Share

Sumpah Sussana

"Eh Pak, 'kan saya sudah minta maaf. Lagian wajar dong, orang enggak sengaja. Kenapa mulut Bapak pedes begitu, habis makan mercon ya?" 

"Ana," panggil Aldi yang mendekat pada Ana dan merangkul bahu gadis itu, "Kenapa?"

"Ini, orang aku udah minta maaf, ampun deh galak bener." 

Akbar menoleh pada laki-laki disamping Ana, menaikan alisnya berfikir kapan pernah melihat bocah ini. 

'Ahaaa, I remember you,' batin Akbar. Bocah kampret yang pernah hadir diantara hubungannya dengan Inggrid dulu. Bocah lugu yang pinter cari uang lewat jalan pintas dengan menjalani hubungan dengan istri orang yang rela memberikan materi berlebih. Akbar tersenyum sinis, "Kalian pasangan? Cocok sekali. Apa kamu masih menjalani profesi dulu?" Akbar mengalihkan tatapannya dan bertanya pada Aldi .

Aldi ingat orang didepannya adalah suami dari salah satu tante-tante yang pernah dekat dengannya. Tidak ingin jadi panjang dan Ana tau semuanya, ia pun mengajak Ana pergi.

"Ayo Na!" 

"Owh kalian satu profesi ya," ujar Akbar menyilangkan tangan di dadanya. "Sugar baby, yang satu menjerat Om-om dan yang satu peliharaan tante-tante."

Bowo melihat situasi makin tidak baik, "Pak, kita sudah terlambat," ujarnya.

"Pak, kalau ngomong jangan sembarangan ya. Tau kan fitnah juga ada undang-undangnya." Akbar hanya mengedikkan bahu. "Coba kamu tanya bocah di sampingmu, fitnah atau fakta." 

"Fitnah pak, aku tau pacar aku enggak gitu." Aldi menarik siku tangan kanan Ana dan mengajaknya pergi. Akbar tertawa, "Diam itu artinya iya." 

"Dasar Om-om gila, gue sumpahin loe menikah sama berondong atau pasangan loe selingkuh sama berondong dan loe bucin akut. Ingat ya BUCINNNN." teriak Ana. Aldi segera mempercepat langkahnya menyeret Ana. 

"Nanti dulu Kak." 

"Udah Na, malu. Jadi perhatian orang." Sebenarnya Aldi tidak ingin Ana tau kebenarannya. Aldi jadi punya alasan untuk tidak melanjutkan permintaan Ana sebelumnya untuk nonton dan berkaraoke. Mengantarkan Ana menggunakan taksi, "Kenapa enggak bawa motor Kak?" 

"Aku enggak mau nanti kamu kepanasan, kena angin, kena debu. Enggak cantik lagi dong," Aldi berdusta. Huftttt dalam hatinya terbahak dia bisa segombal itu, biasanya dia akan gombal langsung dapat transferan kali ini gratissss. 

"Gombal," ucap Ana. 

Sebelum Ana turun karena taksi sudah berhenti di depan rumah Ana, "Besok, jadi aku jemput?" Aldi sudah menyusun rencana. 

"Hmm, nanti aku kabari ya Kak. Aku belum dapat ijin."

Di tempat berbeda Akbar dan Bowo kembali melanjutkan pertemuan dengan relasi bisnis perusahaannya.

Namun konsentrasinya agak terganggu dengan keluarnya sumpah serapah dari gadis yang sejak kemarin membuatnya jengkel, hari ini sungguh tidak berpihak padanya. Bertemu Inggrid salah satu orang yang tidak ingin dia temui juga bocah yang menjadi salah satu alasan untuknya memilih berpisah dengan Inggrid. 

Shittttt, hati Akbar mengumpat saat mengingat dia memergoki Inggrid yang sedang berada di bawah tubuh bocah itu, sedang menikmati dan mendessah karena ayunan tubuh bocah ingusan. 

Kepala Akbar terasa pening, kembali memikirkan mulut mungil yang mampu bersumpah seberat itu. 'Ana, ya Sussana,' ucapnya dalam hati.

Owh, God. Kenapa tiba-tiba celananya terasa sesak mengingat Ana yang sudah menyumpahinya. Akbar membayangkan sumpah apa yang keluar dari mulut gadis itu kalau mendapatkan kenikmatan dari tubuh Akbar. 

Mengirim pesan pada Maya tempat pertemuan mereka, dan disinilah Akbar berada. Kamar hotel tempat pertemuannya dengan Maya. Ia datang lebih awal berendam di bathhup merilekskan tubuhnya karena emosi menghadapi orang-orang tidak jelas.

Setelah 20 menit berendam dan membilasnya, keluar kamar mandi dengan menggunakan bathrobe. Akbar duduk di sofa mengecek email masuk terkait urusan pekerjaan. Terdengar sensor pintu dan masuklah Maya.

Maya menatap Akbar yang hanya mengenakan bathrobe, "Duduklah," titah Akbar tanpa menoleh pada Maya karena masih fokus pada ponselnya. 

Tidak lama kemudian Akbar berdiri, mengambil botol air mineralnya dan menghabiskan hampir sebagian isinya. Lalu mendekati Maya, tubuh mereka kini berhadapan. "Kau masih ingat perjanjiannya? Jangan menyentuhku." Maya mengangguk.

"Jangan sampai tumbuh cinta, karena kamu sendiri yang akan rugi." Maya kembali mengangguk.  

Akbar mendorong Maya hingga rebah di ranjang, melakukan penyatuan bibir keduanya lembut dan dalam, cukup lama karena akhirnya lidah mereka saling membelit. 

Akbar bangkit, Maya melepas semua penutup tubuhnya. Kembali mencium bibir Maya namun kali ini lebih kasar dibandingkan sebelumnya. Ciuman itu terhenti dan berganti cumbuan pada leher Maya, turun lagi ke dua bukit kembar milik Maya. Akbar menyapu daerah tersebut dengan lidahnya membuat Maya mengeluarkan suara yang membuat Akbar semakin liar. Meremas juga menghisap bergantian dada yang sudah membusung, membuat si pemilik tubuh menggelinjang dan mengeluarkan suara yang terdengar eksotis.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status