Sampai sore hari kondisi Philip semakin drop. Philip pun di larikan ke Rumah Sakit terdekat di Pondok Indah. Setelah Philip ditangani dokter, Marchel mengabarkan pada Asha bahwa Papinya masuk rumah sakit.
Marchel mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan berusaha menelepon Asha, "Hallo Sha.. Papi masuk rumah sakit, (mendengarkan). "Baru aja.. kasih tahu Mama ya?" (Mendengarkan) "Ya sebaiknya kamu segera ke Jakarta ya, aku harus standby di samping Papi sha.. maaf ya." Marchel menutup pembicaraan. Marchel menemui dokter menanyakan soal kondisi Papinya. Marchel panik menghadapi situasi itu sendirian. Dia mengabarkan Subianto dan Bram orang terdekat Papinya, karena dia tidak ingin disalahkan kalau terjadi apa-apa dengan Papinya. Mami Marchel hanya berdiam diri di kursi tunggu rumah sakit didampingi bik Tum. Mami Marchel mengabarkan tante Michelle kalau Philip masuk rumah sakit. ***Melissa setelah tahu kabar PhilipSuasana dalam ruang rawat VVIP tempat Philip di rawat, sangat berduka melihat keadaan Philip yang terbaring tak berdaya. Bram dan Subianto datang membesuk Philip, Bram menghampiri Philip,"Cepat sembuh ya pak.. biar kita bisa golf lagi." Ucap Bram."Pak Bram.. tolong jaga Marchel ya, kalau seandainya umur saya cuma sampai disini.." ucap Philip."Besarkan hatinya pak.. seakan-akan usia kita masih panjang.." sambung Bram.Subianto menghampiri Philip, "Pak Philip segera sembuh ya.." ucap Subianto."Saya titip perusahaan dan Marchel ya pak.." Ujar Philip lagi.Semua yang ada di ruangan itu sangat sedih mendengar ucapan-ucapan Philip yang seakan-akan tahu kalau usianya cuma sampai di sini. Semua membesarkan hati Philip, memberikan harapan kalau Philip segera sembuh.Tidak lama setelah Bram dan Subianto pulang, Melissa dan keluarga datang. Asha sambil menggendong Brama masuk ke ruang rawat Philip, Marchel langsung mengambil
Dokter keluar dari ruang ICU, Marchel buru-buru menghampiri. Menurut dokter Papi Marchel sudah melewati masa kritis. Namun dokter berpesan jangan terlalu banyak diajak bicara dulu, kalau seandainya nanti sudah siuman lagi.Philip masih harus tetap diruangan ICU meskipun sudah melewati masa kritis, karena dikhawatirkan kalau di ruangan perawatan terlalu bebas dibesuk. Philip harus banyak istirahat, belum boleh diajak bicara.Malam semakin larut, Marchel minta pada Maminya, juga Melissa dan Asha untuk segera pulang,"Mami sebaiknya istirahat di rumah ya, biar Marchel aja yang jaga disini.. Mama dan Asha juga, biar Brama bisa istirahat." Ujar Marchel."Kalau ada hal penting kabari Mama ya Cel, Asha dan Brama sama bi Hana ikut Mama ke hotel," pesan Melissa. "Oh ya cel.. Mami kamu biar Mama yang antar kerumah ya." Lanjut Melissa.Asha menghampiri Marchel dan memeluknya, "Mas kamu yang kuat ya, kabari aku ya mas.. kalau ada apa-apa de
Dengan menyandarkan keningnya ke jendela ruang ICU, Marchel menumpahkan tangisnya yang tertahan. Begitu juga Asha yang masih memeluk Marchel dari belakang, tak kuasa lagi menahan tangisnya. Semua berduka, Philip meninggalkan mereka untuk selamanya.Marchel membalikkan badannya, dipeluknya Asha, "sha.. kamu sudah maafin Papi ya?" Tanya Marchel. "Maafin Papi ya Sha, kalau ada ucapan Papi yang menyakiti kamu selama hidupnya.." lanjut Marchel."Mas.. jauh-jauh hari aku sudah memaafkan Papi, aku tidak pernah menyimpan kebencian sedikit pun.." jawab Asha."Ya udah Marchel.. kamu urus jenazah Papi dulu ya, biar Mama sama Asha tunggu di sini. takut ada tamu yang datang." Suruh Melissa.Marchel meninggalkan Melissa dan Asha di ruang tunggu ICU, dia mengurus jenazah Philip. Setelah disemayamkan di ruang jenazah, jenazah Philip segera dibawa ke rumah Pondok Indah.Para kerabat juga para sahabat almarhum Philip berdatangan ke rumah Pondok I
Mami Marchel terlihat masih sangat berduka, "Mami sendiri juga hanya tinggal menunggu waktu.. kamu satu-satunya pewaris tunggal Papi dan Mami Cel. Mami ikut sama kalian, kalian berdualah yang atur rumah ini." Ujar Mami Marchel.Di usia yang masih sangat muda, Marchel ditakdirkan menjadi anak muda yang sangat tajir. Namun, Marchel tetap tidak ingin mengubah sikapnya yang cenderung berpenampilan sederhana. Nasib Asha pun terangkat dengan keadaan dan situasi itu, namun Asha pun bukanlah tipikal wanita yang gelap mata terhadap kekayaan.Asha sendiri bukanlah dari kalangan orang yang susah, Mamanya seorang pengusaha hotel yang kekayaannya juga melimpah. Marchel dan Asha memiliki karakter yang sama, sama-sama tidak gila harta, terbiasa istiqomah dan menerima kenyataan hidup apa adanya.Marchel membesarkan hati Maminya, "Yang Mami perlu ketahui, bagi Marchel Mami adalah kekayaan Marchel satu-satunya, melebihi kekayaan yang diwariskan Papi. Inilah ujian terberat bagi Ma
Di rumah Pondok Indah masih berkumpul keluarga Asha dan keluarga Marchel. Asha berusaha untuk melayani ibu mertuanya, terutama dalam hal selera makannya. Dengan di bantu bik Tum dan bi Hana, Asha memasak masakan kesukaan Mertuanya.Bi Hana sangat cekatan membantu Asha, begitu juga bik Tum. Asha memasak Rawon Daging Sapi khas Jawa Timur. Apa pun makanan yang diinginkan Mami, Asha berusaha untuk memasaknya. Untungnya ada bi Hana yang mendampingi, sehingga Asha bisa menuntaskan masakannya.Setelah masakan selesai, Asha dan bik Tum menyajikannya di meja makan keluarga. Sebuah meja makan yang berukuran besar, khusus untuk menjamu keluarga makan bersama. Hadir dalam makan bersama itu Mami Marchel, Tante Michelle, juga Melissa, di samping juga ada dua orang keluarga dari pihak Papi Marchel.Puja dan puji pun mengalir dialamatkan pad Asha, di luar dugaan mereka Asha adalah wanita yang juga hebat di dapur. Mami memuji Asha di depan Melissa,"Saya i
Tinggal di Pondok Indah, mempunyai kendaraan mewah yang cukup mumpuni. Namun, sehari-hari Marchel tetap memakai mobil sejuta umat, dan merasa cukup menggunakan itu. Asha juga demikian, kalau dia mau menuntut lebih, Marchel mampu untuk memenuhinya, tapi itu tidak dilakukannya.Apa lagi sekarang ini, Marchel sudah sah menjadi pewaris tunggal kekayaan Philip. Sedikit pun tidak terlihat kejumawaan Marchel. Asha pun demikian, bisa menempatkan diri disisi Marchel, bersikap sederhana dan apa adanya.Selesai acara makan siang, Asha berusaha tampil sebagai tuan rumah yang melayani tanmu-tamunya. Sikapnya terhadap ibu mertua pun mendapat pujian, karena sangat tulus dalam memberikan perhatian. Melissa sangat bangga pada Asha, karena baginya Asha sangat mencerminkan dirinya saat seusia dengan Asha.Mami Marchel cerita pada tamunya, tentang Asha, "menantu saya ini sedang menjalankan program kehamilan anak kedua.. itu artinya kami akan punya cucu lagi." Terang Mami Marchel.
Melissa dan Asha masih mempersoalkan karir Asha, mereka masih ngobrol di taman belakang rumah Pondok Indah. Marchel juga ikut mendengarkan silang pendapat antara Asha dan Melissa. Namun, dia berusaha untuk melihat secara bijak apa yang dipersoalkan.Melissa seorang wanita karir sekali, sementara Asha dibesarkan dilingkungan yang sangat sederhana. Sehingga pola pikirnya pun sangat sederhana. Asha adalah tipikal wanita yang tidak banyak maunya. Sementara dalam pandangan Melissa, wanita juga harus mengambil peran bukan sekadar menerima keadaan.Apa yang dilakukan Asha di rumah mertuanya lebih kepada pengabdian. Sementara Melissa yang melihat kenyataan yang ada dihadapannya, seolah-olah Asha hanya menghabiskan waktunya hanya untuk mengurus rumah tangga. Melissa khawatir dengan masa depan Asha, karena dia ingin mempersiapkan Asha sebagai penggantinya."Mama sangat faham apa yang kamu lakukan itu adalah pengabdian seorang menantu, tapi tidak berarti dengan kesibukan kamu di
Hana jelaskan pada Melissa seperti apa karakter Asha yang dia ketahui sejak kecil, yang Melissa tidak pernah ketahui. Hana yang merasa mengasuh Asha sejak bayi lebih tahu tentang Asha, dia tidak rela kalau Melissa menekan Asha hanya untuk memenuhi keinginannya.Melissa baru sadar, dia memang yang melahirkan Asha, tapi dia bukan yang mendidik dan membesarkan Asha. Melissa tidak mengenal seperti apa karakter Asha, makanya ada pemberontakan dalam diri Asha saat Melissa terus menekannya."Mungkin saya terlalu egois ya Han, terlalu ingin menguasai Asha.. tapi saya lakukan semua itu karena saya sangat sayang dengan dia Han, dia cantik, tidak pantas cuma jadi ibu rumah tangga." Ucap Melissa dengan sedikit sedih."Harus pelan-pelan Mel bicara sama Asha, kamukan lama telantarkan dia, secara emosional ada kekecewaannya sama kamu, takutnya nanti dia durhaka sama kamu." Hana kembali ingatkan Melissa.Melissa tidak melanjutkan pembicaraannya, dia meren