Di dalam mobil yang dikendarai oleh Altherr, Max yang duduk di belakangnya sedang mendengarkan cerita dari sekretarisnya mengenai apa yang terjadi di bar tadi. Max memejamkan matanya merasakan perasaan malu yang membuatnya ingin masuk ke jurang untuk menyembunyikan dirinya. Bagaimana bisa dia menyerang pria lain seperti itu? Tentu saja hal ini membuat Max merasa lelah. Beruntung Jean jarang sekali muncul dan bisa segera diselamatkan. Jika tidak, Max akan mengalami trauma yang lebih dalam lagi.Mobil yang dikendarai oleh Altherr terparkir di basement gedung apartemen milik Max.“Kamu bisa istirahat, Max. Aku akan mengatakan Nona Orly.” Altherr menunjuk ke arah Orlena yang duduk di sampingnya.Max menggelengkan kepalanya. “Tidak, Altherr. Aku perlu bicara dengan Nona Orly sebentar. Aku yang akan mengantarkan dia pulang. Jadi kamu bisa kembali ke perusahaan mengambil barangmu dan pulang.”Altherr menganggukkan kepalanya. “Baiklah, Max. Sampai jumpa besok.”Tatapan Max tertuju pada Orlen
Mobil Max berhenti di depan rumah Orlena. Setelah mematikan mesin mobilnya, Max menoleh ke arah wanita yang duduk di sampingnya. Dia bisa melihat Orlena tengah melepaskan sabuk pengaman yang melilit tubuhnya.“Aku tidak bisa mengantarkanmu ke dalam dan meminta maaf langsung pada sahabatmu. Jadi bisakah kamu menyampaikan penyesalanku?” ucap Max dengan nada serius.Orlena menganggukkan kepalanya. “Ya, aku akan menyampaikannya kepada Russel. Jadi kamu tidak perlu khawatir dan makan malam saja bersama istrimu.” Orlena mendengar pembicaraan Max dan Esmee saat wanita itu mengajak sang suami untuk makan malam bersama keluarganya.“Baguslah. Sampai jumpa besok, Miss Orly. Dan terima kasih sudah banyak membantuku hari ini.”Orlena menganggukkan kepala sebelum akhirnya keluar dari mobil sembari membawa kotak berisi kue yang dibelikan oleh Max sebagai ungkapan permintaan maafnya pada Russel atas apa yang terjadi sore tadi. Setelah Orlena keluar dari mobil, dia bisa melihat Max membawa mobil spor
Orlena berkutat dengan pekerjaan yang membuatnya bosan kembali. Bahkan wanita itu tidak bersemangat saat dia memasukkan angka demi angka menggunakan jari telunjuknya satu persatu. Dia bagaikan siput yang berjalan dengan sangat lamban. Dia bahkan lebih memilih menemani kliennya bermain catur daripada mengerjakan tugas ini. Jauh lebih membosankan. Sehingga dia heran bagaimaan Max, Altherr, dan karyawan lainnya bisa betah duduk di depan komputer seperti ini.Tiba-tiba pintu ruangan Orlena terbuka membuat wanita itu terlonjak kaget. Dia bisa melihat Max dan Altherr berjalan masuk. Wanita itu mengedipkan matanya menatap kedua pria itu dengan kebingungan.“Ada apa?” tanya Orlena.“Kamu harus ikut denganku. Aku harus menghadiri sebuah seminar penting. Dan hal itu membutuhkan waktu yang lama bahkan mungkin sampai sore. Karena itulah kamu harus ikut denganku.” Jelas Max.Seketika Orlena melompat dari kursinya dan matanya langsung berbinar. “Jadi kita akan pergi dari sini? Dengan senang hati.”
“Dia benar-benar aneh sekali, Mr. Caspari. Apakah dia selalu seperti itu?” tanya Orlena saat bersama dengan Altherr mencari keberadaan Max di sekitar ballroom hotel.Altherr mengerutkan dahinya. “Aneh bagaimana, Miss Orly? Bisakah kamu menjelaskan lebih detailnya?"“Dia mudah sekali marah. Aku bahkan berpikir dia mirip sekali dengan Rey.”Langkah Altherr terhenti di lorong hotel. Hal itu membuat Orlena ikut berhenti. Sekretaris Max itu menoleh ke arah wanita yang berdiri di sampingnya.“Max marah? Jadi dia pergi dengan kondisi marah?” tanya Altherr tampak panik.Orlena menganggukkan kepalanya. “Ya, apakah ada yang salah, Mr. Caspari.”Altherr menoleh ke sekelilingnya untuk melihat apakah ada orang lain di sekitar mereka. “Emosi Max bisa mempengaruhi kondisinya, Miss Orly.”Orlena memicingkan matanya. “Maksudmu emosi bisa membuat Mr. Steltzer berubah kepribadiannya?”Altherr menganggukkan kepalanya. “Benar, kemungkinan besar seperti itu. Emosi apapun baik itu marah, sedih, senang berle
Saat ini Max mengenakan kemeja biru muda kotak-kotak dipadukan dengan sweater tanpa lengan berwarna coklat. Pria itu mengenakan pakaiannya terlalu rapi bahkan dia mengancingkan kancing paling atas. Rambut bagian depan Max biasanya dibuat berdiri menggunakan gel rambut. Tapi saat ini pria itu membiarkan rambutnya turun menutupi dahinya. Tidak hanya itu Max juga mengenakan kacamata berbentuk kotak yang besar. Terlihat begitu culun namun tidak menghilangkan ketampanan pria itu.“Dia tidak terlihat seperti Max. Juga tidak terlihat seperti si preman Rey. Dan jauh berbeda dengan Troy si playboy. Jadi bisakah kamu memberitahuku siapa dia, Mr. Caspari?” tanya Orlena yang berdiri di samping Altherr.Tanpa mengalihkan pandangannya dari Max, Altherr pun menjawabnya. “Dia adalah kepribadian kelima dari Max. Namanya adalah Kurt.”“Kurt?” Orlena mengulang nama yang disebutkan oleh sekretarisnya Max.Altherr menganggukkan kepalanya. “Benar, Miss Orly. Artinya kamu sudah melihat semua kepribadian dar
“Stalemating adalah menciptakan jalan buntu adalah saat Raja tidak dalam sekak, tetapi tidak dapat bergerak tanpa terjebak dalam sekakmat. Dan hal itu hanya diketahui oleh pemain yang mahir dalam bidang catur saja. Bagaimana bisa kamu melakukannya?” Kurt tampak terkejut karena dirinya dikalahkan oleh wanita yang sebelumnya diremehkan olehnya.Orlena menyunggingkan senyuman penuh kemenangan. Dia mencondongkan tubuhnya. Meletakkan satu tangan di meja, kemudian dia meletakkan dagu di atas telapak tangannya.“Keasalahan terbesarmu adalah meremehkanku hanya karena aku seorang wanita, Kurt. Kamu masih memiliki pemikiran kuno di mana wanita tidak bisa melakukan apapun yang dilakukan oleh para pria dengan benar. Sayangnya aku harus membuatmu menelan pemikiran itu. Aku sudah sering bermain catur. Aku bahkan mempelajarinya sejak bertahun-tahun yang lalu.”Untuk menjadi primadona dalam dunia kupu-kupu malam tidak hanya menggunakan tubuh indah dan wajah cantik saja, tapi Orlena juga membutuhkan k
“NONA CANTIK!!!”Seketika panggilan itu membuat Orlena bersorak senang. Pasalnya hanya satu kepribadian Max yang memanggilnya dengan panggilan ‘Nona cantik’, yaitu Troy. Artinya Orlena memenangkan taruhannya bersama Altherr. Dia menoleh ke arah sekretaris Max. Pria itu menghela nafas berat karena kalah taruhan. Orlena mencondongkan tubuhnya ke arah Altherr. “Aku menang, Mr. Caspari. Kamu harus mentraktirku.”Altherr menganggukkan kepalanya dengan bahu terkulai lemas. “Aku tahu, Miss Orly. Aku harap kamu tidak akan menguras kantongku.”Orlena terkekeh mendengarnya. “Tenang saja, aku masih tahu batasannya. Meskipun aku tidak akan meminta traktiran murahan. Aku akan memikirkan tempatnya. Setelah kamu mengantar Max pergi, aku akan mengirimkan nama dan alamat restoran yang aku inginkan.”“Mengantar Max? Aku tidak bisa mengantar Max dalam kondisi seperti ini. Meskipun Troy tidak membawa masalah seperti Rey dan Jean, tapi tetap saja dengan tingkah playboy-nya, dia bisa membuat masalah bagi
"MAX!!! BANGUN, MAX!!!"Samar-samar Max mendengar suara wanita yang memanggilnya. Dia ingin sekali membuka matanya. Tapi terasa sangat berat. Sehingga dia mengalami kesulitan. Suara siapa? Tapi sepertinya aku mengenal suara itu. Tapi siapa? tanya Max dalam hatinya. "Bocah sialan, kamu tidak akan bisa kabur dariku."Tubuh Max menegang mendengar suara pria yang begitu dalam. Suara itu begitu tegas dan menyimpan kengerian yang membuat tubuh Max menggigil ketakutan. Pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia menggunakan kedua tangannya untuk menutupi telinga. Berharap dia tidak mendengar suara itu lagi. "Jangan lakukan itu! Hentikan, aku mohon!" Max merintih sembari meneteskan air matanya. Orlena yang duduk di atas ranjang tepat di samping Max menatap pria itu kebingungan. Wanita itu dengan tidak malu memamerkan tubuhnya telanjang tanpa menggunakan selimut untuk menutupi tubuh indahnya. Wanita itu baru saja bercinta dengan Max, lebih tepatnya bercinta dengan Troy. Tatapan wanita it