Share

10. Putra Sang CEO

Grup media sosial divisi Rissa malam itu ramai dengan berita.

Jovanka           : Istri Pak CEO udah pulih gaes!

Jovanka           : Udah sembuh!

Jovanka           : Kalian tahu kan, beliau sakit udah setahunan ini!

Miss Dewinta  : Astaga Miss Jova, padahal berita ini baru sampai ke telinga saya beberapa jam lalu.

Jovanka           : Hehe

Jovanka           : Maaf Miss. Saya denger dari anak media sosial tadi.

Miss Dewinta  : Iya gapapa kok. Santai aja Miss

Gita                 : Katanya berobat di Singapur? Kanker?

Jovanka           : Heee? Iyakah?

Jovanka           : Aku nggak mengira akan separah itu penyakitnya. Kirain sakit apa ...

Gita                 : Yoi. Kanker darah itu lho ... Lupa aku istilahnya.

Ifan                 : Pneumonia?

Rissa akhirnya tak bisa menahan diri untuk tidak berkomentar.

Rissa                : Leukemia. Pneumonia itu radang paru-paru, Miss Ifanku yang centil.

Ifan                 : Aduh malah dipuji hihi <3

Gita                 : Nah iya itu.

Gita                 : Katanya kemarin udah sembuh, udah berobat kayaknya.

Rissa merenung. Dia memikirkan kejadian seharian tadi. Dia masih berusaha meresapi apa yang sudah terjadi. Pikiran awalnya adalah sekarang dia bukan manusia ...

Dia masih tak mengira bahwa semua orang di JW Company adalah vampir. Bahwa mereka semua adalah korban dari sang CEO, Jonathan Wirawan yang sedang mencari obat lewat darah bagi istrinya. Dia juga tak mengira bahwa obat itu akhirnya didapatkan lewat darahnya ...

Rissa tak percaya bahwa dia menjadi penyelamat istri Sang CEO. Dia tak pernah merasa istimewa sejak dulu. Dulu kehidupannya normal. Sama sekali normal dan jauh dari hal-hal yang aneh maupun dari kejadian-kejadian yang luar biasa. Bahkan bisa dibilang hidupnya cenderung sangat datar dan membosankan sampai dia merasa bahwa hidupnya di situ-situ saja dan tak memiliki lonjakan yang berarti.

Dan sekarang dia menjadi vampir ...

Dia hanya tahu makhluk itu lewat mitos dan film, juga dari novel-novel. Bahwa makhluk itu tidak nyata dan hanya merupakan rekaan manusia belaka. Bahwa makhluk mengerikan legendaris itu bukan legenda nyata Indonesia. Dan kini dia malah menjadi salah satunya ...

Di mobil tadi dia merasakan taringnya tumbuh setelah meminum darah dari gelas yang diberikan oleh Nyonya Claudia, istri Sang CEO. Dia mengusap taringnya yang kini setajam pisau ...

Astaga, bagaimana aku harus menjalani hidup seperti ini? Bagaimana dengan keluargaku? Bagaimana aku menjelaskan perbedaan fisikku nanti pada orang-orang di sekitarku? Itu adalah sebagian kecil pikiran yang bergelayut di otaknya.

Selain itu dia juga merasakan kemarahan yang teramat sangat pada CEO dan keluarganya. Betapa mereka telah membuatnya menjadi monster dan memaksakan dirinya untuk menjadi bagian dari keluarga mereka ...

Saat memikirkan tentang itu dia tiba-tiba merasakan rasa haus yang teramat sangat. Dia segera berlari ke dapur dan mengambil air dingin di kulkas tapi begitu air itu menyentuh tenggorokannya, dia tak puas! Air itu seolah hanya melewati tenggorokannya tanpa membuatnya merasakan kepuasan sedikit pun. Dia lalu terhuyung-huyung mencari air minum lain yang ada di kulkas sampai dia menabrak meja di sebelah kulkas dan sesuatu meluncur melewatinya, terjatuh dari tas kerjanya yang terbuka.

Dia terpekik ketika sesuatu itu jatuh di kakinya. Ketika diperiksanya, dia terenyak.

Untukmu. Ketika dirimu haus di hari pertamamu.

Itu adalah sebotol darah manusia.

***

“Selamat, Miss Rissa,” kata Miss Dewinta sambil tersenyum lebar padanya. Menyeringai, lebih tepatnya karena senyumnya begitu penuh arti.

“Selamat, Rissa,” kata Jovanka dan Gita, berbarengan. Keduanya nyengir.

Rissa terdiam. Dia tak tahu harus berkata apa.

“Kalian ... nggak apa-apa, berubah kayak gitu? Kenapa menanggapinya secara santai?” katanya bingung.

Ya, dia masih tidak terima dengan identitas barunya. Dia bahkan benci sekali menerima jati diri barunya, sementara teman-temannya dulu kelihatannya tidak begitu keberatan.

“Kamu nggak senang?” tanya Ifan.

Rissa mengerutkan dahi, heran mendengar pertanyaan semacam itu.

“Senang? Jadi ... monster maksud kamu?” tanyanya berang.

Ifan menciut.

“Awalnya aku juga nggak terima. Tapi demi bisa kerja di sini... Gara-gara pandemi masih sulit cari kerja, Ris. Dan ... aku nggak lihat buruknya jadi ... vampir,” katanya pelan.

“Seriuously?” tanya Rissa tak percaya. Ifan tak keberatan dengan identitas barunya?

“Bener, Ris. Asalkan bisa kerja di sini, aku rela,” kata Jovanka yang sejak tadi menguping.

“Iya Ris. Toh nggak ada ruginya sampai sekarang,” kata Gita sambil mengedikkan bahu.

Rissa semakin melongo. What? Dia nggak salah dengar, kan

“Kalian dapat pasokan darah dari mana?” tuntutnya.

Ifan tiba-tiba menunjuk pada sesuatu dan mata Rissa bergerak mengikutinya. Dia melihat galon yang sekarang diisi ... darah.

“What? Aku nggak salah lihat, kan?” Dia makin tak percaya.

“Kantor mengakomodasi, Ris. Mungkin sebagai ... kompensasi,” kata Gita pelan. Dia menghela napas.

Rissa tak bisa berkata-kata lagi.

***

Setelah itu di kantor beredar kabar terbaru yang mengalahkan kabar sembuhnya istri Sang CEO. Soal acara ulang tahun perusahaan, tentu saja!

Acara ulang tahun perusahaan selalu menjadi acara akbar perusahaan yang dinanti oleh semua karyawannya. Belum pernah Rissa melihat kehebohan semacam itu! Semua orang antusias. Semua orang saling berbicara tentangnya. Perusahaan mulai dihias sedikit demi sedikit. Di birai tangga bahkan sudah dipasang pita berwarna merah.

Miss Dewinta sudah memberitahu mereka untuk segera bersiap dan membeli gaun khusus untuk acara itu.

“Oh, saya sudah beli, Miss,” kikik Ifan.

Semua orang langsung memandangnya.

“Tuksedo? Atau kemeja biasa?” tanya Jovanka penasaran.

Ifan terkikik lagi.

“Siapa bilang eike pakai tuksedo atau kemeja? Gaun dong!”

Semua orang langsung terperangah kaget. Ya, Ifan bahkan sudah berencana membeli sebuah gaun. Ya, gaun! Dia bahkan punya butik langganan terpercaya yang kemudian direkomendasikannya pada teman-teman sedivisinya. Mau tak mau, teman-temannya jadi terpengaruh dan membeli gaun di sana juga. Kata Ifan, desainernya bahkan akan merekomendasikan gaun kalau mereka minta.

Acara itu kabarnya akan lebih megah kali ini karena istri Sang CEO sudah sembuh dan akan diperkenalkan pada publik untuk pertama kalinya sejak perusahaan didirikan empat tahun lalu. Ya, setelah Pak CEO diangkat ke jabatannya sekarang sejak dua tahun lalu, belum pernah sekalipun istrinya diperkenalkan pada publik. Padahal jajaran eksekutif kantor biasanya akan memanfaatkan momen ulang tahun perusahaan untuk “memamerkan istri mereka”.

Rissa, yang sudah membeli gaun, membuat teman-temannya bertanya-tanya.

“Beli di mana? Kok cepet banget belinya? Kan acara itu baru diumumin hari ini?” tanya Gita penasaran.

Rissa meringis. Bagaimana dia bisa memberitahu apa yang sebenarnya terjadi pada teman-temannya?

Tapi belum sempat Rissa mengatakan apa pun, tiba-tiba semua teman-temannya berdiri.

“Selamat siang, Pak Aidan!” seru mereka berbarengan.

Rissa tersentak dan segera menoleh ke belakang. Aidan Wirawan sedang berada di belakangnya dan menatapnya dengan tajam.

“Saya ingin bicara dengan Anda.”

Rissa menelan ludah. Apa yang ingin Aidan sampaikan padanya?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status