Jerat Cinta Sang Juragan

Jerat Cinta Sang Juragan

Oleh:  Pusparani Surya  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 Peringkat
526Bab
30.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Seruni harus menikah dengan seseorang yang tidak disangkanya sama sekali, sebagai alat pembayar hutang, padahal ada rahasia dibalik semua itu. Arya pernah trauma dengan sebuah pernikahan, karena kegagalan yang dialaminya. Perjodohan yang dicetuskan sang ibu, justru membuatnya tidak ingin terikat dalam ikatan pernikahan hingga usianya menjelang 35 tahun, tapi dengan Seruni dia berhasil melupakan rasa traumanya dan ingin menikah. Tapi ternyata, Seruni adalah gadis yang juga dicintai Aji adiknya. Bagaimana kisah mereka?

Lihat lebih banyak
Jerat Cinta Sang Juragan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Astika Buana
Semangat, ya. .........
2023-04-22 04:16:07
0
user avatar
Cici Asnati
ceritanya bagusss, suka bangeettt
2023-02-16 11:20:56
0
user avatar
Nia
SEMANGAT ya,,
2022-10-09 20:00:39
0
526 Bab
Kamu Harus Menikah
Seruni berjalan menyusuri jalan setapak yang menuju rumahnya. Hari ini karena banyak tugas dari dosen, membuatnya harus pulang telat. Ada kekhawatiran dalam hati Seruni, dia takut ibunya akan marah, karena dia tidak memberi tahu perihal kepulangannya yang akan terlambat tadi pagi. Kendati begitu, Seruni yakin kalau ibunya akan mengerti saat dia menjelaskan nanti. Kening Seruni mengernyit heran begitu dari jarak seratus meter, melihat beberapa orang tengah berada di halaman rumah sederhananya. Rumah yang menjadi saksi perjalanan hidupnya sampai sekarang ini. Seruni tahu orang-orang itu, mereka adalah orang kepercayaan dari seseorang yang sangat disegani di desanya. 'Ada urusan apa mereka ke rumahku?' Batin Seruni, dipenuhi tanda tanya. Dia semakin menderap langkah cepat, untuk segera mencapai rumahnya. Memasuki pekarangan rumahnya yang ditumbuhi bunga mawar beberapa warna, dia mengangguk sopan pada dua orang yang juga melakukan hal yang sama padanya.Hati Seruni semakin berdebar ken
Baca selengkapnya
Terpaksa Setuju
"Me-menikah? Siapa yang a-kan meni-kah?" ucap Seruni dengan gugup yang menyergap. "Kita. Kamu ... dan aku!""Tap-tapi ... saya masih kuliah!" Seruni menoleh bergantian pada orang tuanya meminta penjelasan. Wajah Soleh dan Lastri terlihat tenang, walaupun masih terlihat kebimbangan di sana. "Kamu masih bisa melanjutkan pendidikan kamu sampai tuntas. Pernikahan ini hanya akan diketahui oleh keluarga kita saja sementara waktu.""Tap-tapi ... kenapa? Saya kuliah dengan mendapatkan beasiswa dan selama belum lulus tidak boleh menikah. Pak? Bu? Bagaimana ini?" Seruni mulai merasakan matanya memanas menahan tangis. Otaknya mendadak tidak bisa berpikir. "Nanti Bapak sama Ibu jelaskan ya, Nak?" Lastri mencoba menenangkan Seruni yang terlihat kacau. "Ya, sebaiknya memang Bapak dan Ibu yang menjelaskan pada Seruni mengenai semua ini dengan jelas, saya permisi." Arya langsung bangkit dari duduknya, disusul Soleh dan Lastri yang kemudian berdiri di dekat Arya. Hanya seruni yang diam saja kare
Baca selengkapnya
Calon Suami
"Apa itu jadi masalah buatmu?" Seruni menggeleng, "Syukurlah. Sekarang kamu mandi dan makan, sudah sholat?" tanya Soleh kemudian. "Sudah, Pak.""Ya sudah, mandi dulu terus makan. Tadi Den Arya bawa banyak makanan. Si Kembar sangat senang bisa makan ayam tepung yang sering mereka lihat di TV." Soleh tertawa, mengingat betapa senang anak kembarnya saat Arya membawakan makanan yang tidak biasa mereka makan. Seruni turut tersenyum membayangkan wajah kedua adiknya yang sangat dia sayangi. "Sekarang mereka kemana?""Mereka pergi mengaji. Sudah sana." Seruni yang sudah tidak merasakan sedih seperti diawal setelah mendengarkan penjelasan Soleh, bangkit berdiri setelah Lastri kembali meminta dia untuk segera mandi dan makan. Lastri dan Soleh saling pandang dengan wajah lega, mereka sudah tahu kalau Seruni tidak akan menolak dengan keras, apa yang sudah menjadi kesepakatan antara mereka dengan Arya.Sementara itu, Arya menatap layar ponselnya yang menampilkan sosok seorang gadis cantik yan
Baca selengkapnya
Berkorban Demi Keluarga
"Bu ...?!""Iya, Runi?""Ibu bahagia?" Lastri menghentikan aktivitasnya, menoleh pada Seruni, lalu berjalan mendekat. "Kenapa bertanya seperti itu?" Duduk di kursi samping Seruni, Lastri menatap Seruni lembut. "Runi akan melakukan apapun yang bisa membuat bapak sama Ibu bahagia. Runi akan mengorbankan apapun demi kalian. Demi keluarga kita. Meski Runi takut hal ini diketahui pihak kampus nanti." Seruni menunduk pasrah. "Nak, Runi ... dengarkan Ibu. Kami juga tidak akan menerima lamaran dari Raden Arya, kalau beliau bukan orang baik. Kami pasti lebih memilih mencicil hutang, kalau Raden Arya bukan orang yang bisa dipercaya. Kami lebih rela tidak makan. Tapi karena Ibu sama bapak tau bagaimana beliau dan keluarganya, jadi bapak menerima lamaran Raden Arya.""Lamaran? Berarti, Raden Arya meminta aku dengan cara yang baik pada bapak, Bu?""Tentu saja. Bahkan bukan sekali. Tapi tiga kali!""Apa?!" Lastri mengangguk tegas, "Kok, bisa?" "Maka dari itu, kamu jangan berpikir yang buruk te
Baca selengkapnya
Hadiah Tanda Cinta?
Selesai sholat magrib, Seruni memilih diam dalam kamar. Biasanya waktu itu Seruni gunakan untuk berkumpul menonton TV dengan anggota keluarga yang lain, namun karena penasaran dengan isi kado yang diberikan oleh Arya, Seruni mengurung diri dalam ruangan yang hanya berukuran 3x3 meter itu. Satu tempat tidur berukuran sedang, lemari satu pintu, dan meja serta kursi tempat Seruni mengulang pelajarannya, menjadi penghuni kamar Seruni. Membolak-balik kotak yang ada di tangannya, Seruni mencoba menebak isi dari kotak tersebut. Dan saat rasa penasaran semakin merajai hati, jemarinya mulai berusaha membuka tempelan perekat yang menempel. Perlahan kotak yang dibungkus rapi itu terbuka, sebuah kotak yang berbalut kain beludru warna senada dengan kertas kadonya terlihat, jantung Seruni berdebar. Dia tahu dari sinetron yang sering ditontonnya, apa isi kotak tersebut. "Apa Raden Arya memberikan cincin?" senandika Seruni. Dengan perasaan yang semakin penasaran, Seruni mulai membukanya. Satu bu
Baca selengkapnya
Semakin Yakin
Seruni memandangi dan menyentuh dua benda baru penghias tangannya, di bawah pengamatan Lastri dan Rara yang tak henti berdecak kagum. "Ih, cantik banget ... Rara juga mau punya gelang sama cincin. Walaupun nggak secantik punya Teteh," celetuk gadis kecil itu, membuat Lastri dan Seruni menatap Rara dengan iba. 'Seandainya Ibu bisa mewujudkan keinginan kamu, Rara. 'Hati Lastri berguman sedih. Walau bibirnya berkata lain pada Rara. "Insyaa Allah, nanti juga kamu bisa memiliki gelang yang cantik seperti punya si teteh, kok. Ibu yakin itu."Rara tersenyum pada Ibunya. "Rara cuma asal bicara kok, Bu ... Rara ngerti keadaan kita," kata Rara yang merasa bersalah pada Lastri dengan ucapannya. "Tidak, Rara ... kalau sudah kehendak Allah, tidak ada yang mustahil." Lastri terus membesarkan hati Rara. "Aamiin, Mudah-mudahan ya, Bu." Rara mengusapkan kedua belah telapak tangannya pada wajah, sebagai tanda permohonan doa. 'Teteh akan mewujudkan keinginan kamu nanti, Rara. Dan untuk mewujudkann
Baca selengkapnya
Membuka Hari Baru
Malam merangkak naik membawa semua orang menghentikan sejenak aktifitas, mengistirahatkan diri dari kesibukan seharian tadi. Memeluk mimpi, membawa damai untuk menghadapi hari esok yang belum tertebak alur cerita. Seruni merenggangkan ototnya, mengerjapkan kedua mata, saat suara adzan subuh terdengar dari surau yang terletak tak jauh dari rumahnya. Gadis bermata indah itu langsung bangun, dan mendudukkan diri mengumpulkan kesadaran, yang semalaman terseret ke alam mimpi. Menutup mulutnya yang terbuka lebar saat menguap, Seruni bersiap menghadapi hari. Ya, hari baru yang akan dilalui berbeda dengan sebelumnya pasti. Tok ... tok ... tok. "Runi ... kamu sudah bangun belum?" Suara Lastri disertai ketukan pintu membuat Seruni menoleh, lalu setengah berteriak menjawab panggilan sang ibu. "Sudah, Bu!" Seruni memang selalu bangun bertepatan dengan adzan berkumandang, kebiasaan yang sudah diterapkan kedua orang tuanya sejak dia kecil. Setelah mengikat asal rambutnya, Seruni menurunka
Baca selengkapnya
Panggilan Baru
Arya menatap Seruni yang berdiri di depannya dengan kepala tertunduk, penampilan sederhana gadis belia itu tidak mengurangi sedikit pun pesona kecantikan bagai bunga yang sedang mekar. Gamis warna biru navy dengan kerudung warna merah muda, menutup sempurna raga indah Seruni yang tak terlihat sembarang orang. Dan, Arya suka dengan cara Seruni menjaga dirinya, dari tatapan tidak senonoh pria di luar sana. "Sudah siap pergi?" tanya Arya setelah puas mengagumi keindahan raga dan paras calon istrinya. Tanpa mengangkat kepala, Seruni menjawab pertanyaan laki-laki yang akan menjadi sandaran hidupnya kemudian. "Sudah, Raden.""Panggil Aa, Dek Runi!" ralat Arya yang merasa tidak nyaman dengan panggilan gadis itu padanya. "Oh, i--iya, Aa ...!""Angkat kepalamu saat aku berbicara denganmu, Dek. Tatap mataku!" Suara tegas Arya, membuat Seruni perlahan mengangkat kepalanya. Tatapan mereka bertemu, dan Seruni kembali dibuat terpukau pada ketampanan calon suaminya itu. 'Eh, kok senang ya, men
Baca selengkapnya
Perhatian Calon Suami
Seruni lebih banyak diam selama duduk bersebelahan dalam mobil, dengan orang yang tak pernah dia bayangkan akan menjadi seseorang yang berarti dalam hidupnya. Setelah tadi keceriaan dari wajah kedua adiknya saat Arya mengajak mereka, keduanya kini duduk di kursi belakang mobil keluaran baru sang calon ipar. Setelah melewati perjalanan 30 menit, Arya membelokkan mobil yang dikendarainya memasuki sebuah klinik. Seruni menoleh pada Arya dengan wajah heran, dia ingin bertanya, namun rasa sungkan membuatnya memilih diam. Begitu pun dengan Rara dan Robi, si kembar tak identik itu saling melempar tatap tak mengerti, kenapa Arya malah membawa mereka ke klinik. 'Siapa yang sakit? 'Mobil berhenti sempurna di halaman parkir klinik yang tidak begitu luas, Arya pun mematikan mesin mobil, dan masih enggan membuka mulutnya menerangkan maksud tujuannya singgah di tempat itu. Seakan sengaja menunggu keberanian Seruni bertanya. "Emm, A ...!" Berhasil! Harapan Arya terkabul begitu Seruni membuka
Baca selengkapnya
Semakin Dekat
"Terima kasih sudah membawa Rara berobat dulu, A," ucap Seruni tulus setelah keduanya selesai memeriksakan keadaan Rara. Saat ini sepasang calon pengantin -- yang awalnya ditangisi Seruni -- tengah mengantre di depan apotek. Sedang Rara dan Robi sudah diminta Arya untuk menunggu di dalam mobil atau di depan klinik saja. "Iya, Sayang. Tidak masalah," jawaban ringan dari Arya membuat Seruni enggan untuk melanjutkan pembicaraan, apalagi dengan adanya mereka di depan antrian. Panggilan sayang yang diberikan Arya untuknya, mulai terbiasa diterima rungunya. Bahkan dia senang dengan panggilan itu sekarang. Hingga nama Rara dipanggil, dan Arya dengan sigap menghampiri loket pengambilan obat, dengan menarik lembut tangan calon istri belianya untuk mengikutinya. Seruni menatap tangannya yang ada dalam genggaman lembut nan melindungi Arya, laki-laki itu hanya memegang tangannya saat keadaan mendesak, bukan ajang aji mumpung memanfaatkan keadaan. Semua yang dilakukan Arya hanya untuk melindun
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status