Share

Rayuan Ivy

Auteur: Simplyree
last update Dernière mise à jour: 2025-05-26 11:31:12

Ivy makan malam dengan ditemani oleh para pelayan yang berdiri di belakangnya. Ia hanya makan sendiri, tidak ditemani Evan seperti biasanya. Padahal bBeberapa karyawan Evan sudah ada yang pulang, namun Evan belum keluar dari ruangannya sedari tadi sore.

Ivy ingin mendatangi Evan namun takut pria itu akan tetap bersikap dingin kepadanya. Ia menjadi tidak berselera makan karena memikirkan hal tersebut.

Ponselnya tiba-tiba berdering menandakan ada pesan yang masuk. Dibuka ponselnya dan benar saja, ada satu pesan yang masuk dari Naufal.

Gimana? Besok jadi ikut?

Ivy menghela napas pelan melihat pesan dari Naufal. Ia memilih untuk mengabaikan pesan tersebut karena belum tahu jawaban yang pasti.

Ivy berjalan lunglai meninggalkan ruang makan dan menuju tempat Evan berada.

Diketuknya pintu ruang kerja Evan dengan pelan. Setelah suara Evan sudah mengizinkan, Ivy segera masuk ke dalam.

Ivy berjalan mendekat ke arah Evan yang sedang sibuk dengan laptopnya. Wajah pria itu terlihat serius mem
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Rasa muak

    Pagi masih gelap ketika Ivy terbangun dengan perasaan panik. Begitu membuka mata, ia langsung melirik ke samping dan Evan tidak ada di sana. Buru-buru Ivy mengenakan sweater tipis dan sandal rumah lalu berjalan cepat menyusuri lorong rumah. Matanya menyapu setiap sudut, berharap menemukan sosok Evan di ruang tamu atau balkon. Tapi nihil.Ivy kemudian pergi ke dapur untuk menanyakan kepada pelayan, barangkali melihat keberadaan Evan. “Permisi, ada yang liat Mas Evan ngga?” tanya Ivy begitu sampai di dapur.“Tadi saya liat tuan ada di kolam renang nyonya,” jawab salah satu pelayan. “Kolam renang? Oh, makasih ya,” Ivy pun segera berjalan menuju kolam renang. Begitu sampai di dekat kolam, langkah Ivy melambat. Dari kejauhan, ia melihat Evan sedang duduk di kursi rotan, membelakangi kolam. Di depannya tampak seorang pria yang mungkin orang kepercayaannya tengah serius mengobrol dengannya.Ivy berhenti. Ia tidak ingin mengganggu atau ikut campur dalam percakapan mereka.Dengan napas

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Kemurkaan Evan

    “Evan, kamu udah lama di situ?” tanya Ivy dengan suara bergetar, matanya membelalak tak percaya.Evan tidak langsung menjawab. Pandangannya tertuju tajam ke arah kamar lalu perlahan ia mengangkat tangan dan menunjuk Vania di atas kasur. “Jadi dia dari tadi di sana?!” suaranya meninggiIvy menunduk pelan, sedikit merasa bersalah. “Iya,” jawabnya lirih.Rahang Evan mengeras. Ia memejamkan mata sejenak lalu mengusap wajahnya kasar. Ia tadi sudah hampir gila karena mengira Vania kabur atau lebih parah, diculik. Namun saat ia mengecek CCTV, tidak ada tanda-tanda seseorang asing yang masuk ke dalam kamar Vania. “Saya mau bicara sama dia,” kata Evan datar. Ia mulai melangkah ke arah kamar.Namun Ivy segera berdiri di hadapannya, menahan tubuh Evan dengan kedua tangan. “Aduh, Evan jangan! Jangan masuk dulu!”Evan terhenti. Matanya menyala penuh emosi. “Kenapa?! Aku harus dengar langsung dari dia!”“Dia masih takut sama kamu dan dia udah cerita semuanya ke aku,” ucap Ivy tegas. “Cerita apa

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Titik terang

    “Itu karena Galih ingin merusak reputasi Evan di mata publik, terutama di hadapan keluarga besar mereka,” jelas Vania dengan nada serius.“Maksudnya? Kenapa Galih mau ngelakuin itu? Emangnya mereka berdua punya masalah apa?” tanya Ivy dengan dahi berkerut, tidak memahami maksud Vania.Ivy benar-benar bingung. Sebelumnya, Evan pernah mengatakan bahwa hubungan mereka baik-baik saja dan tak ada masalah apa pun antara dirinya dan Galih.“Sebetulnya bukan mereka berdua yang punya masalah,” Vania menghela napas sejenak sebelum melanjutkan, “Tapi Galih sendiri yang merasa iri sama Evan. Sejak dulu dia selalu merasa kalah dari Evan. Evan itu pintar, punya orang tua yang perhatian, dan bahkan langsung ditunjuk jadi CEO di perusahaan keluarganya. Sementara Galih? Dia cuma diberi posisi sebagai manajer butik dan itu pun di butik milik ibunya Evan.”Ivy terdiam, menyimak penjelasan Vania. Ia tak berniat memotong atau menyela. “Orang tua Galih juga selalu muji-muji Evan di depannya. Itu yang biki

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Kejujuran Vania

    “Kamu pasti marah banget sama aku, ya?” tanya Vania akhirnya, memecah keheningan yang telah berlangsung cukup lama.Ivy tetap diam. Ia menatap lurus ke depan, tak memberi respons apa pun.Vania menunduk. “Wajar sih kalau kamu marah sama aku. Soalnya apa yang aku lakuin emang udah keterlaluan banget,” lanjutnya lirih. Tangan Vania yang lemah mengusap wajahnya yang basah oleh air mata.Ivy akhirnya menoleh, suaranya pelan namun tajam. “Kenapa kamu ngelakuin semua hal itu?”Namun Vania hanya terisak lagi, ia tidak menjawab pertanyaan dari Ivy. Ivy menarik napas panjang, mencoba meredam emosinya yang mulai memuncak.“Kalau kamu nggak mau aku marah, jelasin kenapa kamu menjebak aku sama Evan,” kata Ivy tegas. Vania terdiam beberapa saat. Ia menunduk lebih dalam lalu perlahan mengatur napas, mencoba menenangkan diri. Akhirnya, ia berkata dengan suara gemetar, “Aku terpaksa, aku nggak punya pilihan lain.”Ivy langsung menatapnya tajam. “Maksud kamu ada yang maksa buat ngelakuin itu? Siapa?”

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Vania ada di sini

    Meskipun Evan sudah memperingatkannya agar tidak ikut campur, Ivy tetap bersikukuh untuk mencari Vania seorang diri. Ia merasa tak bisa tinggal diam, apalagi setelah melihat kondisi terakhir Vania yang belum sepenuhnya pulih. Dengan tekad bulat, Ivy mengajak beberapa pelayan untuk menyisir setiap sudut rumah yang begitu luas.“Vania, kamu ke mana, sih?” gumam Ivy pelan, matanya menyapu setiap detail ruangan.Ia menghela napas lalu menambahkan, “Dia jalan aja masih susah, gimana bisa kabur sendiri?”Pikiran Ivy mulai dipenuhi kekhawatiran yang lebih besar. Ia menelan ludah saat membayangkan kemungkinan terburuk.“Jangan-jangan dia diculik?” bisiknya pada diri sendiri.Merasa lelah dan cemas setelah berkeliling tanpa hasil, Ivy akhirnya masuk ke kamar Vania dirawat dan duduk di tepi ranjang. Tangannya meremas selimut, matanya menatap kosong ke arah jendela.“Hari ini capek banget ya. Aku kira malam ini bisa istirahat, ternyata ada saja kejadian, huh!” keluh Ivy sambil memijat pergelanga

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Kemana perginya Vania?

    “Kenapa kamu bisa kepikiran hal kayak gini?” tanya Evan sekali lagi, menatap Ivy dengan alis sedikit terangkat. Ivy menghela napas pelan lalu menjawab sambil menatap mata Evan dengan serius, “Karena waktu aku ketemu Vania sama Galih di mall, Vania kelihatan panik banget pas lihat aku. Terus dia juga kayak ngasih kode ke Galih supaya cepat-cepat pergi. Aneh banget, kan? Padahal aku sahabatnya dari SMA, harusnya dia nggak perlu segugup itu kalau memang nggak nyembunyiin sesuatu.” Evan menyandarkan punggung ke kepala ranjang lalu menyipitkan mata, memperhatikan Ivy lebih seksama. “Kok tumben kamu pinter banget? Sampai bisa kepikiran kayak gitu?” Ivy tersenyum bangga dan duduk tegak lalu menjawab dengan nada percaya diri, “Iya dong! Inilah salah satu manfaat nonton drama Korea genre crime-mystery tiap malam.” Mendengar itu, Evan tak bisa menahan tawa. Ia lalu tertawa terbahak-bahak hingga bahunya naik turun. Ivy mengernyit, bingung melihat reaksi Evan yang menurutnya agak berlebi

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status