Share

2. Pria Dari Masa Lalu

Penulis: Renata Respati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-11 00:50:09

“Apa wajahku ini mudah untuk dilupakan, adikku sayang?” Agatha melotot, berusaha mencerna dua kalimat terakhir yang diucapkan pria itu.

“Adik—apa?”

Agatha nyaris kesusahan bernapas. Satu-satunya orang yang bisa memanggilnya adik adalah—kakak tirinya.

“Kau, Liam—Liam Stefano?” Tebaknya.

“Tepat sekali.” Pria itu menjentikkan jarinya karena Agatha berhasil mengenalinya.

Sementara itu, kewaspadaan Agatha meningkat. Mereka sudah tidak bertemu selama empat belas tahun. Pertemuan terakhir mereka juga tidak berjalan baik, sekarang pria itu malah muncul di hadapannya.

Agatha tidak menyangka, mereka akan bertemu lagi dalam situasi seperti ini.

“Kenapa kau ada di sini?” Agatha bertanya lagi. Dia menatap Liam seperti kelinci yang terperangkap.

“Untuk membawamu pulang tentu saja.” Ucapnya dengan ringan sembari menyandarkan punggungnya dengan santai di kursi dan menyilangkan kaki.

“Aku? Tidak mungkin.” Agatha menggeleng, tidak ingin percaya.

“Kenapa tidak? Bukankah kau harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu empat belas tahun yang lalu?”

Raut muka Liam berubah, pria itu memperhatikan Agatha dengan minat yang membahayakan. Membuat Agatha mau tak mau meningkatkan kewaspadaannya.

Mata besar berwarna cokelat hazel yang dibingkai dengan bulu mata lentik dan alis yang lebat beraturan. Garis rahang yang kecil namun tajam dengan tulang hidung mancung, serta bibir tebal yang ranum itu masih sama seperti empat belas tahun yang lalu.

“Agatha Rawlins. Kau pikir aku akan membiarkanmu hidup dengan damai setelah apa yang kau lakukan pada keluargaku?” Liam menatap tajam Agatha.

“Mereka juga keluargaku.”

Namun Agatha melihat rahang pria itu mengeras, setelahnya Agatha menunduk di bawah tatapannya. Sejujurnya, Agatha merasa senang bisa kembali ke rumah lama mereka, tapi dia juga takut. Dalam hati Agatha berdoa, agar setidaknya dia bisa menemukan kembali ingatannya di sana.

“Keluarga yang kau bunuh dengan tanganmu sendiri?” Alis Liam melengkung ekspresif, ada kilatan menuduh dalam mata Liam ketika pria itu mengatakannya.

“Aku tidak melakukannya.” Liam tertawa.

Dari kilatan mengejek di mata abu-abunya, pria itu jelas menyadari bahwa Agatha tidak bisa mengingat dengan jelas apa yang terjadi empat belas tahun yang lalu.

Menyadari hal itu, Agatha memutuskan untuk tidak lagi bertanya apalagi melawan. Membuat Liam menyunggingkan senyum angkuh penuh kemenangan.

“Aku akan membuatmu membayar atas apa yang telah dilakukan ibumu pada keluargaku.” Sumpah Liam, dia kembali menyeringai saat ekor matanya menangkap Agatha yang tengah meringkuk seolah menyembunyikan dirinya di balik gaun pengantinnya.

‘Apakah aku baru saja keluar dari kandang macan lalu masuk ke dalam kandang singa?’ Batin Agatha, mengasihani diri sendiri.

Agatha pasrah, namun sesekali mencuri pandang ke arah pria itu. Liam setidaknya memiliki tinggi lebih dari 180 sentimeter, badan tegap, dengan rambut hitam pekat yang disisir ke belakang, dan kulit kecokelatan yang menyatakan keturunan mediterania.

Rahangnya tegas berpadu dengan tulang hidung tinggi yang menawan, serta tulang pipi yang menonjol menambah kesan aristokrat muda yang maskulin. Sementara kedua kaki jenjangnya tampak menyilang dengan salah satu kaki berada di atas kaki lainnya. Agatha mendeskripsikan Liam sebagai pria tampan yang menakutkan, juga menyebalkan.

“Tidurmu nyenyak sekali.” Bisik Agatha yang masih bisa didengar oleh Liam.

“Berbicara sekali lagi, dan aku akan menendangmu ke luar tanpa menghentikan mobilnya.” Ucapnya dengan mata terpejam, membuat wanita itu harus sekuat tenaga menahan diri untuk tidak menunjukkan ketakutnya.

Dia tidak tahu akan dibawa kemana oleh pria itu. Sepengetahuannya, jalan yang mereka lalui bukanlah jalan menuju rumah lama mereka yang terletak di distrik danau maggiore.

“Maaf.”

“Aku tidak pernah tidur nyenyak sejak empat belas tahun yang lalu.” Ucap Liam setelah menghembuskan napas kasar.

“Kenapa tidak?” Agatha terkesiap saat Liam tiba-tiba membuka mata dan melotot padanya.

Suasana menjadi hening untuk beberapa saat. Agatha mendesah. Pria itu jelas salah satu dari orang-orang yang mampu menggunakan sikap diam dengan tatapan tajam sebagai senjata, sementara Agatha, sayangnya, tidak pernah menguasai seni tersebut.

“Aku tidak suka pada orang yang terlalu banyak bicara.” Jawab Liam setengah mendesis.

“Aku tidak bermaksud—” Agatha menunduk lagi.

“Diamlah.”

Liam menghembuskan napas dengan kasar sebelum membuang wajahnya ke arah luar dan membuka kaca jendela di sampingnya, memilih untuk menikmati angin musim gugur yang bertiup malu-malu. Sementara Agatha memilih untuk mengintip ke luar dari jendela limusin yang gelap itu ketika Liam mengalihkan perhatiannya.

‘Padahal bukan hanya dirinya yang kesulitan tidur.’ Agatha membatin sembari merengut kesal atas sikap Liam.

Agatha menghembuskan napas berat. Sejak kecelakaan itu, dirinya mengalami kesulitan tidur yang parah. Bahkan selama beberapa tahun pertama, hampir setiap malam, dirinya selalu mendapatkan mimpi buruk yang membuatnya enggan untuk melanjutkan tidur kembali.

Perjalanan mereka memakan waktu sekitar enam hingga tujuh jam dari Vicitavecchia. Agatha membenarkan posisi duduknya saat mobil yang mereka tumpangi bergerak melambat, diikuti dengan suara gerbang yang terbuka di depanya. Agatha dapat mendengarnya saat si pengemudi mobil membuka sedikit kaca jendela di sampingnya.

“Astaga, tinggi sekali.” Ucap Agatha pada gerbang tinggi yang baru saja tertutup lagi setelah mobil mereka melewatinya.

Setelahnya mobil yang mereka tumpangi kembali melaju dengan kecepatan normal, melewati deretan pepohonan cemara mediterania yang tumbuh menjulang kira-kira setinggi 115 kaki. Pohon-pohon itu memiliki karakteristik yang tinggi, sempit, namun dapat tumbuh dengan cepat.

“Sebenarnya—ini di mana?” Tanya Agatha setelah memastikan itu bukanlah rumah lama mereka.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliarder   136. Epilog

    Agatha tidak pernah menyangka kebahagiaan yang sesunguhnya akan datang seperti ini. Hingga membuatnya berkali-kali meyakinkan diri kalau semua yang terjadi bukanlah mimpi. Rasanya masih seperti kemarin dia bertemu dengan Liam untuk pertama kalinya setelah perpisahan selama 14 tahun. Rasanya baru kemarin juga mereka menikah dan menghadapi berbagai cobaan dan segala kesalahpahaman.Dan rasanya, seperti baru kemarin juga mereka bertemu kembali setelah perpisahan kedua selama lima tahun. Setelah melewati semua perjalanan panjang itu, akhirnya dia bisa mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya. Liam sudah berubah 180 derajat dari saat pertama kali mereka bertemu.Pria itu selalu memanjakan dan menunjukkan rasa cintanya setiap saat, setiap hari. Dia juga menepati janjinya untuk selalu memprioritaskan keluarganya, membahagiakan Agatha dan anak-anaknya. Liam bahkan dengan tulus memindahkan makam ibunya di samping makan ayah dan kakaknya di rumah lama mereka, tidak lagi memisah

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliarder   135. Rosehill Garden

    “Kukira aku tidak akan pernah puas jika menyangkut dirimu. Bukankah aku sudah sering mengatakannya?” Liam memainkan jari jemarinya di bahu telanjang Agatha.“Kuharap Noah tidak akan pernah menemukan kita dalam keadaan seperti ini.”“Tidak akan. Aku sudah mewanti-wanti Bibi Emy untuk ‘menjaganya’ dengan baik. Kalau sampai bocah itu lolos, aku akan memecatnya.”“Kau ini, masih saja suka sembarangan memecat orang.” Agatha memutar bola matanya malas, menanggapi sikap Liam yang masih suka seenaknya sendiri.***Sudah berminggu-minggu berlalu. Noah sudah mulai bisa beradaptasi hidup di lingkungan Cedar Hills yang dipenuhi dengan vila-vila orang kaya dengan jarak yang sangat jauh antar satu vila dengan vila lainnya. Kehidupannya sama sekali berbeda dengan saat dirinya masih tinggal di Borghetto.Di tempat tingal lamanya, rumah tetangganya berjarak tidak begitu jauh. Namun di Cedar Hills, Noah harus menerima kenyataan kalau dirinya bahkan tidak memiliki tetangga. Setelah pindah ke Como, ayahn

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliarder   134. Desakan Gairah

    “Tentu saja aku tahu. Aku juga tahu makanan kesukaan semua orang di rumah ini.”“Sungguh?”“Bibi Emy adalah koki terbaik di sini. Kalau kau ingin makan sesuatu, tinggal katakan saja padanya.” Sahut Liam.“Hebat. Ayah bahkan memiliki seorang koki pribadi!”“Baiklah, kau sudah mendapatkan kamarmu. Sekarang giliran ayah mengantar ibumu ke kamar.”“Hm, bersikap baiklah padanya.”“Bibi Emy, tolong jaga dia dengan baik. Pastikan dia tidak tiba-tiba muncul di kamarku.” Ucap Liam memperingati.“Baik, Tuan Stefano.” Bibi Emy mengangguk dan tersenyum, paham betul dengan maksud perkataan majikannya itu.***“Apa Noah menyukai kamar barunya?” Tanya Agatha tanpa memalingkan pandangannya dari kebun lily putih di hadapannya.“Dia sangat menyukainya. Sekarang dia sedang menikmati tortellini cokelat kesukaannya.” Jawab Liam, pria itu berjalan mendekati Agatha dan melingkarkan tangannya posesif di pinggang istrinya.“Baguslah.” Responsnya singkat.“Kau baru tiba beberapa menit di sini dan langsung meli

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliarder   133. Kembali Ke Como

    “Itu—sama sekali bukan urusanku.” Liam menyeringai, menikmati pemandangan menyedihkan dari orang-orang yang telah berlaku buruk pada anak dan istrinya selama lima tahun ini.“Bukankah kalian juga bersikap tidak adil pada Agatha dan Noah saat mereka tidak memiliki apa pun?”“Tuan Stefano, mohon maafkan kesalahan kami di masa lalu. Tidak bisakah kau melupakannya dan—”“Tidak. Sudah kukatakan aku bukan orang pemaaf, jadi jangan mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin bisa kulakukan.” Liam menggamit lengan Agatha dan membawanya pergi dari sana, mengabaikan rintihan orang-orang yang memohon padanya.Liam tidak peduli, baginya orang-orang yang bersalah pantas untuk dihukum dan menerima karma mereka. Sama sekali tidak layak untuk dimaafkan. Orang-orang itu layak untuk menuai apa yang telah mereka tabor. Sekaligus sebagai peringatan bagi yang lainnya, kalau tidak boleh sembarangan memperlakukan orang lai

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliarder   132. Sekolah Musik

    “Sejak awal aku sudah menyadari kemiripanku denganmu, hanya saja aku tidak ingin terlalu berharap. Aku takut kalau kenyataannya tidak sesuai dengan yang kuharapkan. Jadi aku memilih menunggu sampai kau memberitahuku lebih dulu.”Liam menjulurkan tangan untuk mengusap wajah Noah yang sudah basah oleh air mata.“Sekarang dengarkan baik-baik. Aku adalah ayahmu. Ayah yang mencintai dan sangat menginginkanmu. Kau akan selalu menjadi lebih penting daripada hidupku sendiri. Ingat itu baik-baik, oke?” Noah mengangguk mendengar penjelasan ayahnya.“Kalau begitu bersiaplah, aku akan mengantarmu ke sekolah.”“Tidak mau.” Liam mengerutkan keningnya mendengar penolakan Noah.“Aku tidak ingin berada di sekolah itu lagi. Ayah juga mengatakan kemarin kalau aku bisa mendapatkan sekolah yang lebih baik dari sekolahku yang di sini.”“Itu memang benar. Ayah akan mengantarmu ke sekolah bu

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliarder   131. Akhirnya Terungkap

    “Aku tidak mau.” Agatha menarik diri sepenuhnya dari berpelukan dengan Liam.“Kenapa?” Tanya pria itu bingung.“Usiaku sudah 29 tahun sekarang.”“Di mataku, kau terlihat jauh lebih muda dan cantik dari gadis muda mana pun.”“Aku hanya akan hamil satu kali lagi. Apa kau keberatan? Atau mau mencari wanita lain untuk memenuhi keinginanmu yang ingin memiliki banyak anak itu?”Liam menarik napas dalam sebelum menjawab, berusaha tidak ada kesalahan pengucapan dan membuat Agatha berubah pikiran.“Terserah kau saja. Berapa pun tidak masalah. Bagiku, asalkan bisa hidup dan menua bersamamu, itu saja sudah cukup. Keinginanku yang paling besar sekarang adalah menjalani hidup denganmu dan juga Noah. Dan berusaha memprioritaskan kebahagiaan kalian berdua.”“Kata-katamu terdengar manis, dari mana kau mempelajarinya?”“Aku mempelajarinya darimu.” Li

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status