Khandra memilih turun ke ruang makan untuk sarapan pagi itu. Peristiwa semalam sangat mengganggu pikirannya.Pikirannya masih berkecamuk mengingat peristiwa semalam yang membuatnya naik pitam. Evanna, istrinya, hampir saja menjadi kambing hitan karena tuduhan kejam dari Nisya, ibu tirinya.Aroma masakan menguar memenuhi ruangan ketika Khandra memasuki ruang makan. Nisya sudah duduk di sana. Wajahnya tampak angkuh seperti biasa. Begitu melihat Khandra, seringai sinis terukir di wajahnya.”Huh, kau turun juga akhirnya. Biasanya kau lebih suka makanan diantar ke kamarmu kan?” sambut Nisya ketus saat melihat Khandra masuk ke ruang makan.”Suka-suka aku mau makan di mana. Apa urusannya denganmu?” tukas Khandra pada ibu tirinya yang membuat suasana ruang makan pagi itu berubah seperti di medan perang.Khandra menatap Nisya dengan sorot mata menantang. Ia sudah muak dengan sikap ibu tirinya yang selalu memperlakukannya dan Evanna seperti sampah.Nisya memicingkan matanya, ”Tentu saja itu uru
”Papa sudah merasa baikan?” Evanna melirik takut pada ayah mertuanya. Wajahnya masih tampak pucat. Beberapa bagian kulitnya masih terlihat ruam kemerahan.”Aku sudah sehat, Nak. Jangan terlalu khawatir begitu,” jawab Benny sambil tersenyum lembut.Evanna mengembuskan napas lega melihat ayah mertuanya yang tampaknya tak marah atau menaruh dendam padanya. Evanna melirik ibu mertuanya yang wajahnya masih tampak menyeramkan. Sorot matanya seakan ingin menguliti Evanna hidup-hidup.”Ayo, kita sarapan saja! Sudah cukup basa-basinya.”Nisya memgambil piring Benny dan mengisinya dengan nasi goreng yang ada di meja makan. Diletakkannya juga sepotong telur dadar di atas nasi goreng itu.”Kalau makanan ini pasti aman buat Papi.”Perkataan Nisya membuat Evanna kembali menundukkan kepalanya. Nampaknya Nisya masih sulit memafkan kesalahn Evanna.Suasana hening menyelimuti ruang makan itu. Hanya terdengar dentingan piring dan sendok yang beradu. Evanna hanya berani melirik ayah dan ibu mertuanya se
”Mami mau aku melakukan apa?” tanya Rakha.”Carilah cara! Cari cara apa saja untuk merusak hubungan Khandra dan Evanna! Mereka tak boleh dibiarkan terlalu lama bersama.”Rakha menyandarkan punggungnya. Keningnya berkerut memikirkan cara apa lagi yag bisa ia gunakan.Rakha memiliki cara paling licik dan kotor dalam otaknya. Tapi, entah ibunya itu akan setuju atau tidak.”Mami tahu kalau Evanna punya saudara tiri?” tanya Rakha.Nisya menggelengkan kepalanya. Ia tak sampai sedetail itu mengorek keluarga Evanna.”Diva nama kakak tiri Evanna. Ia dan ibunya sangat membenci Evanna. Bagaimana kalau kita manfaatkan mereka untuk merecoki rumah tangga Evanna?””Merecoki bagaimana maksudmu?” tanya Nisya tak mengerti.”Aku belum bisa bilang ke Mami rencana detailnya. Aku harus menemui Diva terlebih dahulu,” Rakha menyeringai licik.”Kita bisa mendekati Diva dan ibunya, mengatakan bahwa kita juga tidak menyukai Evanna dan ingin membalaskan dendam atas perlakuannya pada kita. Dengan memancing kebenc
”Kalau begitu, apa yang bisa aku bantu?” tanya Diva sambil mendekatkan tubuhnya ke arah Rakha. ”Memang itu yang sebenarnya aku minta darimu, bantuan. Terus terang aku belum begitu mengenal Evanna. Selain ia licik dan serakah, aku tak tahu bagaimana sifat aslinya.” Rakha melipat kedua tangannya di atas meja lalu menopangkan kepalanya. Ia butuh bantuan dari Diva supaya rencananya berhasil. ”Aku pernah ingin menjebaknya dengan laki-laki iseng kenalanku, tapi gagal. Bahkan Khandra dengan cepat tahu dan menghajar laki-laki itu tanpa ampun,” keluh Rakha. Diva tersenyum simpul mendengar ucapan Rakha barusan. Memang Evanna itu sulit ditebak orangnya. ”Kau menyuruh laki-laki random menggoda Evanna? Tentu saja gagal total. Laki-laki, apalagi kalau ia bukan orang berada, tak akan pernah dilirik Evanna. Aku sudah bilang kalau ia licik dan materialistis. Evanna pasti tahu untung dan ruginya kalau ia termakan rayuan gombal laki-laki seperti itu,” jawab Diva. Diva menyesap juice-nya dan mengusa
”Itu tadi siapa?” tanya Rakha yang tampak penasaran.Rakha juga semakin merasa penasaran setelah ia merasa ekspresi wajah Evanna berubah setelah bertemu Dandi.”Hanya kenalan lama,” jawab Evanna singkat.Rakha menaikkan sebelah alisnya. Namun, kemudian kepalanya manggut-manggut meski dalam hatinya masih penuh tanda tanya. Ada sesuatu yang Evanna sembunyikan darinya.”Apa masih ada yang ingin kau bicarakan denganku? Aku lelah. Aku ingin pulang,” ujar Evanna.”Bukan hal yang penting sih. Aku cuma ingin mengobrol biasa. Aku merasa hubungan presaudaraan kita akhir-akhir ini mulai renggang. Aku antar kau pulang kalau begitu,” jawab Rakha.Evanna mengambil tas yang ada di sandarang kursinya. Ia melangkah keluar kafe menuju mobil Rakha yang diparkir di depan kafe.Sepanjang perjalanan ia hanya berdiam diri dan menatap keluar kaca mobil. Evanna memandang kosong ke arah jalanan yang penuh lalu lalang kendaraan.Keningnya berkerut, bibirnya terkatup rapat. Matanya menerawang jauh, seolah hanyut
Pagi itu Evanna menerima sebuah pesan singkat dari nomor yang tidak dikenal. Isinya membuat jantungnya serasa berhenti berdetak.Jadi kau mencampakkan aku demi laki-laki kaya. Tapi, percayalah, kau tak akan pernah bahagia bersamanya.Meskipun tanpa nama, Evanna tahu betul siapa pengirim pesan itu. Dandi, mantan kekasihnya yang dulu begitu dicintainya. Orang yang beberapa hari yang lalu ditemuinya tanpa sengaja di kafe.Mereka berpisah karena Evanna harus menikahi Khandra, pria kaya yang bisa melepaskan keluarganya dari utang. Dandi tak pernah memaafkan Evanna atas keputusannya itu.Evanna gemetar, berusaha menepis ketakutan yang mulai menjalari hatinya. Bagaimana mungkin Dandi bisa mendapatkan nomor barunya? Evanna tak pernah memberi tahu Dandi nomor ponsel barunya.Pesan-pesan lain terus berdatangan, semakin mengancam dan menakutkan. Evanna mencoba mengabaikannya, tapi bayangan Dandi yang marah dan terluka terus menghantuinya.Kau akan menyesal, Evanna. Aku tak akan membiarkanmu baha
Sore itu, Evanna menuju alamat yang dikirimkan Dandi padanya. Evanna berdiri di lobi sebuah apartemen yang cukup mewah.Tempatnya jauh dari rumahnya. Apartemen itu terletak di pinggiran kota dan cukup jauh dari keramaian.Evanna tak tahu alasan Dandi menginginkan mereka bertemu di sini. Karena setahu Evanna, Dandi tidak tinggal di apartemen ini.Evanna sadar bahwa ia seharusnya waspada dengan permintaan Dandi itu. Namun, karena ia ingin masalah ini cepat selesai, maka Evanna setuju menemui Dandi.Evanna menuju lift dan menekan tombol yang menunjukkan lantai di mana Dandi menunggunya. Dadanya berdegup kencang dan langkah kakinya terasa berat. Tangan yang digunakannya untuk menekan bel pintu apartemen pun juga gemetaran.”Hai, Evanna. Akhirnya ku datang juga.”Evanna tersenyum kaku saat sosok yang sudah sangat dikenalnya membuka pintu apartemen yang terletak di ujung lorong. Suara itu, dulu sangat lembut di telinga Evanna. Namun, sekarang terdengar dingin.”Masuklah!” ajak Dandi saat Ev
Evanna semakin meringkuk ketakutan di sudut ruangan. Tubuhnya terhimpit di antara dinding dan rak besi.Tiba-tiba, matanya menangkap sebuah vas bunga besar di dekatnya. Tanpa berpikir panjang, Evanna meraih vas itu dan melemparkannya ke arah Dandi dengan sekuat tenaga.Vas itu menghantam Dandi tepat di kepalanya. Membuat Dandi terhuyung dan jatuh tersungkur tak sadarkan diri. Evanna segera bangkit dan berlari menuju pintu. Ia berusaha membukanya sekuat tenaga, tetapi sia-sia.Evanna kembali ke tempat Dandi yang masih tergeletak tak berdaya. Nampak tetesan cairan berwarna merah pekat membasahi dahi dan sebagian rambutnya. Evanna bergidik ngeri. Namun, dikuatkannya hatinya.Evanna merogoh kantong celana dan pakaian yang dikenakan Dandi. Ia menemukan anak kunci terselip di saku bagian belakang celana laki-laki itu.Evanna tidak membuang kesempatan itu. Dimasukkannya anak kunci itu ke lubangnya dan sekejap kemudian, pintu apartemen terbuka. Ia segera berlari keluar dari apartemen mengerik