tidak sih kalau pasangan kencan butanya bukan aku?

Baiklah, berpikir positif saja. Mungkin beliau ingin memberikan gaun itu ke Nona Rosiana dan sebelum itu ia memintaku untuk menjadi modelnya. Tak ada salahnya juga menuruti permintaan lelaki ini.

Anda lihat saja, Bos. Akan aku tunjukkan bagaimana penampilanku setelah yang memakai gaun itu.

“Saya beli yang itu juga,” ucap Pak Malik pada pegawai toko baju di mana kami berada.

Sudah tidak perlu diragukan lagi, dia pasti puas dengan performa sang Sekretaris, siapa lagi kalau bukan diriku, Alba Ayuningtyas. Aku doakan semoga Bapak langsung jatuh cinta pada orang yang memakai gaun merah yang dia berikan.

***

Kami tiba di restoran yang aku sewa untuk Pak Malik. Sebelum turun dari mobil, aku memastikan kembali bagaimana penampilan sang Pimpinan Pecitra. Dimulai dari tatanan rambut, kerapian pakaian, sepatu, jam tangan hingga aroma tubuhnya.

Semua sudah bagus, hanya saja masih ada yang bisa diberi sentuhan magis. Aku membuka tiga kancing baju teratas  pada kemeja yang beliau kenakan agar pasangan kencan Pak Malik melihat dadanya yang kokoh dan menggoda.

“Pak, mohon tunggu sebentar ya,” pintaku

Aku keluar dari mobil menuju bagasi untuk mengambil buket bunga mawar merah yang sudah dipersiapkan serta gaun yang sebelumnya dibeli oleh Pak Malik, lalu menyerahkan kedua senjata cinta tersebut pada lelaki itu.

***

Semua karyawan restoran menyambut kami di pintu masuk. Setelah itu, kami langsung diantar ke meja yang sudah di pesan.

“Kenapa dia belum datang?” Pak Malik melihat jam tangannya.

Beliau pasti menanyakan tentang pasangan kencan butanya. Aku pun segera menjawab, “Karena kita datang lebih awal 30 menit dari waktu yang dijanjikan, Pak.”

Lelaki itu memutar posisi tubuhnya. “Alba, kamu tahu kalau aku tidak suka menunggu, bukan?”

“Tentu saja, Pak. Namun, malam ini Bapak harus melakukannya demi calon pasangan Anda kelak. Ini juga bisa menjadi latihan kesabaran karena salah satu kunci menjaga hubungan dengan pasangan agar langgeng adalah sabar,” jawabku.

“Begitu ya? Aku mengerti,” ucap Pak Malik.

Karena Pak Bos sudah tidak ada keluhan, maka aku bisa pergi dari sana dan mencari tempat makan lain untuk menikmati makan malam. Tidak peduli bagaimana kita bekerja keras dari pagi hingga malam, kesejahteraan perut tetap harus dijadikan prioritas utama.

“Kenapa pergi?” tanya Pak Malik.

Praktis, pertanyaan beliau menghentikan langkah kakiku yang sudah mengobarkan semangat berapi-api untuk meninggalkan si Bos di sana.

“Mau keluar cari makan, Pak.” Aku katakan saja apa adanya.

“Kalau mau makan kan tinggal duduk saja di salah satu kursi. Kenapa harus keluar?” timpalnya.

Mengapa hari ini Pak CEO banyak sekali maunya sih? Dasar bos bawel. Sudah cerewet, tidak peka pula. Dia kan mau kencan, seharusnya orang itu membiarkanku pergi agar tak menjadi obat nyamuk di antara mereka. Tapi apa yang terjadi sekarang?

Dia menunjuk salah satu kursi di yang ada di restoran itu dengan gerakan matanya. “Kamu tidak sedang menungguku untuk menggendongmu duduk di sana, kan?”

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Marlien Cute
Pak Malik banyak triknya nih tuk pdkt ke Alba
goodnovel comment avatar
Entin Wartini
lucu kyanya si bosnya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jebakan Cinta sang CEO   Thankful

    Terima kasih aku ucapkan pada:Editorku, Kak Dian dan Kak Lucy. Berkat kalian berdua, ‘Jebakan Cinta sang CEO’ dapat tayang di Goodnovel;Para pembaca. Kalian memotivasiku untuk menyelesaikan cerita. ‘Jebakan Cinta sang CEO’ atau memiliki judul lain ‘Suami Magnetis’ merupakan naskah pertamaku di platform ini. Aku harap kalian menyukainya;Terkhusus untuk Jin, lelaki paling tampan di dunia dan sejagat raya pada abad ini. Oppa, thank you for giving me inspiration in writing this manuscript. If Oppa hadn’t held fan meeting a few months ago as well as became the torch bearer for The Paris 2024 Olympics, ‘Jebakan Cinta sang CEO’ would have had a different storyline. Oppa, i have a dream that one day my scripts will be adapted into drama and you become the one who play the main role. I hope my dreams come true.Saat ini aku sedang mengerjakan naskah lain berjudul Hidden Tea. Semoga cerita tersebut dapat tayang di platform ini juga. Sekian.

  • Jebakan Cinta sang CEO   Bab 109 | Suami Magnetis

    “Sayang, kamu enggak marah sama aku?” tanyaku.Saat ini diriku berada di bawah selimut yang sama dengan Rasenda. Setelah kami berdua melakukan penyatuan, rindu yang mengapur pun melebur. Suasana yang awalnya dingin, kini menjadi cair.Dengan lembut, Rasenda memeluk tubuhku yang masih polos dan apa adanya. “Marah kenapa?”“Karena aku jual Jantung Medusa, hadiah dari Mama,” jawabku dengan suara yang pelan, lalu menyembunyikan wajah di pelukan Rasenda.Pada saat diriku bilang ke Rosiana bahwa aku akan melepas Jantung Medusa, sebenarnya aku takut jika Rasenda membenciku. Meski pada saat itu lelaki ini membiarkan tindakanku, namun tetap saja ada perasaan tak enak.“Asalkan itu membuatmu senang, tidak ada masalah,” jawabnya.“Lagi pula, kamu tidak jual benda itu atas dasar keputusanmu sendiri. Aku masih punya andil di dalamnya. Ingat! Aku yang melepas perhiasan itu ke orang lain karena akulah yang menyimpannya. Jadi, jangan salahkan dirimu, oke,” imbuhnya.Betapa baiknya suamiku. Padahal ka

  • Jebakan Cinta sang CEO   Bab 108 | Face Mist Lada Hitam

    Empat hari kami berada di Korea mulai dari Kamis hingga Minggu. Kalau saja Aulia bukan budak korporasi, mungkin kami akan berada di sana hingga satu minggu ke depan.“Manu, tolong bawa ke dalam dan bagi dengan yang lain,” pintaku pada orang itu, wanita yang disuruh oleh Rasenda untuk mengawasi gerak-gerikku.Dia membawa masuk koper yang kuberikan dan membukanya. Betapa terkejut wanita itu setelah dia melihat isi dalam koper tersebut. Terdapat berbagai produk kecantikan, seperti masker wajah, lipstik dan pelembab. Tak ketinggalan juga teh yuja, ginseng serta berbagai makanan khas Korea.Selama berada di negeri K-pop, Aku dan Aulia memuaskan diri berkeliling ke berbagai tempat. Dari lokasi wisata hingga pusat perbelanjaan, kami kunjungi semua. Tak peduli mau beli atau tidak, yang penting kami bisa cuci mata.“Ya ampun banyak banget, Bu. Apa enggak rugi kena cukai?” respons Manu.Persetan dengan cukai atau apa pun itu, toh yang bayar suamiku. Dia sendiri juga sudah bilang agar aku memuas

  • Jebakan Cinta sang CEO   Bab 107 | Wangi Kebahagiaan

    “Hai sayang! Gimana kabar?” Rosiana mencium pipiku, kiri dan kanan.“Baik Kak. Kakak gimana?” jawabku.Wanita yang kini mengenakan kemeja putih ini menggenggam tanganku. “Luar biasa.”Kami bertemu di kafe yang terletak di daerah Megamendung. Tempat itu memiliki pemandangan indah yang menghadap ke Gunung Salak.Selain memanjakan mata, kafe tersebut juga memanjakan lidah, terutama bagi pengunjung yang mencintai makanan pedas. Mereka menyediakan berbagai menu yang dipadukan dengan sambal bakar seperti ikan gurame, ayam bakar pedas manis, steik bumbu kacang dan masih banyak lagi.“Langsung saja tidak usah basa-basi. Aku dengar kamu punya Jantung Medusa.” Baru saja bertemu, wanita ini sudah bertanya tentang perhiasan.“Dari mana Kakak mendengarnya?” tanyaku.“Dari kenalanku. Dia ingin membelinya,” ujar Rosiana.Memang yang namanya gosip cepat beredar. Mend

  • Jebakan Cinta sang CEO   Bab 106 | Buku Harian Rasenda

    “Sayang kamu pasti bercanda, kan?”Aku menarik jas pria ini dengan tangan yang gemetar. Bagaimana mungkin dia berubah menjadi begitu kejam?Kertas yang dia berikan padaku merupakan surat pengunduran diri yang sudah diatur olehnya. Dia, bahkan tak meminta pendapatku lebih dahulu. Inikah hukuman darinya?“Selama ini aku tak bermaksud untuk menyembunyikan kebenaran ini. Aku hanya belum sempat mengatakannya…, tidak…, aku tak berani mengatakannya karena takut kalau kamu jadi makin sedih,” ucapku.“Saat itu, kamu baru saja kehilangan Mama. Jika aku memberi tahu kalau aku keguguran….”“Tetap saja aku berhak tahu!” bentaknya. “Bagaimanapun juga, dia juga anakku.”Seumur hidup, aku tak pernah melihat Rasenda marah sampai membentakku seperti malam ini. Biasanya, tak peduli seburuk apa suasana hatinya, dia tak akan berbicara dengan nada tinggi padaku.“Apa kar

  • Jebakan Cinta sang CEO   Bab 105 | Pembalut Bikin Kalut

    Semenjak Ayu mengunggah video klarifikasi, kepercayaan publik yang sempat hilang pun kembali. Demikian juga dengan kepulangan Rasenda dari Singapura membuat atmosfer Pecitra menjadi lebih baik dari hari ke hari.Lelaki itu berhasil membujuk klien Pecitra yang ingin memutus kerja sama untuk mengurungkan niatnya. Dengan demikian, kerugian yang mengancam perusahaan dapat ditekan.Rasenda berjalan keluar dari ruangannya dan singgah di mejaku. “Sayang, buka akun sekuritas kamu deh,” ucap lelaki itu. Aku pun menurutinya.Betapa terkejut diriku saat melihat ekuitas yang aku miliki saat ini. Besarnya tak tanggung-tanggung hingga mencapai enam bagger. Modal awal yang aku taruh adalah delapan belas miliar enam ratus juta rupiah dan kini nilainya menjadi seratus sebelas miliar enam ratus juta rupiah.“Sayang! Ini beneran uang aku naik lima ratus persen?” tanyaku pada suami untuk memastikan diriku yang masih percaya bahwa ini mimpi.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status