Share

Bab 21 Meminta Bantuan

Penulis: Rabbit Cuttie
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-27 11:52:34

Kanaya terduduk lesu di dapur. Setelah kepulangannya dari rumah Ambar, suasana hati Kanaya menjadi campur aduk.

Disatu sisi, ia sangat bahagia bisa bertemu dengan sang ibu setelah 15 tahun terpisah. Namun disisi lain, Kanaya merasa sedih karena kehidupan sang ibu jauh dari kata layak.

Rasanya, Kanaya ingin menangis saja. Masalah kembali menghantamnya bertubi-tubi. Disaat, ia mulai bisa bernapas lega karena hidupnya yang sedikit demi sedikit mulai berubah.

Tapi, tanpa ia sangka-sangka, sang ibu kembali muncul dan membawa kabar yang begitu menyakitkan bagi Kanaya.

Anak mana di dunia ini yang tak sedih melihat ibunya bertarung melawan penyakit mematikan. Ditambah dengan keterbatasan ekonomi yang membuatnya hanya bisa pasrah menerima takdir.

“Ehem...”

Lamunan Kanaya buyar. Deheman dari Bram yang baru saja pulang dari kantor membuat Kanaya seketika ditarik kembali ke realita.

“Tu-tuan.” Kanaya bangkit berdiri ketika Bimo menghampirinya.

“Kenapa rumah masih sepi? Apa yan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Jerat Cinta Pembantu Jandaku   Bab 32 Keputusan Sepihak

    “Perkenalkan, aku calon istrinya Bramantyo.” "Apa?" Perkataan dari Yasmine tak hanya mengejutkan bagi Helena, melainkan juga Bram yang ada disana. Bram sampai melepaskan tangan Helena begitu saja. “Jangan halu ya! Satu-satunya wanita yang dicintai oleh Bram hanyalah aku. Jadi, jangan mengaku-ngaku sebagai calon istrinya Bram.” Sungut Helena tak terima. “Terserah mau percaya atau tidak. Yang pasti, keluarga kami sudah setuju dengan hubungan kami. Jadi, lebih baik kamu pergi dari sini.” Yasmine menarik tangan Helena dan menyeret Helena keluar dari ruangan Bram. Yasmine tak kenal ampun dan langsung mendorong tubuh Helena keluar dari sana. “Aku peringatkan padamu, jangan berani menemui Bram lagi.” “Kamu-“ Brak! Helena terkejut ketika Yasmine menutup pintu didepannya sangat keras. Helena tak pernah dipermalukan seperti ini selama hidupnya. “Sialan. Berani sekali dia mengaku sebagai calon istri Bram. Awas saja jalang!” “Bram.” Yasmine melenggang mendekati Bram yang terdudu

  • Jerat Cinta Pembantu Jandaku   Bab 31 Calon Istri Bramantyo

    “Kenapa, Nay? Kok ngelamun terus?” Tegur Ambar ketika sang putri nampak melamun ketika menjenguknya di rumah. “Enggak apa-apa kok, Bu. Ini, makan buahnya lagi.” Kanaya kembali sodorkan buah apel yang sudah ia potong untuk Ambar. Sejak Ambar keluar dari rumah sakit, Kanaya masih rutin menjenguk ibunya. Tapi, ia mencoba mencari alasan pergi ke pasar saat ijin kepada Lastri tadi. Sebab, ia tak mau melanggar janjinya dengan Ambar. Ambar meminta agar Kanaya merahasiakan kondisinya dari anggota keluarganya yang lain. Untuk saat ini pun, Ambar dan keluarga sudah pindah ke rumah yang lebih layak atas bantuan dari Bram. Bram mengontrak sebuah rumah sederhana namun sangat layak untuk di tempati. Bram bahkan sudah membayarnya untuk satu tahun ke depan. “Kamu sudah sampaikan rasa terimakasih ibu kepada majikanmu belum?” “Sudah, Bu.” Ambar mengelus punggung tangan Kanaya, “Beruntung sekali kamu punya majikan sebaik Tuan Bram. Dia sudah membantu keluarga kita sangat banyak. Ibu

  • Jerat Cinta Pembantu Jandaku   Bab 30 Bersiaplah Untuk Dikejar

    Kanaya memulai aktivitasnya seperti biasa. Berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan bagi ketiga majikannya menjadi hal yang menyenangkan untuk Kanaya. Meski, matanya masih sembab karena tak berhenti menangis semalam. Apalagi, ketika Rini mengabarkan jika Zahra sangat rewel sekali sejak ditinggalkannya. Rasa bersalah, seketika bercokol di hati Kanaya. Andai Kanaya bisa, Kanaya pasti akan mengajak Zahra ikut dengannya. Tapi, mustahil sekali ia bisa melakukan itu karena notabene ia hanya seorang pembantu. “Pagi...” Sapaan pagi dari suara yang sangat familiar itu membuat Kanaya menoleh. Nampak, Bram menuruni anak tangga dengan wajah yang sumringah dan segar. Kanaya mendadak gelisah. Kanaya mencoba memasang alarm waspada karena ia harus memasang pembatas antara dirinya dan juga Bram. Ungkapan perasaan Bram sewaktu di rumahnya, membuat Kanaya tak ingin membuka jalan untuk sang majikan. Pasalnya, Kanaya masih waras. Seorang pria sehebat Bram tidak mungkin jatuh cinta pad

  • Jerat Cinta Pembantu Jandaku   Bab 29 Cinta Tak Pernah Salah

    Bram dan Kanaya akhirnya sampai di kediaman mewah milik keluarga Bram. Setelah perjalanan yang sangat melelahkan, Bram regangkan ototnya sejenak sebelum turun dari mobil. Bram tak memiliki banyak waktu istirahat di rumah Kanaya. Terhitung, mereka hanya menginap sehari dan siangnya setelah sidang, mereka bergegas pulang. Bunyi gesekan antar sendi yang terdengar sangat renyah itu menandakan jika tulang-tulang Bram terasa sangat tegang. Bram hembuskan napas panjang ketika ia menatap Kanaya yang masih terlelap. Tangan Bram terulur untuk menyelipkan anak rambut Kanaya yang jatuh. "Kanaya... Kanaya..." Bram menggoyangkan pelan bahu Kanaya, namun wanita ini sama sekali tak bereaksi. "Sepertinya, menangis lama membuatnya kelelahan." Sepanjang perjalanan, Kanaya memang tak berhenti menangis. Wanita ini nampaknya masih belum rela meninggalkan sang putri. Bram akhirnya memutuskan turun lebih dulu dan kemudian menggendong tubuh Kanaya. "Mbak Naya kenapa?" Kedatangan Bram seketika

  • Jerat Cinta Pembantu Jandaku   Bab 28 Memberi Paham

    Sidang berjalan dengan lancar dan kondusif. Hendra dan Kanaya yang memang sudah bersepakat untuk berpisah pun tak lagi membuat hakim berlama-lama untuk membacakan putusan sidangnya. Kanaya akhirnya bisa bernapas dengan lega setelah hakim mengetuk palu dan memberikan putusan jika dirinya dan juga Hendra resmi berpisah. Ada setetes air mata yang tak dapat Kanaya sembunyikan. Setelah penderitaannya selama ini, akhirnya Kanaya bisa lepas dari Hendra. "Ayo, kita keluar." Ajak Bram yang sejak tadi setia menemani Kanaya menjalani sidang. "Ingat, jangan panggil aku Tuan di hadapan mereka." "Kalau begitu, saya tidak akan bicara apapun. Daripada saya salah ngomong." "Itu lebih bagus. Ayo, keluar sekarang." Dengan merangkul pundak Kanaya, keduanya kini berjalan keluar dari ruangan sidang. Wajah Kanaya nampak berseri-seri dan itu membuat Susi dan Hendra nampak tak suka. Kedua orang itu sengaja menunggu Kanaya di luar ruangan sidang. "Heh!" Susi menepuk keras bahu Kanaya

  • Jerat Cinta Pembantu Jandaku   Bab 27 Sandiwara Bram

    Kantung mata Kanaya tercetak sangat jelas. Matanya sudah persis seperti panda yang menghitam dibagian kantungnya. Semalam, Kanaya sama sekali tidak tidur. Setelah pengakuan Bram yang mengejutkan itu, Kanaya benar-benar terjaga sampai pagi. Mau memejam pun rasanya sulit sekali. Kalimat yang diucapkan oleh Bram terus berputar di kepalanya. "Nay, kok belum siap-siap?" Kanaya tersentak dari lamunannya ketika melihat Rini masu ke kamar. "Jam berapa ini, Mbak?" "Jam delapan. Sidang kamu jam sembilan." "Ya Allah." Pandangannya mengarah pada jam dinding yang memang sudah menunjukkan angka delapan. Bodoh sekali, karena terlalu lama melamun Kanaya sampai lupa waktu. "Sebentar ya, mbak. Aku mandi dulu." "Eh, Nay!" Baru juga Rini ingin memberikan paper bag ditangannya, tapi Kanaya sudah keburu pergi. "Anak itu benar-benar." Rini mendudukkan pantatnya di pinggiran kasur. Barusan, Bram memberikan Rini paper bag berisi baju. Bram memintanya untuk memberikan itu ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status