Asha sangat emosi mendengar cerita Marchel tentang Yanuar, karena dia ada di Jakarta tapi tidak berusaha untuk menghubungi bi Hana. Asha jadi percaya apa yang dikatakan bi Hana, bahwa Yanuar sangat takut kehilangan keluarganya, sehingga dia tidak berusaha untuk mencari Asha. "Papa kok gitu ya mas? Kan dia sering ada ke Jakarta, kenapa dia tidak hubungi bi Hana?" Tanya Asha. "Dia mungkin tidak ingin di ganggu Sha, dia takut keluarga isterinya di Jakarta tahu." Jelas MarchelAsha menjadi sedih, karena dia merasa kalau Yanuar memang tidak merasakan kehadiran Asha di dunia ini. Tidak ada sekalipun ada keinginan Yanuar untuk ketemu dengan anak yang sekian puluh tahun dia sia-siakan. Asha baru tahu dari cerita bi Hana, kalau selama ini Yanuar selalu memberikan bantuan pada bi Hana untuk Asha. Bukan cuma itu sebetulnya yang di harapkan Asha, tapi perhatian dan kasih sayang seorang ayah. Apa lagi Asha tahu kalau Yanuar hidup berkecukupan dan bergelimang kekayaan.
Masih menggendong Brama, Melissa sedang cerita pada Bi Hana tentang rencananya ingin menetap di Bali. Dia juga cerita tentang perceraian dengan Bruce, suaminya, "Aku sudah bercerai Han dengan suamiku, karena tidak kunjung di karuniai anak, Tuhan sedang menghukumku Han.." cerita Melissa. "Mestinya dulu, saat kamu nikah lagi.. kamu bawa Asha Mel, jadi kamu tidak kesepian." Ujar Bi Hana"Bruce suami yang baik, 20 tahun pernikahan kami dia selalu baik sama aku, masalahnya cuma aku tak kunjung hamil." Lanjut Melissa"Terus apa rencana kamu selanjutnya Mel? Setelah tinggal di Bali? Kenapa gak tinggal di Jakarta aja?" Tanya Hana"Di Bali aku punya Hotel yang baru aku ambil alih pengelolaannya, di sana aku bisa hidup lebih nyaman Han.""Lho? Kan anak dan cucu kamu di Jakarta Mel? Bukankah lebih baik kamu dekat dengan Asha dan Brama?" Bi Hana merasa aneh dengan rencana Mellisa. "Aku akan bolak-balik Jakarta - Bali Han, karena kalau aku tinggal di Jakarta, aku g
Melissa meminta Asha tidak lagi membicarakan soal Yanuar, saat mereka sudah sampai di Bali. Melissa mengambil alih pengelolaan Alexis Family Resort, dari Group perusahaan Alexis. Di bawah Mells Management, resort itu berganti nama menjadi Mells Family Resort. Resort itu terletak di daerah Ungasan Bali. Melissa menginap di sebuah cottage yang mempunyai fasilitas sangat komplit, dengan 3 bedroom dengan ukuran besar. Asha mengusulkan pada Melissa agar memberikan kesempatan pada bi Hana untuk mengembangkan bisnis cateringnya. Melissa mempertanyakan pada Hana, apakah dia mampu sebagai pemasok makanan khas daerah tertentu di Mells Residents. Bahkan Asha sendiri diminta Melissa untuk menyelesaikan S1-nya di perhotelan. Hanya saja Asha belum bisa, karena sedang menjalankan program kehamilan. Melissa ingin Asha bisa terjun ke bisnis perhotelan, meneruskan jejaknya. Melissa sangat business oriented, dalam benaknya hanya ada bisnis, sehingga lupa bagaimana mensejahtera
Melissa mengajak Asha keliling resort dengan Golf Cart. Dia ingin memotivasi Asha dengan melihat secara langsung Resort yang dikelolanya. Resort yang berada di area seluas 4 hektar itu dikelilingi oleh Melissa dan Asha. Setiap penghuni Resort saat menuju ke cottage diantar dengan Golf Cart, karena dari lobby ke masing-masing cottage jaraknya sangat jauh. Melissa hanya berdua dengan Asha di Golf Cart. Hana, Narti dan Brama menunggu di cottage."Kamu bisa bayangkan, Mama tidak pernah kuliah di perhotelan. Mama diajarkan oleh mantan suami Mama berbisnis soal hotel. Sementara kamu kuliah di perhotelan, masak sih gak bisa kelola yang beginian?" Ujar Melissa sambil memperlihatkan kawasan Resortnya.***Marchel yang belum ikut ke Bali, di Jakarta dia sedang menemani Papinya yang sedang sakit. Marchel belum kabari Asha kalau Papinya sakit. Dia tidak ingin Asha jadi kepikiran. Mami Marchel mempertanyakan soal kehamilan Asha, sementara Papinya terbaring di tempat tidur.
Sampai sore hari kondisi Philip semakin drop. Philip pun di larikan ke Rumah Sakit terdekat di Pondok Indah. Setelah Philip ditangani dokter, Marchel mengabarkan pada Asha bahwa Papinya masuk rumah sakit.Marchel mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan berusaha menelepon Asha, "Hallo Sha.. Papi masuk rumah sakit, (mendengarkan). "Baru aja.. kasih tahu Mama ya?"(Mendengarkan)"Ya sebaiknya kamu segera ke Jakarta ya, aku harus standby di samping Papi sha.. maaf ya." Marchel menutup pembicaraan.Marchel menemui dokter menanyakan soal kondisi Papinya. Marchel panik menghadapi situasi itu sendirian. Dia mengabarkan Subianto dan Bram orang terdekat Papinya, karena dia tidak ingin disalahkan kalau terjadi apa-apa dengan Papinya.Mami Marchel hanya berdiam diri di kursi tunggu rumah sakit didampingi bik Tum. Mami Marchel mengabarkan tante Michelle kalau Philip masuk rumah sakit.***Melissa setelah tahu kabar Philip
Suasana dalam ruang rawat VVIP tempat Philip di rawat, sangat berduka melihat keadaan Philip yang terbaring tak berdaya. Bram dan Subianto datang membesuk Philip, Bram menghampiri Philip,"Cepat sembuh ya pak.. biar kita bisa golf lagi." Ucap Bram."Pak Bram.. tolong jaga Marchel ya, kalau seandainya umur saya cuma sampai disini.." ucap Philip."Besarkan hatinya pak.. seakan-akan usia kita masih panjang.." sambung Bram.Subianto menghampiri Philip, "Pak Philip segera sembuh ya.." ucap Subianto."Saya titip perusahaan dan Marchel ya pak.." Ujar Philip lagi.Semua yang ada di ruangan itu sangat sedih mendengar ucapan-ucapan Philip yang seakan-akan tahu kalau usianya cuma sampai di sini. Semua membesarkan hati Philip, memberikan harapan kalau Philip segera sembuh.Tidak lama setelah Bram dan Subianto pulang, Melissa dan keluarga datang. Asha sambil menggendong Brama masuk ke ruang rawat Philip, Marchel langsung mengambil
Dokter keluar dari ruang ICU, Marchel buru-buru menghampiri. Menurut dokter Papi Marchel sudah melewati masa kritis. Namun dokter berpesan jangan terlalu banyak diajak bicara dulu, kalau seandainya nanti sudah siuman lagi.Philip masih harus tetap diruangan ICU meskipun sudah melewati masa kritis, karena dikhawatirkan kalau di ruangan perawatan terlalu bebas dibesuk. Philip harus banyak istirahat, belum boleh diajak bicara.Malam semakin larut, Marchel minta pada Maminya, juga Melissa dan Asha untuk segera pulang,"Mami sebaiknya istirahat di rumah ya, biar Marchel aja yang jaga disini.. Mama dan Asha juga, biar Brama bisa istirahat." Ujar Marchel."Kalau ada hal penting kabari Mama ya Cel, Asha dan Brama sama bi Hana ikut Mama ke hotel," pesan Melissa. "Oh ya cel.. Mami kamu biar Mama yang antar kerumah ya." Lanjut Melissa.Asha menghampiri Marchel dan memeluknya, "Mas kamu yang kuat ya, kabari aku ya mas.. kalau ada apa-apa de
Dengan menyandarkan keningnya ke jendela ruang ICU, Marchel menumpahkan tangisnya yang tertahan. Begitu juga Asha yang masih memeluk Marchel dari belakang, tak kuasa lagi menahan tangisnya. Semua berduka, Philip meninggalkan mereka untuk selamanya.Marchel membalikkan badannya, dipeluknya Asha, "sha.. kamu sudah maafin Papi ya?" Tanya Marchel. "Maafin Papi ya Sha, kalau ada ucapan Papi yang menyakiti kamu selama hidupnya.." lanjut Marchel."Mas.. jauh-jauh hari aku sudah memaafkan Papi, aku tidak pernah menyimpan kebencian sedikit pun.." jawab Asha."Ya udah Marchel.. kamu urus jenazah Papi dulu ya, biar Mama sama Asha tunggu di sini. takut ada tamu yang datang." Suruh Melissa.Marchel meninggalkan Melissa dan Asha di ruang tunggu ICU, dia mengurus jenazah Philip. Setelah disemayamkan di ruang jenazah, jenazah Philip segera dibawa ke rumah Pondok Indah.Para kerabat juga para sahabat almarhum Philip berdatangan ke rumah Pondok I