Home / Romansa / Jerat Cinta Sang Juragan / Hadiah Tanda Cinta?

Share

Hadiah Tanda Cinta?

last update Last Updated: 2022-05-21 12:56:28

Selesai sholat magrib, Seruni memilih diam dalam kamar. Biasanya waktu itu Seruni gunakan untuk berkumpul menonton TV dengan anggota keluarga yang lain, namun karena penasaran dengan isi kado yang diberikan oleh Arya, Seruni mengurung diri dalam ruangan yang hanya berukuran 3x3 meter itu.

Satu tempat tidur berukuran sedang, lemari satu pintu, dan meja serta kursi tempat Seruni mengulang pelajarannya, menjadi penghuni kamar Seruni.

Membolak-balik kotak yang ada di tangannya, Seruni mencoba menebak isi dari kotak tersebut. Dan saat rasa penasaran semakin merajai hati, jemarinya mulai berusaha membuka tempelan perekat yang menempel.

Perlahan kotak yang dibungkus rapi itu terbuka, sebuah kotak yang berbalut kain beludru warna senada dengan kertas kadonya terlihat, jantung Seruni berdebar. Dia tahu dari sinetron yang sering ditontonnya, apa isi kotak tersebut.

"Apa Raden Arya memberikan cincin?" senandika Seruni.

Dengan perasaan yang semakin penasaran, Seruni mulai membukanya. Satu buah gelang emas dan cincin, tersembul dengan manis membuat mata Seruni melotot tak percaya.

"Ini cantik sekali!" pekik Seruni tertahan, disentuhnya pelan gelang dan cincin itu, yang berkilau saat terkena cahaya lampu yang tergantung.

"Kenapa Raden Arya memberikan hadiah secantik ini? Dan pastinya mahal. Tidak-tidak!" Seruni menutup kembali kotak itu. Kepalanya mengeleng cepat.

Kenapa dia sepertinya bahagia? Menukar pendidikannya dengan semua kemewahan yang mulai ditawarkan lelaki dewasa itu?

Apa benar dia sesenang itu sekarang? Setelah melihat berbagai pemberian sang juragan padanya juga keluarganya?

Bukankah tadi saat Arya menyampaikan maksud tujuannya, dia menangis karena merasa jalan masa depannya terjegal?

Lalu kemana rasa sedih dan kecewanya tadi?

'Ingat, Runi ... yang kamu lakukan semata untuk menyenangkan orang tuamu, keluargamu. Lagi pula, bukankah Raden Arya sudah sepakat dengan bapakmu untuk mengizinkan kamu tetap kukiah? Apalagi yang kamu risaukan?'

Seruni mengusap wajahnya pelan. Menyimpan kotak perhiasan itu di atas bantal, Seruni berdiri dan melangkah ke depan cermin yang menempel di lemari.

Pantulan dirinya terlihat di sana. Gadis dengan kulit kuning langsat, memiliki wajah yang bisa dibilang jelita, rambut panjang sepinggang, walau tidak ada yang tahu tentang itu, karena Seruni menutupi mahkotanya dengan kerudung saat keluar rumah.

Sebentar lagi, saat Tuhannya mengizinkan, dia akan menikah. Menikah muda. Sangat muda. Terlebih pernikahan itu dilakukan saat dia masih berstatus pelajar kelas dua SMA.

Tok ... tok ... tok.

Ketukan pintu terdengar membuat Seruni memalingkan muka dari cermin, menatap bingkai pintu yang tertutup rapat.

"Siapa?"

"Ibu, Runi!"

"Masuk saja, Bu!"

Pintu berayun terbuka didorong dari luar. Sosok Lastri dan Rara yang menempel di belakangnya, terlihat jelas begitu pintu sepenuhnya terbuka. Senyuman teduh dari Lastri dan cengiran polos Rara, tertular pada Seruni. Bibir merah alami itu tersenyum, membalas pada dua orang yang disayanginya

"Sedang apa, Runi?" tanya Lastri seraya terus melangkah memasuki kamar putrinya, lalu duduk di sisi ranjang diikuti Rara, yang terus menggelayut manja di lengannya.

"Tidak ada, Bu. Hanya sedang becermin saja." Seruni beranjak dan duduk di dekat Lastri.

Tatapan Lastri tertuju pada kotak perhiasan yang tersimpan di atas bantal. "Sudah dibuka?"

Seruni mengangguk.

"Apa isinya?"

Mengambil dan menyerahkan kotak itu pada Lastri, Seruni tidak menjawab pertanyaan Lastri. Karena jawaban akan langsung didapat saat Lastri membuka kotak itu.

Lastri melihat pada kotak dan Seruni bergantian, dan dengan anggukan kepala, Seruni seakan memberikan izin pada Lastri, untuk membuka kotak hadiah dari Arya.

Setelah mendapat izin dari Seruni, dengan penasaran dan binar penuh ingin tahu Rara, Lastri membuka kotak itu, hingga sepasang gelang dan cincin terlihat.

"Wah! Cantik banget, Bu!" pekik Rara tak dapat menyembunyikan kekagumannya, pada benda berkilau yang tampak di depan mata. Pun Lastri yang menatap takjub pada benda yang baru seumur hidup dilihatnya.

Dia merasa terharu dengan apa yang bisa dimiliki anaknya itu, betapa beruntungnya Seruni bisa menjadi orang yang disukai seseorang, yang memiliki kelebihan dalam harta.

"Runi ... ini bagus banget!"

"Iya, Bu, terlalu bagus untuk dipakai oleh Runi."

"Tidak, kok. Teteh pasti pantas saat memakai gelang dan cincin itu." Rara langsung membantah pendapat kakaknya yang merasa rendah diri.

"Iya, pasti pantas kok dipakai kamu, Runi." Lastri mengambil gelang itu. "Sini, dicoba dulu!"

Menarik tangan anaknya, Lastri langsung memakai benda berkilauan itu pada pergelangan tangan Seruni. Rara yang terus memandang takjub, bertepuk tangan saat gelang sudah melingkari tangan Seruni.

"Tuh, kan bagus! Kulit Teteh kan cantik, jadi makin cantik saat pakai gelang ini. Cincinnya, Bu!" seru Rara meminta Lastri untuk sekalian memakaikan cincin di jari Seruni.

Dan ... pas!

Cincin itu melingkari jari manis Seruni dengan sangat cantik.

Kilaun yang terpantul dari batu bening di tengahnya, membuat jemari lentik Seruni semakin terlihat cantik.

Bagaimana Raden Arya bisa tahu ukuran jariku?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yusri Ahmad Yusuf
katanya garis, ngapa harus dibayar buka bab nya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jerat Cinta Sang Juragan    Tamat

    Menuju meja yang kosong, Oppa lalu menarik kursi untuk aku duduk. Sungguh sejak bersama dia, aku serasa jadi pemeran drama korea atau sinetron yang pernah aku tonton! Segala keromantisan dalam tayangan televisi, aku rasakan dari perlakuan Oppa. Iya, suamiku seromantis itu. Kalian bisa bayangin kan gimana? "Mau pesan apa?" tanyanya tanpa duduk di kursi kosong di depanku. "Apa aja, Rara ikut," sahutku cepat. Sekilas aku lihat menunya sama saja. Kalau tidak burger, ya ayam goreng. Jadi aku pasrahkan saja pilihan padanya. "Ayam goreng sama kentang saja, ya?" usulnya. Aku mengangguk. "Emm, burger juga," tambahnya, sambil menunjuk pada menu yang ada dibawah kaca meja. Lagi-lagi kepalaku bergerak ke bawah. "Ini, mau juga nggak?" tanyanya menunjuk pada satu menu. "Apa ini?" "Hotdog," jelasnya. Matanya kini menatapku lekat, menunggu jawaban atas tawarannya. "Oppa mau? Rara itu aja cukup. Takut nggak habis nanti," tolakku yakin. "Ya sudah, itu nggak perlu. Minumnya cola saja, ya?"

  • Jerat Cinta Sang Juragan    bab 525

    Menatap ke luar jendela dari lantai tiga kamar Lee, Rara menikmati suasana malam negeri asal suaminya. Belum terlalu larut, tapi keheningan sudah menyelimuti tempat tinggal yang kini ditempatinya. Dari daun yang bergoyang dihempas angin, Rara bisa menebak kalau di luar sana sang bayu sedang bertiup cukup kencang. Lambaian helaian daun yang berguncang, meliuk indah dari bias terang lampu yang terpasang di setiap sudut di bawah sana. Satu dekapan hangat terasa, disusul dengan kecupan di belakang kepalanya. "Lihat apa?" tanya Lee, setelah perlakuan romantis yang dia berikan. "Lihat luar, sepertinya di sana sangat dingin. Angin juga kayaknya bertiup kencang," sahut Rara, dengan bersandar nyaman pada tubuh kekar suaminya. "Memang dingin. Tertarik untuk pergi keluar malam?" tanya Lee, dia pun turut melihat ke bawah sana. "Boleh?" tanya Rara dengan harapan bisa keluar menikmati tempat barunya. "Kenapa tidak? Baru jam delapan. Kalau mau kita bisa pergi." "Kemana?" Rara menoleh, hingga

  • Jerat Cinta Sang Juragan    bab 524

    Arya keluar dari kamar setelah bertukar kabar dengan Lee, sudah dipastikan mereka harus berangkat ke Korea besok lusa, menggunakan pesawat sewaan bersama ketiga teman Lee. "Zahra, Aruna sudah bangun?" tanya Arya saat melihat Zahra datang dari arah dapur. "Eh, tadi sih belum, A. Ini baru mau Zahra lihat," sahut Zahra dengan sungkan, meski Arya sudah menganggapnya seperti saudara, tak serta merta gadis itu bisa bersikap lebih akrab. "Nanti siapkan keperluan Aruna, terus bantuin teh Runi untuk mengepak keperluan Arash dan Aisha. Kita akan berangkat ke Korea besok lusa. Jangan lupa, siapkan keperluan kamu juga," titah Arya membuat Zahra terdiam untuk beberapa saat. Pikiran Zahra sontak teringat pada Ji Hun, sejak kepulangan lelaki baik itu, Ji Hun seakan telah melupakan Zahra. Tak sekalipun seseorang yang sudah mengatakan kalau dia adalah calon suaminya, mengirim pesan alih-alih menelpon. Dia seolah dilupakan, sedang untuk menghubungi lebih dulu Zahra juga malu. Bisa saja semua yang

  • Jerat Cinta Sang Juragan    bab 523

    Rara[Assalamua'aikum, apa kabar semuanya?] Sapa Rara di grup percakapan keluarga. Seruni [Wa'alaikumussalam. Cieee, pengantin baru baru nongol di grup? Gimana, Ra?] Balas Seruni yang kebetulan sedang memegang ponsel jadi langsung membalas. Rara[Apanya, Teh? Dingin di sini.] Rara menambahkan emot menggigil di akhir kata. Seruni [Kan ada penghangat, Ra. Tinggal peluk!] Rara terkekeh sendiri, dia menoleh ke arah Lee yang masih terlelap imbas pertempuran mereka tadi. Rara [Idih, Teteh ….] Robi [Wa'alaikumussalam. Duh, emak-emak lagi bahas apaan, sih? Pake ngobrolin penghangat segala. Kompor bukan, sih? Salju udah turun belum, Ra?] Seruni [Jomblo masih polos @Robi.] Robi tertawa membaca balasan kakaknya, belum tahu saja Seruni kalau adiknya baru bertemu dengan seseorang. Rara[Dia pura-pura polos, Teh. Hihihi!] Robi [@Rara aku beneran polos loh, belum ternodai apapun otakku, jadi nggak paham yang dibahas sama emak-emak seperti kalian.] Seruni [Iya, deh @Robi biar cepe

  • Jerat Cinta Sang Juragan    bab 522

    Rapat sudah selesai, besok Rara dan Lee akan meninjau gedung yang akan dipakai untuk pesta nanti. Awalnya keluarga pihak ibu Lee heran, mengapa pesta dirayakan saat musim dingin. Namun setelah mendengar penjelasan nenek Han, mereka pun langsung paham. "Besoknya kita akan latihan dansa, Sayang," kata Lee begitu mereka sudah kembali ke kamar, Rara melepas penutup kepalanya, dan menyimpannya di pinggir tempat tidur. "Latihan dansa? Untuk apa?" tanya Rara, "Rara nggak bisa," lanjutnya. "Ya makanya latihan dulu, belajar." Lee mencolek ujung hidung Rara. "Harus, ya? Nggak bisa tidak? Apa Rara tidak akan membuat malu nanti?" tanya Rara sudah ketakutan, merasa dirinya memang bukan dari kelas yang sama dengan Lee. "Ngomong apa sih istriku ini? Mana ada bikin malu? Kan nanti belajar dulu," balas Lee sambilan mendekap Rara, mengecup pipinya. "Takut nggak bisa," elak Rara. "Kan belajar, Sayang. Apa mau coba sekarang?" tanya Lee melepas pelukannya, menatap Rara yang terlihat kembali tak per

  • Jerat Cinta Sang Juragan    bab 521

    Lee terus mengejar Ji Hun, keduanya seperti mengulang masa kecil mereka, saling mengejar tanpa peduli kelakuan itu membuat kursi dan meja bergeser. Suara tawa memenuhi ruangan, para pelayan yang melihat, apalagi yang mengabdi sejak kedua pangeran itu masih kecil, merasa terharu. Mereka tersenyum sambil menggelengkan kepala, turut bahagia kehangatan juga keceriaaan di keluarga majikannya akhirnya kembali setelah sekian tahun tidak terasa.Rara yang menunggu Lee kembali tapi tidak mendapatkan sang suaminya menampakkan diri, dengan ragu melangkah menuju pintu, tangannya terulur menekan pegangan pintu. Dia pasti masih asing di sana, tapi tentunya harus membiasakan diri juga, bukankah ini adalah rumahnya juga sekarang?Sungguh Rara tidak akan menyangka, akan menjadi salah satu penghuni rumah seperti layaknya istana tersebut.Seorang pelayan yang Lee tugaskan untuk menemani Rara, segera bangun dari duduknya begitu mendengar suara pintu yang dibuka. Dengan membungkukan badan, dia menyapa nyo

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status