Share

BAB 13

last update Last Updated: 2025-06-12 10:32:44

Lampu neon menyala dengan liar, berganti-ganti warna seperti denyut yang menari di dalam ruang karaoke. Musik menghentak, mengimbangi suara nyanyian Arul dan Farhat yang memenuhi hingga ke sudut-sudut ruangan. Suara bass yang dalam bergetar menyusup di dada mereka, mengiringi ketukan kaki yang mengikuti ritme dengan asyiknya.

Di antara kebisingan itu, Galih yang sejak tadi hanya duduk saja di sofa panjang melirik ke arah pintu ruangan mereka yang terbuka. Dia menghela napas panjang melihat Amanda masuk bersama dua orang LC, sesuai dengan pesanan Arul dan Farhat tadi. Segera, keduanya bergabung dengan Arul dan Farhat yang asyik bergoyang di depan layar televisi lebar, menampilkan video lagu yang mereka nyanyikan.

“Nggak ikutan?” Amanda menghampiri Galih. Dia mengulas senyum lebar saat lelaki itu menoleh ke arahnya. Lelaki itu terlihat duduk santai di tengah sorotan lampu warna-warni yang menciptakan bayang-bayang pada wajahnya. “Sudah makan? Mau aku pesankan makanan apa?” Amanda kemba
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nunyelis
punya teman pada lucknut.... dan galih malah jd suhu nti astaga...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 15

    “Ada pekerjaan yang salah perhitungan sehingga harus revisi mendadak. Maaf, aku sampai tidak sadar kalau ponselku mati sehingga tidak sempat mengabari. Terlalu panik karena klien protes keras dengan rancanganku yang sedikit meleset dengan perhitungan asli.”“Jangan bicara asal, nanti benar-benar kejadian.” Jelita menoleh pada suaminya. Dia menghela napas panjang dan berdiri, mendekat ke arah Galih. Wanita itu mengendus kemeja yang dikenakan oleh lelaki itu. Aroma parfume yang manis, khas parfume wanita tercium samar dari sana. Seperti yang dia duga, aroma khas itu tercium saat Galih pulang terlambat dan tidak berkabar seperti beberapa waktu yang lalu.“Hari minggu kemarin, kamu pergi, mendadak ada pekerjaan. Hari ini, lembur lagi. Sibuk, sampai tidak sempat berkabar.” Jelita menatap wajah suaminya yang sejak tadi selalu menghindari beradu pandang dengan dirinya. “Sudah lah, Ney, aku lelah. Aku butuh istirahat setelah seharian bekerja.” Galih membalikkan badan, berjalan menuju pintu k

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 14

    “Kamu sedang ada masalah apa di rumah? Kayaknya dari kemarin suntuk banget.” Amanda ikut menyandarkan tubuhnya di sofa setelah memesankan makanan. Dia memperhatikan Galih yang mengusap wajah, seperti berat bercerita. “Tujuanmu kemari buat meringankan pikiran ‘kan? Tidak ada salahnya kalau mau cerita agar lega. Toh sudah jadi pekerjaanku untuk menyenangkan tamu yang datang.”Pertanyaan itu menghantam Galih lebih dari yang ia bayangkan. Jelita. Mendengar nama istrinya disebut kembali seperti memutar balik seluruh emosinya dalam sekejap. Jelita adalah pusat dari segalanya dalam rumah tangga mereka. Dirinya, anak-anak mereka, bahkan rumah tempat mereka tinggal semuanya tergantung bagaimana suasana hati Jelita. Wanita itu selalu bisa menghadirkan kehangatan di keluarga mereka walau sesekali ada percikan yang tercipta.Namun, belakangan, Galih merasa ada jarak di antara mereka. Setiap kali pulang ke rumah, sambutan yang dia terima adalah keluhan yang tiada habisnya. Bagaimana dia akan menem

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 13

    Lampu neon menyala dengan liar, berganti-ganti warna seperti denyut yang menari di dalam ruang karaoke. Musik menghentak, mengimbangi suara nyanyian Arul dan Farhat yang memenuhi hingga ke sudut-sudut ruangan. Suara bass yang dalam bergetar menyusup di dada mereka, mengiringi ketukan kaki yang mengikuti ritme dengan asyiknya. Di antara kebisingan itu, Galih yang sejak tadi hanya duduk saja di sofa panjang melirik ke arah pintu ruangan mereka yang terbuka. Dia menghela napas panjang melihat Amanda masuk bersama dua orang LC, sesuai dengan pesanan Arul dan Farhat tadi. Segera, keduanya bergabung dengan Arul dan Farhat yang asyik bergoyang di depan layar televisi lebar, menampilkan video lagu yang mereka nyanyikan.“Nggak ikutan?” Amanda menghampiri Galih. Dia mengulas senyum lebar saat lelaki itu menoleh ke arahnya. Lelaki itu terlihat duduk santai di tengah sorotan lampu warna-warni yang menciptakan bayang-bayang pada wajahnya. “Sudah makan? Mau aku pesankan makanan apa?” Amanda kemba

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 12

    “Lah kalau dicampuradukkan lama-lama akan terjadi keributan karena keduanya merasa sudah saling membantu. Suami merasa sudah membantu membereskan rumah, istri merasa sudah membantu mencari uang. Akhirnya jadi keras kepala dua-duanya. Saat lelah, tidak ada tempat berkeluh kesah karena sama-sama merasa sudah paling banyak membantu yang bukan kewajibannya.” Tiwi menandaskan.Jelita menghela napas panjang mendengar ucapan mertuanya. Dia tahu maksud mertuanya baik, tapi jelas tidak bisa disamakan antara rumah tangga yang satu dengan rumah tangga yang lain. Ini lah yang membuat Jelita tidak nyaman kalau mertuanya datang. Tiwi terlalu berlebihan mencampuri urusan mereka.“Kapan Mama dan Papa pulang? Aku capek sekali ditraining menjadi istri yang baik versi Mama.” Jelita berbisik pelan saat mengantar Galih ke depan. Dia bisa mendengar suaminya menghela napas panjang. Jelita berdecak pelan saat Galih mengulurkan tangan dan mencium keningnya tanpa memberikan jawaban sama sekali.“Mama sama Nene

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 11

    “Biasa.” Galih terkekeh kecil saat melihat Amanda memicingkan mata. Lelaki itu meraih amplop yang diserahkan Amanda dan mengantonginya tanpa menghitung jumlahnya. Dia lalu menghabiskan sisa teh dan meraih ponsel di meja. Galih berdiri sambil mengulurkan tangan pada Amanda, berpamitan. “Aku pulang dulu, sudah ditunggu Nyonya.”Amanda tertawa mendengar ucapan Galih. Dia melirik jam di dinding sebelum akhirnya bicara kembali. “Kalau ada masalah, aku siap menjadi teman cerita. Kamu tahu betul kalau aku pendengar yang baik ‘kan?” Amanda mengulas senyum lebar melihat Galih mengangguk pelan mendengar ucapannya barusan. “Hei, jangan simpan masalah sendirian. Kalau butuh tempat bercerita, kamu punya teman. Dulu sampai sekarang, aku selalu ada waktu untuk mendengar keluh kesahmu, Lih. Jangan salah sangka, aku bermaksud baik. Kadang, kita butuh pendapat dan sudut pandang orang lain agar bisa memecahkan masalah.”Amanda melepaskan jabat tangan. Dia ikut berjalan mengiringi langkah Galih yang ke

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 10

    “Sebegitu besarnya aku mencintaimu, walau hatiku hancur saat itu, aku tetap mendoakan kebahagiaan atas pernikahanmu.” Amanda menghela napas panjang saat Galih mengalihkan pandang. Wanita itu berdehem pelan untuk mencairkan suasana yang mendadak terasa canggung barusan. “Maaf, aku terbawa suasana. Berdua saja denganmu seperti ini membangkitkan semua memori sebelum kamu dan Jelita pacaran.”Galih berdecak pelan mendengar suara Amanda yang sedikit bergetar saat bicara. Dulu, dia memang mendekati Amanda agar bisa dekat dengan Jelita. Jadi, saat dia akhirnya bisa mencapai tujuan mendapatkan hati Jelita, jelas prioritasnya sudah berbeda. Galih sudah jarang menemani Amanda kemana-mana, dia lebih banyak duduk di depan sekretariat BEM, menunggu Jelita selesai dengan kegiatannya. Setelah itu, mereka akan jalan berdua.Dia tidak menyangka kalau ternyata Amanda menyalah artikan kedekatan mereka. Padahal, Galih merasa mereka murni berteman saja. Mana dia tahu kalau Amanda sampai patah hati sedemik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status