Share

BAB 36

last update Last Updated: 2025-06-26 10:50:46

Aroma sup jagung dan telur dadar yang masih mengepul menyambut Galih saat duduk di meja makan. Perutnya yang keroncongan semakin meronta dan berbunyi kencang sehingga membuat dia tersipu malu mendengar suara tawa Amanda. Lelaki itu langsung menyantap habis makanan yang disajikan oleh Amanda. Tubuhnya terasa hangat setelah perutnya terisi penuh. Kepalanya terasa lebih ringan, tidak seberat tadi saat masih kelaparan.

“Terima kasih.” Galih mengulas senyum setelah menghabiskan segelas air putih. Dia memperhatikan dapur minimalis yang terlihat rapi. “Kamu pandai memasak dan mengatur rumah, Manda. Walau rumah ini kecil, tapi terasa lega karena perabotan yang dipilih sesuai dengan kebutuhan dan penempatannya juga sangat rapi.”

Amanda mengulas senyum mendengar ucapan Galih. “Antara masakanku yang memang enak, atau kamu yang terlampau kelaparan hingga masakanku terasa nikmat.” Amanda tertawa renyah sambil membereskan piring bekas makan Galih. “Rumah ini tidak terlalu besar. Jadi ya sebisa mung
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
au nom de lalun
dasar pe rek ja lang, gun dik sialan, la cur ja lang, panas dingin bacanya euy, berasa kejadian didepan mata
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 37

    Jelita? Mendadak, Galih melepaskan pelukan Amanda. Dia berdehem saat merasakan bibirnya panas dan sedikit bengkak. Lembut, basah dan hangat bibir Amanda bahkan masih terasa membekas di bibirnya.Lelaki itu mengusap wajah dan rambutnya kasar. Bayangan wajah Jelita memenuhi kepalanya. Dia mengembuskan napas kencang saat ancaman istrinya beberapa waktu yang lalu kembali melintas dalam ruang ingatan.“Kamu tahu betul bagaimana aku. Aku sangat membenci pengkhianatan. Sekali kamu tergelincir, kamu bukan hanya akan kehilangan aku dan dua anak kita. Kamu akan kehilangan semuanya.”Galih menghela napas panjang sekali lagi. Dia meraih gelas berisi teh dan menghabiskan isinya dengan segera. Galih meraih kunci mobil dan berdiri begitu saja. Dia takut akan semakin semakin jauh kalau terlalu lama berduaan dengan Amanda. “Aku … pulang, Manda. Terima kasih atas makan malamnya. Untuk yang barusan, lupakan saja. Aku jelas tidak mau menyakiti Jelita dan aku yakin kamu juga.”Amanda mengangguk pelan. Dia

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 36

    Aroma sup jagung dan telur dadar yang masih mengepul menyambut Galih saat duduk di meja makan. Perutnya yang keroncongan semakin meronta dan berbunyi kencang sehingga membuat dia tersipu malu mendengar suara tawa Amanda. Lelaki itu langsung menyantap habis makanan yang disajikan oleh Amanda. Tubuhnya terasa hangat setelah perutnya terisi penuh. Kepalanya terasa lebih ringan, tidak seberat tadi saat masih kelaparan.“Terima kasih.” Galih mengulas senyum setelah menghabiskan segelas air putih. Dia memperhatikan dapur minimalis yang terlihat rapi. “Kamu pandai memasak dan mengatur rumah, Manda. Walau rumah ini kecil, tapi terasa lega karena perabotan yang dipilih sesuai dengan kebutuhan dan penempatannya juga sangat rapi.”Amanda mengulas senyum mendengar ucapan Galih. “Antara masakanku yang memang enak, atau kamu yang terlampau kelaparan hingga masakanku terasa nikmat.” Amanda tertawa renyah sambil membereskan piring bekas makan Galih. “Rumah ini tidak terlalu besar. Jadi ya sebisa mung

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 35

    Dia sedang menanti kabar dari Nina apa besok malam deal tanggal agar dia bisa ditemani oleh Amanda. Membayangkan wanita yang dengan sengaja mengibarkan bendera perang padanya membuat Jelita tidak sabar menunggu esok malam tiba.Sementara disini, Galih terpaku di tempatnya. Rumah itu terasa dingin. Biasanya, Jelita akan menyambutnya saat pulang. Istrinya itu akan menyiapkan baju ganti selagi dia mandi. Setelahnya, Jelita akan menemani dia makan. Kadang, Zaky juga ikut kalau belum tidur. Mendengar keriuhan di meja makan, Bella akan keluar dari kamar dan ikut bergabung. Sekarang, dia benar-benar sendiri. “Kalau ada masalah, bicara.” Galih masuk ke kamar dan menatap Jelita yang mulai membuka laptop, bersiap mengerjakan tulisannya. “Kalau terus begini, masalahnya tidak akan pernah selesai.”“Kamu tahu betul apa masalahnya.” Jelita menjawab cepat. Tatapannya lurus ke arah laptop, tidak menoleh sedikitpun ke arah Galih yang berdiri di bingkai pintu. “Bukan aku yang seharusnya bicara, tapi k

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 34

    “Bahkan berbagi sikat gigi saja aku jijik, apalagi harus berbagi suami.” Jelita bangkit meninggalkan Galih. Dia memutuskan tidur di kamar Bella. Saat membuka pintu kamar, Jelita bisa melihat Galih memukul bantal.Pagi harinya, Galih terus menatap Amanda yang tidak memandangnya sama sekali saat di meja makan. Wanita itu sibuk menyuapi Zaky dan makanan di piringnya. Berbagai pertanyaan berputar di kepala Galih mengenai ucapan istrinya tadi malam. Apa maksud Jelita mengatakan enggan berbagi suami? Dia ingin bertanya, tapi Jelita seperti tidak memberikan kesempatan.Lepas dzuhur, Galih berkutat dengan sketsa di layar tablet yang menampilkan detail yang rumit, memantulkan cahaya biru lembut ke wajah Galih. Garis-garis presisi pada gambar itu memetakan tiap sudut dan lengkungan struktur, hasil dari puluhan jam perhitungan dan revisi tanpa henti. Kening Galih berkerut dalam. Sesekali, tatapannya beralih ke setumpuk dokumen revisi yang tergeletak di atas meja. Setiap lembar kertas itu menjad

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 33

    Jelita menghela napas panjang setelah mengirim balasan pesan. LC. Dua huruf yang tiba-tiba membuat tubuh Jelita jadi tidak enak seketika. Dia jelas tahu pekerjaan seperti apa yang digeluti oleh Amanda jika memang benar wanita jalang itu bekerja disana. Walau tidak akrab dengan dunia malam, tapi saat masih bekerja dulu dia pernah sesekali karaoke bersama teman-teman kerjanya.Dia masih tidak percaya kalau Amanda bekerja sebagai LC, wanita yang bekerja menemani pria-pria kaya dalam suasana mewah dan eksklusif. Ujung kukunya terasa dingin. Amanda, wanita yang selama ini ia lihat sebagai sosok yang pendiam dan manis, ternyata memiliki dunia yang sulit dia nalar dengan logika.“Apa kalian pertama bertemu di tempat karaoke?” Amanda menatap foto pernikahannya dengan Galih yang dipajang di dinding kamar. Aroma parfume yang asing, pulang malam menjelang dini hari dengan alasan lembur, ponsel sengaja dimatikan agar tidak dihubungi. Jelita menghela napas panjang saat berusaha menghubungkan semu

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 32

    Jelita mengepalkan tangan saat pandangannya kembali tertuju pada ranjang yang terletak di tengah kamar. Kepalanya terasa panas membayangkan Galih dan Amanda di ranjang mereka. Tempat mereka berbagi rasa, tempat dia dan Galih menyatu seutuhnya sebagai pasangan melewati malam-malam penuh kesyahduan, kini menjelma menjadi ruang penuh pengkhianatan.Jelita melangkah terseok menuju ranjang. Tangannya menelusuri sprei yang kini terasa dingin, tak lagi menghangatkan seperti dulu. Amarah perlahan berubah menjadi isak tertahan. Kain sprei dicengkeram, seolah berpegang pada sisa-sisa keyakinan yang nyaris habis.“Sepuluh tahun ... semua hanya dusta.” Suara Jelita parau. Pikirannya berkelindan, mengingat momen-momen manis yang kini tercemar. Dia memejamkan mata. Dengan segera, kilasan senyum Galih saat berlutut melamar, tawa bahagia Bella ketika digendong ayahnya, wajah setengah menangis Galih saat mengetahui dia mengandung Zaky memenuhi ruang memori, menghantam dinding-dinding kesadarannya.Dia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status