Share

Pak Aron...

Author: CitraAurora
last update Last Updated: 2025-11-17 19:50:07

Maksud Aron dengan kegigihan adalah harus belajar dengan sungguh-sungguh.

Namun, Natasya menangkap hal lain. Kegigihan yang dimaksud ialah terus menjadi teman ranjang dosennya itu.

Setelah jam kampus selesai, Natasya langsung pergi ke rumah Aron.

Karena Aron belum tiba di rumah, Natasya menunggu dosennya itu di teras. Kebetulan rumah Aron adalah tipe perumahan cluster, jadi tidak memiliki pagar.

Melihat tanaman yang kering, Natasya beranjak menyiramnya. Hingga suara mobil mengejutkannya.

“Pak Aron, maaf saya sudah lancang.” Natasya buru-buru meletakkan selang air, lalu menunduk ketika Aron turun dari mobil.

Pria itu hanya berdehem, lalu membuka pintu rumahnya.

Seperti kemarin, setelah membersihkan diri, Aron berbaring di tempat tidur.

Sementara Natasya masih di sofa menatapnya heran. “Pak apa yang harus saya lakukan?” tanyanya bingung. Ia benar-benar dalam urusan ranjang seperti ini.

“Tunjukkan saja kegigihanmu.”

Pria itu menjawab asal karena saat ini dia tengah membalas pesan penting lewat ponselnya.

Mendengar itu, Natasya mengangguk pelan. Dia meremas tangannya sendiri sambil berusaha meneguhkan hati.

“Ayo, Natasya, tuntaskan semua ini,” ujarnya pada diri sendiri.

Gadis itu berjalan naik ke atas tempat tidur, lalu langsung membuka pakaian yang dikenakan.

“Pak, ayo kita mulai,” ujarnya sambil menatap Aron yang kini membelalak menatapnya.

Tubuh polos Natasya membuat Aron seketika panik, dia buru-buru mengalihkan tatapan dan membalikkan badan.

“Pakai kembali pakaian kamu Natasya!” sentaknya dengan suara keras.

Natasya berjengit, sungguh bingung dengan Aron. Bukankah ia diminta menunjukkan kegigihan? Tapi kenapa ia malah dimarahi?!

Dengan bibir bergetar menahan tangis sekaligus malu, ia berkata, “Saya hanya ingin remidi, Pak. Itu saja. Kenapa Anda malah mempermainkan saya?!” racaunya tak terima.

Harga dirinya telah dijatuhkan serendah-rendahnya, tapi Aron tak memandangnya sama sekali. Apakah ia tidak menarik dan tidak berharga sehingga Aron bisa mempermainkannya sesuka hati?

Aron lantas menghela nafas panjang. “Tak perlu menjadi teman ranjang,” katanya kemudian. “Kamu hanya perlu belajar sungguh-sungguh karena soal ulangan akan aku buat sesulit mungkin. Jika kamu masih mendapatkan nilai jelek, aku benar-benar angkat tangan!”

Natasya mematung mendengar ucapan pria itu. Ia tidak menduga dosen yang terdengar killer dan kejam itu tidak seperti image yang terlihat.

Malam itu juga Natasya belajar keras, menunjukkan kesungguhannya. Ia bahkan meminta izin untuk menggunakan buku-buku Aron.

Aron memperhatikan gadis itu dalam diam. Sebelum akhirnya ia turut bergabung, dan membantu menjelaskan materi-materi yang sulit kepada mahasiswinya itu.

“Pak?” panggil Natasya setelah Aron selesai mengajarinya. “Apakah Bapak bisa membimbing saya setiap hari? Saya—”

“Tidak,” sela Aron tegas. “Besok kamu tidak perlu datang ke sini lagi. Kalau ada hal yang tidak dimengerti, tanyakan di kampus saja.”

Natasya menghela nafas kecewa. Tapi, ia tidak patah semangat. Begini saja sudah cukup. Paling tidak, Aron tidak melarangnya untuk bertanya.

Kesempatan emas seperti ini tidak akan Natasya sia-siakan. Setiap ada kesempatan, dia akan mencari Aron.

Malam itu, setelah Natasya pulang, Aron gelisah sendiri di kamarnya. Bayangan Natasya tak berbusana mencuat, membuat Aron tiba-tiba berhasrat.

Aron menggelengkan kepala, berusaha mengusir bayangan Natasya, tapi miliknya malah berdiri sempurna.

Andaikan ada sang istri di rumah, mungkin dia tidak akan tersiksa seperti ini.

Esok harinya, Natasya menemui Aron di kampus. Dia ingin dosennya itu menerangkan materi yang belum dimengerti. Memang cukup banyak materi yang ia lewatkan karena mengurus ibunya yang sakit.

“Kamu bodoh sekali!”

Ujaran pedas Natasya dapatkan. Ia menunduk sedih. “Maaf, Pak,” katanya dengan suara mencicit. “S-saya pergi saja kalau begitu.”

Baru saja melangkahkan kaki, Aron kembali memanggilnya.

“Tunggu aku di perpus. Nanti aku carikan buku-buku yang ada penjelasan materi itu.”

Natasya mendongak, menatap Aron dengan senyum yang perlahan terbit. Ia pikir Aron benar-benar sudah menyerah, ternyata tidak.

Ia lantas pergi ke perpustakaan untuk menunggu dosennya itu.

Karena hari mendekati malam, penjaga perpustakaan sudah pulang. Natasnya akhirnya menunggu Aron di depan gedung.

Beberapa saat kemudian, Aron datang dan membuka pintu. “Masuklah.”

Aron mengajak Natasya ke rak buku sesuai materi yang Natasya pelajari.

“Itu bukunya.” Aron menunjuk buku yang berada di rak bagian atas sambil lalu.

Buru-buru Natasya berjalan ke arah sana dan berusaha mengambilnya. Ia berjinjit-jinjit karena letaknya yang cukup tinggi. Tapi tangannya tidak dapat menjangkau buku itu.

Melihat Natasya kesulitan, Aron berjalan menghampirinya. Tangannya yang panjang dan kekar dengan mudah menggapai buku itu.

Namun, keduanya sama-sama tidak menyadari posisi yang ambigu. Tubuh mereka praktis saling menempel.

Natasya dapat menghidu aroma musk yang maskulin dari tubuh Aron yang berada tepat di belakangnya. Punggungnya bahkan bersandar di dada bidang yang terasa keras itu.

Perlahan, Natasya membalikkan badan hingga kini mereka berhadapan. Deru napas mereka saling bertaut. Tatapan mereka terkunci.

Jakun Aron naik-turun. Dia menelan saliva dengan susah payah saat sadar sesuatu yang empuk menempel erat dengan dadanya.

“P-Pak, bukunya…?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jerat Cinta Dosen Killer   Tetaplah Disini...

    Malam itu, Natasya terus saja memikirkan ciumannya bersama Aron, sampai-sampai dia tidak bisa tidur karenanya. Keesokan harinya, Natasya sangat gugup ketika Aron memanggilnya. “Masalah semalam jangan kamu pikirkan, semua karena ketidaksengajaan,” kata Aron sambil menatap Natasya lekat. “Baik, Pak,” sahut Natasya. Entah kenapa jantungnya masih berdebar-debar.Karena Aron ada urusan, dia meminjamkan buku-bukunya pada Natasya. Hal ini membuat Natasya senang tak karuan. Itu artinya, dia tidak perlu menghabiskan waktu bersama dosennya!“Pak Aron benar meminjamkan buku-buku ini?” tanyanya antusias. “Iya, kamu belajar sendiri di rumah,” jawab Aron singkat, berusaha mengalihkan perhatian dari wajah Natasya yang berseri-seri.Sementara itu, Natasya mematung. Sekilas, ia melihat Aron tersenyum. Dan itu membuat darahnya berdesir. Natasya tahu Aron memang tampan, tapi ia baru sadar Aron memang setampan itu….‘Andaikan dia masih lajang,’ gumamnya dalam hati.Sekian detik kemudian, Natasya sad

  • Jerat Cinta Dosen Killer   Bibirku Sudah Tidak Perawan Lagi..

    Melihat mata Aron yang sedikit basah, Natasya mengira Aron kesakitan.“Pak, sakit memang nggak enak. Bapak sabar ya, habis ini minum obat pasti sembuh,” ujar Natasya berusaha menenangkan. Dia tersenyum menatap Aron, mencoba memberikan semangat. Namun, Aron mendengus mendengar perkataan Natasya. “Aku tidak selemah itu,” sahutnya dingin. Gantian Natasya yang memberengut. Tidak selemah itu, tapi matanya berkaca-kaca! Dasar dosen killer pembohong!Usai menyuapi Aron, Natasya mengambil obat. Dia juga membantu pria itu meminum obatnya. “Sekarang Pak Aron istirahat, saya harus pulang,” kata Natasya kemudian. “Tapi boleh nggak Pak saya pinjam bukunya?” pintanya sambil tersenyum manis. Sepasang matanya tampak berbinar memohon pada Aron. “Kenapa tidak pinjam di perpus saja?” tanya Aron sambil mengernyit seolah tidak suka. Wanita itu menghela nafas. Materi yang Aron berikan tidak ditemui di buku manapun, termasuk buku di perpus. “Kalau ada saya pasti pinjam di perpus Pak, sayangnya tidak a

  • Jerat Cinta Dosen Killer   Andaikan Kamu Disini...

    Suara lirih Natasya membuat Aron tersentak. Ia buru-buru mengambil jarak, memberi waktu bagi keduanya untuk menguasai diri.Ia menyerahkan buku itu pada Natasya, lalu duduk di salah satu meja yang kosong.Di dalam perpus itu, hanya ada mereka berdua. Natasya tampak bersemangat sekali, kejadian beberapa saat yang lalu seolah tak pernah terjadi. Namun, tiba-tiba wajahnya memucat saat membalik halaman buku. “Pak… untuk bab reproduksi apa harus dipraktekkan?” Sontak Aron melotot. Jurusan kedokteran memang seringnya melakukan praktek, tapi siapa pula yang terpikir untuk mempraktekkan langsung soal materi reproduksi? Apakah Natasya memang sepolos itu?“Kamu mau praktek?” Aron malah bertanya balik. Natasya menggeleng keras, “Tidak, Pak,” ujarnya sambil terkekeh canggung.Di materi itu banyak sekali hal-hal yang membuat Natasya penasaran, terutama alat kelamin lawan jenis.“Pak, saat dia membesar apa memang terasa sakit atau ngilu?” tanya Natasya dengan polosnya. Wajah Aron memerah ketik

  • Jerat Cinta Dosen Killer   Pak Aron...

    Maksud Aron dengan kegigihan adalah harus belajar dengan sungguh-sungguh.Namun, Natasya menangkap hal lain. Kegigihan yang dimaksud ialah terus menjadi teman ranjang dosennya itu.Setelah jam kampus selesai, Natasya langsung pergi ke rumah Aron. Karena Aron belum tiba di rumah, Natasya menunggu dosennya itu di teras. Kebetulan rumah Aron adalah tipe perumahan cluster, jadi tidak memiliki pagar. Melihat tanaman yang kering, Natasya beranjak menyiramnya. Hingga suara mobil mengejutkannya. “Pak Aron, maaf saya sudah lancang.” Natasya buru-buru meletakkan selang air, lalu menunduk ketika Aron turun dari mobil. Pria itu hanya berdehem, lalu membuka pintu rumahnya. Seperti kemarin, setelah membersihkan diri, Aron berbaring di tempat tidur. Sementara Natasya masih di sofa menatapnya heran. “Pak apa yang harus saya lakukan?” tanyanya bingung. Ia benar-benar dalam urusan ranjang seperti ini.“Tunjukkan saja kegigihanmu.” Pria itu menjawab asal karena saat ini dia tengah membalas pesan

  • Jerat Cinta Dosen Killer   Tunjukkan Kegigihanmu

    “Apa? Kamu… mau?” ulang Aron tak percaya. Kini dialah yang dibuat gugup dan bingung. Tadinya, Aron hanya ingin menguji sampai di mana kegigihan Natasya, tapi siapa sangka gadis itu justru menyetujui keinginan tak masuk akalnya? “Pikirkan kembali,” ujar Aron setelah menguasai diri dengan cepat. Ekspresinya kembali datar. “Sekali menjadi teman ranjangku, kamu tidak akan bisa pergi.” Ucapan dingin dan penuh peringatan itu sengaja agar Natasya memilih mundur. Bagaimanapun, Aron tidak serius dengan penawarannya. Namun, gelengan tegas justru didapatkan. Natasya tidak tampak goyah sama sekali.Aron mengelola nafas panjang. Karena tidak ingin menjatuhkan harga dirinya dengan menarik semua ucapannya, akhirnya dia membawa Natasya pulang ke rumahnya. Natasya tidak mengucapkan apapun selain mengikuti Aron.Aron berharap gadis itu berubah pikiran setibanya di rumah, tapi Natasya tetap tidak berkata apa-apa. Seolah sudah pasrah. Aron membawa Natasya ke kamar tamu, dan memberikan mahasiswinya

  • Jerat Cinta Dosen Killer   Tidurlah Denganku

    “Pak, saya mohon jangan beri saya nilai D. Saya bisa remidi agar nilai saya tidak kurang.” Di hadapan pria yang dijuluki dosen killer itu, Natasya memohon dengan wajah memelas, berharap agar dosennya sedikit berbelas kasih. Namun, Aron tampaknya tidak peduli. Wajahnya datar, kilat di matanya menunjukkan kejengahan yang begitu kentara. Di mata kuliah yang diajarnya, tidak pernah ada kata remidi. Nilai ujian jelek adalah mutlak kesalahan mahasiswa sendiri. Sebelumnya, nilai Natasya tidak pernah buruk. Namun, karena sang ibu jatuh sakit, Natasya tidak fokus belajar sehingga nilai ujiannya anjlok. “Pak Aron, saya mohon,” ujar Natasya sekali lagi. Kali ini suaranya bergetar hingga hampir menangis. “Mata kuliah Anda adalah mata kuliah wajib jurusan saya. Ka-kalau Anda memberikan nilai jelek, itu akan menghambat kelulusan saya dan—” “Itu urusanmu, bukan urusanku,” sela Aron dingin. Netranya menatap tajam, tak ada toleransi di raut wajahnya. Dunia Natasya benar-benar runtuh mendeng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status