LOGINHilda membuka pintu mobil. Dengan pelan wanita itu turun dari mobilnya, sambil menatap heran kearah Laras dan laki-laki yang masih duduk didalam mobil, yang terparkir dipinggir jalan depan rumahnya tersebut.Wanita itu merasa penasaran. Siapa orang yang mengantar Laras, sehingga sahabatnya itu, memintanya untuk tidak perlu menjemput saat ia pulang?"Laras, kok kamu sudah pulang? Bukannya biasa jam segini kamu masih kerja?" tanya Hilda sambil menatap sahabatnya.Dan pertanyaan tersebut hanya ditanggapi senyum lembut dari Laras.Saat tatapan mata Hilda bertubrukan dengan Arga, wanita seksi itu terlihat terkejut. Kemudian ia tersenyum.Begitupun dengan Arga. Pria itu tertegun saat melihat Hilda, tapi kemudian ekpresi wajahnya kembali datar.Wanita berkulit kuning langsat itu kembali melihat kearah Laras. Dan kemudian ia bertanya."Dia siapa Laras? Pacar baru kamu?" ucap Hilda. Membuat Laras mendelik kearahnya."Kamu itu apa-apaan sih, Hilda? Pak Arga itu pemilik restaurant tempat aku bek
Arga melajukan kendaraannya. Berbaur dengan kendaraan-kendaraan lain yang memadati jalanan.Sesekali ia menoleh dan menatap Laras. Namun Laras terlihat sama sekali tidak terusik.Wanita itu hanya diam saja, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu yang sangat memberatkan fikirannya."Eheemm... "Arga berdehem untuk menarik perhatian Laras.Dan seperti yang ia inginkan. Wanita yang duduk disampingnya tersebut menoleh dan menatap kearahnya."Bapak kenapa? Sakit tenggorokan?" tanya Laras.Laki-laki itu meringis, karena mendengar pertanyaan Laras yang terkesan polos."Kamu itu dari tadi kenapa diam saja? Apa kamu tidak suka kalau aku yang mengantar kamu pulang?" tanya Arga sambil terus menatap jalanan.Pertanyaan dari Arga membuat Laras menjadi kikuk.Ia baru menyadari kalau sedari tadi dirinya mengacuhkan Arga, dan sama sekali tidak memperlihatkan wajah ramahnya, seperti biasa.Laras jadi merasa tidak enak terhadap bosnya itu."Mm... Maaf Pak! Bukan begitu! Tapi saya tidak tau mau ngobrol t
Satu minggu kemudian. kehidupan Laras berjalan seperti biasanya. Seperti hari ini. Gadis itu sedang sibuk mengelap meja dan terlihat fokus dengan pekerjaannya bersama teman-temannya yang lain. Meskipun wajahnya masih terlihat murung. Kenangan terakhir yang diberikan oleh mantan suaminya, masih terus menari-nari didalam ingatan Laras. "Eh, Laras! Aku dengar-dengar, hari ini pemilik restaurant ini akan datang! Aku senang banget loh!" ujar salah satu temannya Laras. Sesama pelayan. Perkataan temannya itu, membuyarkan lamunannya terhadap Sofian. Laras menoleh pada temannya yang bernama Anita tersebut. Ia mengernyitkan keningnya, namun terus saja mengerjakan pekerjaannya. Hanya bola matanya saja yang menatap kearah Anita. Laras melihat temannya yang satu itu, terlihat sangat bersemangat. Berbeda dengan hari-hari biasanya. "Memangnya kenapa, Nit? Bukannya wajar ya, kalau pemilik restaurant itu datang dan mengunjungi restaurantnya sendiri?" jawab Laras. Seraya tersenyum kearah Anit
Pagi ini, Laras kembali bersiap-siap untuk berangkat ke restaurant tempatnya bekerja.Saat ia sedang menatap wajahnya dicermin.Wanita itu teringat lagi dengan kejadian kemarin malam, dimana saat preman-preman yang dijumpainya dijalanan hampir saja menodainya.Laras sama sekali tidak bisa membayangkan kalau hal itu sampai terjadi padanya. Dan apa jadinya, kalau kelima preman itu berhasil merenggut kesuciannya waktu itu?Tidak ingin berlama-lama dikamarnya, Laras segera keluar dan berjalan kedapur.Sesampai disana, Laras melihat Hilda sedang membuatkan dua gelas susu untuknya dan juga dirinya sendiri.Saat pandangannya bertubrukan dengan Laras, Wanita itu tersenyum kecil.Hilda membawa susu tersebut ke meja makan. Dan tidak lupa pula ia menyiapkan Roti tawar didalam piring, untuk sarapan paginya bersama sahabatnya tersebut."Laras! Aku minta maaf, ya? Kemarin malam aku lupa mengecas ponselku. Jadi, saat kamu menghubungiku, aku sama sekali tidak tau! Lagipula aku juga ketiduran" ujar Hi
Cantika menatap kearah kamar Sofian. Dan sekali lagi ia mendorong pintu tersebut sampai terbuka lebar.Ia menatap ponsel Sofian yang tergeletak diatas tempat tidur, dengan dering yang sama sekali belum berhenti. Karena suaminya masih melakukan panggilan.Perempuan itu segera meraih benda pipih tersebut dan membawanya keluar dari kamar."Pa, ponsel Sofian tertinggal dikamar! Mana mungkin kita bisa menghubunginya." ucap Cantika. Sambil memperlihatkan ponsel itu pada suaminya.Burhan tertegun dan segera memutuskan panggilan telfonnya."Bagaimana ini, Pa?" tanya Cantika dengan raut wajah cemas."Mama takut terjadi apa-apa dengan anak kita! Papa kan lihat tadi, foto Sofian jatuh dengan sendirinya." sambungnya lagi."Astaghfirullahal'azdim... Ma! Kenapa Mama bisa punya fikiran seperti itu? Bisa saja foto itu terjatuh karena pakunya sudah tidak menancap dengan kuat! Jadi, Mama jangan berfikir aneh-aneh seperti itu! Tidak baik Ma." ujar Burhan. Menenangkan istrinya.Padahal, fikirannya sendir
Sofian yang saat ini jatuh terduduk ditanah. Hanya meraba bagian keningnya yang terasa sangat sakit.Tiba-tiba ia merasa kalau telapak tangannya basah, dan pandangannya buram.Laki-laki itu menggelengkan kepalanya berulang kali.Preman yang saat ini menatap kearahnya tertawa senang."Mampus lo! Makanya, jangan coba-coba ikut campur urusan kami, hahaha... "Ujar preman itu sambil tertawa."Siapa suruh lo jadi pahlawan kesiangan?" sambungnya lagi."Eh goblok, ini tengah malam bukan siang! Dasar tolol!" maki salah satu temannya yang berada dibelakang, kemudian temannya itu kembali mengaduh kesakitan."Nggak nyambung! Lo lebih goblok. Memangnya lo pernah dengar, ada yang namanya pahlawan kemalaman?" protes temannya satu lagi."Diam kalian semua! Berisik!" teriak kepala preman. Yang juga tergeletak diantara teman-temannya."Wooii... Lo hajar terus itu laki-laki sialan! Berani-beraninya dia membuat kita babak belur seperti ini! Kenapa lo masih diam aja? Takut lo...?" sambungnya lagi.Preman







