Mendekati akhir tahun, motel Charlie semakin ramai. Ada dua puluh kamar yang harus di bersihkan hari ini. Nadya, Naoko dan Victoria sampai harus bekerja bersama untuk bisa cepat membersihkan kamar kamar yang saat siang hari akan di pakai lagi oleh tamu tamu baru.
“Sam seperti nya kamu harus membantu pekerjaan Nadya, Naoko dan Victoria sudah aku minta untuk kerja berdua membersihkan setiap kamar agar bisa cepat selesai” pinta Charlie. Tanpa banyak bicara, dan memang kebetulan Sam tidak sedang sibuk ia langsung datang menghampiri Nadya yang sedang sibuk memasang sprei di kasur. “What are you doing here Sam? “. "Dad meminta ku untuk membantu pekerjaan mu agar cepat selesai karena tamu akan datang pukul dua belas”. "Ok thank you Sam, kamu bisa bantu aku mencuci piring dan bersihkan sink dapur”. Selesai memasang sprei dan memvakum ruangan, Nadya pergi ke kamar lain untuk melakukan room service, room service biasa nya di lakukan saat tamu tidak ada di kamar, biasa nya housekeeper akan membersihkan kamar, mengganti handuk yang kotor serta membersihkan kamar mandi, tidak jauh beda saat membersihkan check out room. "Good morning house keeping" ucap Nadya sambil mengetuk pintu kamar. Dia sudah mengetuk pintu kamar sebanyak tiga kali, tapi tidak ada jawaban. Ia pun langsung membuka pintu kamar dengan kunci khusus house keeper dan masuk ke dalam. Tapi betapa kaget nya ia, saat ia melihat tamu nya sedang berhubungan sex di ranjang. “Uppss sorry for disturbing you”. Dengan wajah yang memerah dan menahan malu ia segera keluar dari kamar tersebut dan kembali ke kamar yang sedang Sam bersihkan. "Oh my god Sam, ini sungguh memalukan”. "Ada apa?” Ia melihat wajah Nadya yang berubah menjadi merah dan sedikit cemas. Ia pun menceritakan kejadian yang di alami Nadya tadi pagi. “Itu sungguh memalukan Sam” ucap Nadya “aku khawatir mereka marah padaku karena menggangu aktivitas mereka”. "Tidak akan Nad, toh kamu sudah mengetuk sebanyak tiga kali kan” ujar Sam sambil menahan tawa nya. “Aku harap begitu, lagian salah sendiri mereka tidak jawab panggilan ku”. "Itu karena mereka sedang terlalu enak Nad” Lagi lagi Sam berusaha menahan tawa nya. Nadya yang mendengar kata "enak" itu langsung merasa risih dan memukul bahu Sam, wajah nya semakin memerah. Ia pun langsung kembali memasang sprei kasur. “Hah rasa nya aku gemes banget sama gadis itu” gumam Sam dalam hati. Waktu menunjukkan pukul dua belas, Sam dan Nadya baru saja menyelesaikan pekerjaan nya. Mereka menaruh alat pembersih serta vacum cleaner di laundry room. Terlihat bulir keringat jatuh dari kening gadis itu, saat Nadya sedang menguncir rambut nya, Sam mencoba menyeka keringat di kening nya. “You look tired”. "Ah Thank you, biar aku saja” Nadya langsung mengambil tisu dari tangan Sam. Berada di jarak sedekat ini dengan Sam, membuat jantung nya berdegup kembali. Iya langsung memalingkan wajah nya keluar yang ternyata sudah ada Mat yang berdiri di luar mencari Nadya. Mat yang sempat melihat kejadian tersebut, seperti menyadari sesuatu. “Hi Mat” sapa Nadya "Hi Sam, Nad”. "Is everything done?" "Yes, All done” "Kita jadi ke pantai kan Nad dan kita bisa sekalian makan siang di sana”. Nadya terlihat agak bingung, karena ternyata hari ini Aileen tidak bisa ikut, ia akan kencan dengan Albert. Karena bimbang, Nadya akhir nya malah menawari Sam untuk ikut, dari pada hanya pergi berdua pikir Nadya. Nadya menceritakan bahwa Aileen ada kencan dengan Albert, Mengetahui hal tersebut tentu saja membuat Mat senang, tapi saat Nadya menawari Sam untuk ikut dengan mereka sungguh dia berharap Sam tidak mau. Tapi Sam malah terlihat bersemangat untuk ikut. Sambil menahan senyum nya Sam berlalu meninggalkan Mat menuju kamar nya untuk ganti baju. Ia tahu persis bahwa Mat pasti ingin mendekati Nadya lebih intens, dan entah kenapa dia merasa senang menggagalkan rencana sepupu nya tersebut. “Aku juga ke kamar mandi dulu ya, cuci muka dan ganti baju. Karena baju ku sudah bau”. kekeh nadya sambil mencium baju di bagian ketiak nya. “Ok aku tunggu di rumah paman Charlie ya”. Beberapa menit kemudian Nadya menghampiri Mat yang duduk bersama Sam dan Charlie di ruang tamu. Gadis itu memakai celana jeans navy dan tshirt putih tanpa lengan dengan jaket hitam serta sneaker. “Ok paman kita mau pergi dulu”. “Hati hati di jalan, kalian jaga Nadya ya”. “Oh Dad anak mu kan aku, tapi kamu lebih mengkhawatirkan Nadya dari pada aku” ujar Sam sambil tertawa. Nadya yang mendengar pun ikut tersenyum. “Thank you Charlie” ucap Nadya sebelum mereka pergi.Sam berjalan cepat mengikuti perawat menuju ruang perawatan. Jantungnya berdegup kencang, rasa lega bercampur haru membuat langkahnya sedikit gemetar. Begitu pintu kamar dibuka, pandangannya langsung tertuju pada sosok Nadya yang menggendong seorang bayi mungil yang terbungkus selimut putih.Wajah Nadya lelah namun penuh senyum. Sam menghampiri Nadya, Charlie mengikuti dari belakang. Sam duduk di samping ranjang, tangannya mengelus wajah Nadya. Sementara Charlie berdiri di samping ranjang.“Are you ok Nad? “ ucap Sam lembut“Yes I’m ok” Nadya tersenyum lemah.“Terima kasih, sayang…” ucap Sam dengan suara bergetar. “Kamu luar biasa.”Nadya menoleh, menatap Sam dengan mata yang lelah namun penuh cinta. “Dia sehat, Sam… anak kita.” Suaranya pelan, hampir berbisik.Charlie tak kuasa menahan senyum lebarnya, Matanya terfokus pada cucu pertamanya yang mungil itu. Ia menunduk sedikit, lalu menyentuh lembut kepala sang bayi.“Selamat datang ke dunia, Nak…” katanya lirih, penuh haru. “Kamu mem
Malam itu Nadya merasakan sakit di bagian perutnya, awalnya ia berusaha untuk menahan rasa sakit tersebut, menurut perhitungan dokter kandungannya tiga minggu lagi dia baru akan melahirkan. Tapi kenapa lama- lama rasa sakit itu semakin intens, keringat di dahinya mulai bermunculan. Nadya memegang tangan Sam yang melingkar di perutnya, ia pun langsung membangunkan Sam dari tidurnya.“Sam… bangun. Tolong sepertinya aku akan melahirkan “ ucap Nadya sambil memegang bahu Sam.Sam terbangun, ia tidak berkata apa- apa, tapi sekilas ia melihat Nadya dan mendapati wajah Nadya yang begitu pucat, bulir keringat yang mulai berjatuhan dari dahinya serta wajahnya seperti menahan rasa sakit. Sam langsung bergerak cepat, ia membawa tas perlengkapan melahirkan yang memang sudah ia siapkan beberapa hari sebelumnya.Sam membantu Nadya berjalan ke luar rumah. Tubuh Nadya sedikit gemetar, langkahnya pelan, sementara Sam dengan sigap menopang pundaknya agar tetap kuat berjalan keluar rumah. Saat sudah di
Sore itu, langit Senggigi mulai berwarna jingga keemasan. Ombak kecil berkejaran menuju bibir pantai, membasahi pasir yang lembut di bawah kaki Mat dan Aileen. Mereka berjalan berdampingan, kadang tertawa kecil, kadang terdiam menikmati suara laut yang menenangkan. Angin membawa aroma asin laut bercampur harum bunga dari resort tempat mereka menginap.“Indah sekali ya,” ucap Aileen pelan sambil menoleh pada Mat. Senyum lembutnya membuat hati Mat terasa penuh.“Indah,” jawab Mat sambil menggenggam tangan istrinya, “tapi tetap kalah indah dibanding kamu.”“Halah gombal”Aileen sengaja memalingkan wajahnya, agar Mat tak melihat wajahnya yang memerah karena malu. Langkahnya panjang meninggalkan Mat lebih dulu.Mat tersenyum tipis “Hai I'm serious Leen” ia mengejar Aileen, kemudian menaruh sebelah tangannya di bahu Aileen dan mencium pipi istrinya gemas. Aileen terkekeh, pura-pura menggeleng, namun pipinya bersemu merah. Mereka terus melangkah, meninggalkan jejak kaki yang perlahan terhapus
Malam itu cuaca Jakarta terasa panas, Aileen duduk di tepi ranjang sambil bermain game roblox kesukaannya, sementara Mat baru saja keluar dari kamar mandi, ia hanya mengenakan handuk putih di pinggangnya, memperlihatkan bahu nya yang lebar dan berotot, rambutnya masih basah memperlihatkan kesan seksi. Saat Mat keluar, Aileen yang sempat melirik Mat menjadi tersipu malu. Sontak ia memalingkan wajahnya saat mata mereka bertemu, pura-pura bermain game lagi.Mat yang melihat tingkah laku Aileen hanya tersenyum kecil kemudian ia menghampiri Aileen yang masih menatap layar handphonenya. Mat duduk di sebelah Aileen dan mengambil handphone Aileen.“ihhh apaan sih kamu Mat, ganggu kesenangan orang aja” Aileen berusaha mengambil kembali handphonenya yang Mat pegang. Tapi hal itu malah membuat Aileen malah memegang dada Mat yang bidang, sontak ia melepaskan tangannya dan memalingkan wajahnya karena kini wajahnya sudah memerah, degup jantungnya berdegup tak karuan.Mat tersenyum tipis “kenapa… k
Tiga bulan kemudian, Jakarta menyambut hari bahagia Aileen dan Mat. Setelah melalui perjalanan cinta yang singkat namun penuh keyakinan, keduanya akhirnya mengikat janji suci dalam sebuah pernikahan sederhana namun hangat di sebuah gedung pernikahan yang elegan. Senyum Aileen begitu cerah, gaun putihnya memantulkan cahaya lampu kristal di langit-langit ruangan, sementara Mat berdiri gagah di sampingnya dengan wajah penuh kebahagiaan.Sam, Nadya dan Charlie datang dari New Zealand untuk menghadiri hari istimewa itu. Mereka duduk di barisan tamu keluarga, menyaksikan bagaimana Aileen yang tampak begitu mantap menggenggam tangan pria yang dipilih hatinya. Nadya bahkan sempat meneteskan air mata haru ketika prosesi ijab kabul berlangsung, mengingat betapa cepat waktu berlalu sejak pertama kali ia mengenal Aileen dan kini melihatnya menemukan pasangan hidup.Saat tiba waktunya para tamu undangan di perbolehkan untuk bersalaman dengan pengantin, Nadya di dampingi Sam melangkah menuju pelami
Sore itu, mobil Mat terparkir di tepi jalan yang cukup sepi. Dari jendela, cahaya matahari keemasan menyusup masuk, memantul di wajah Aileen yang tengah menatap Mat sambil terdiam. Mat menarik napas dalam-dalam, lalu memberanikan diri membuka percakapan yang sejak tadi berputar di kepalanya.“Aileen,” ucapnya pelan, membuat gadis itu menatapnya lekat. Tatapan Mat begitu serius, berbeda dari biasanya yang selalu santai dan penuh canda. “Aku ingin kamu tahu… kalau aku tidak ingin main-main dengan hubungan kita. Semakin banyak waktu yang aku habiskan bersamamu, aku semakin yakin kalau aku ingin serius.”Ia berhenti sejenak, menatap Aileen dengan mata yang tulus.“Untuk sekarang, aku ingin lebih mengenal kamu, lebih dalam lagi. Aku ingin tahu apa yang membuatmu bahagia, apa yang membuatmu sedih. Aku ingin kita sama-sama belajar. Dan kalau memang kita cocok… aku berharap suatu hari nanti, aku bisa menikah denganmu.”Suasana hening sejenak, hanya terdengar suara kendaraan yang lewat dari ke