Grup media sosial divisi Rissa malam itu ramai dengan berita.
Jovanka : Istri Pak CEO udah pulih gaes!
Jovanka : Udah sembuh!
Jovanka : Kalian tahu kan, beliau sakit udah setahunan ini!
Miss Dewinta : Astaga Miss Jova, padahal berita ini baru sampai ke telinga saya beberapa jam lalu.
Jovanka : Hehe
Jovanka : Maaf Miss. Saya denger dari anak media sosial tadi.
Miss Dewinta : Iya gapapa kok. Santai aja Miss
Gita : Katanya berobat di Singapur? Kanker?
Jovanka : Heee? Iyakah?
Jovanka : Aku nggak mengira akan separah itu penyakitnya. Kirain sakit apa ...
Gita : Yoi. Kanker darah itu lho ... Lupa aku istilahnya.
Ifan : Pneumonia?
Rissa akhirnya tak bisa menahan diri untuk tidak berkomentar.
Rissa : Leukemia. Pneumonia itu radang paru-paru, Miss Ifanku yang centil.
Ifan : Aduh malah dipuji hihi <3
Gita : Nah iya itu.
Gita : Katanya kemarin udah sembuh, udah berobat kayaknya.
Rissa merenung. Dia memikirkan kejadian seharian tadi. Dia masih berusaha meresapi apa yang sudah terjadi. Pikiran awalnya adalah sekarang dia bukan manusia ...
Dia masih tak mengira bahwa semua orang di JW Company adalah vampir. Bahwa mereka semua adalah korban dari sang CEO, Jonathan Wirawan yang sedang mencari obat lewat darah bagi istrinya. Dia juga tak mengira bahwa obat itu akhirnya didapatkan lewat darahnya ...
Rissa tak percaya bahwa dia menjadi penyelamat istri Sang CEO. Dia tak pernah merasa istimewa sejak dulu. Dulu kehidupannya normal. Sama sekali normal dan jauh dari hal-hal yang aneh maupun dari kejadian-kejadian yang luar biasa. Bahkan bisa dibilang hidupnya cenderung sangat datar dan membosankan sampai dia merasa bahwa hidupnya di situ-situ saja dan tak memiliki lonjakan yang berarti.
Dan sekarang dia menjadi vampir ...
Dia hanya tahu makhluk itu lewat mitos dan film, juga dari novel-novel. Bahwa makhluk itu tidak nyata dan hanya merupakan rekaan manusia belaka. Bahwa makhluk mengerikan legendaris itu bukan legenda nyata Indonesia. Dan kini dia malah menjadi salah satunya ...
Di mobil tadi dia merasakan taringnya tumbuh setelah meminum darah dari gelas yang diberikan oleh Nyonya Claudia, istri Sang CEO. Dia mengusap taringnya yang kini setajam pisau ...
Astaga, bagaimana aku harus menjalani hidup seperti ini? Bagaimana dengan keluargaku? Bagaimana aku menjelaskan perbedaan fisikku nanti pada orang-orang di sekitarku? Itu adalah sebagian kecil pikiran yang bergelayut di otaknya.
Selain itu dia juga merasakan kemarahan yang teramat sangat pada CEO dan keluarganya. Betapa mereka telah membuatnya menjadi monster dan memaksakan dirinya untuk menjadi bagian dari keluarga mereka ...
Saat memikirkan tentang itu dia tiba-tiba merasakan rasa haus yang teramat sangat. Dia segera berlari ke dapur dan mengambil air dingin di kulkas tapi begitu air itu menyentuh tenggorokannya, dia tak puas! Air itu seolah hanya melewati tenggorokannya tanpa membuatnya merasakan kepuasan sedikit pun. Dia lalu terhuyung-huyung mencari air minum lain yang ada di kulkas sampai dia menabrak meja di sebelah kulkas dan sesuatu meluncur melewatinya, terjatuh dari tas kerjanya yang terbuka.
Dia terpekik ketika sesuatu itu jatuh di kakinya. Ketika diperiksanya, dia terenyak.
Untukmu. Ketika dirimu haus di hari pertamamu.
Itu adalah sebotol darah manusia.
***
“Selamat, Miss Rissa,” kata Miss Dewinta sambil tersenyum lebar padanya. Menyeringai, lebih tepatnya karena senyumnya begitu penuh arti.
“Selamat, Rissa,” kata Jovanka dan Gita, berbarengan. Keduanya nyengir.
Rissa terdiam. Dia tak tahu harus berkata apa.
“Kalian ... nggak apa-apa, berubah kayak gitu? Kenapa menanggapinya secara santai?” katanya bingung.
Ya, dia masih tidak terima dengan identitas barunya. Dia bahkan benci sekali menerima jati diri barunya, sementara teman-temannya dulu kelihatannya tidak begitu keberatan.
“Kamu nggak senang?” tanya Ifan.
Rissa mengerutkan dahi, heran mendengar pertanyaan semacam itu.
“Senang? Jadi ... monster maksud kamu?” tanyanya berang.
Ifan menciut.
“Awalnya aku juga nggak terima. Tapi demi bisa kerja di sini... Gara-gara pandemi masih sulit cari kerja, Ris. Dan ... aku nggak lihat buruknya jadi ... vampir,” katanya pelan.
“Seriuously?” tanya Rissa tak percaya. Ifan tak keberatan dengan identitas barunya?
“Bener, Ris. Asalkan bisa kerja di sini, aku rela,” kata Jovanka yang sejak tadi menguping.
“Iya Ris. Toh nggak ada ruginya sampai sekarang,” kata Gita sambil mengedikkan bahu.
Rissa semakin melongo. What? Dia nggak salah dengar, kan
“Kalian dapat pasokan darah dari mana?” tuntutnya.
Ifan tiba-tiba menunjuk pada sesuatu dan mata Rissa bergerak mengikutinya. Dia melihat galon yang sekarang diisi ... darah.
“What? Aku nggak salah lihat, kan?” Dia makin tak percaya.
“Kantor mengakomodasi, Ris. Mungkin sebagai ... kompensasi,” kata Gita pelan. Dia menghela napas.
Rissa tak bisa berkata-kata lagi.
***
Setelah itu di kantor beredar kabar terbaru yang mengalahkan kabar sembuhnya istri Sang CEO. Soal acara ulang tahun perusahaan, tentu saja!
Acara ulang tahun perusahaan selalu menjadi acara akbar perusahaan yang dinanti oleh semua karyawannya. Belum pernah Rissa melihat kehebohan semacam itu! Semua orang antusias. Semua orang saling berbicara tentangnya. Perusahaan mulai dihias sedikit demi sedikit. Di birai tangga bahkan sudah dipasang pita berwarna merah.
Miss Dewinta sudah memberitahu mereka untuk segera bersiap dan membeli gaun khusus untuk acara itu.
“Oh, saya sudah beli, Miss,” kikik Ifan.
Semua orang langsung memandangnya.
“Tuksedo? Atau kemeja biasa?” tanya Jovanka penasaran.
Ifan terkikik lagi.
“Siapa bilang eike pakai tuksedo atau kemeja? Gaun dong!”
Semua orang langsung terperangah kaget. Ya, Ifan bahkan sudah berencana membeli sebuah gaun. Ya, gaun! Dia bahkan punya butik langganan terpercaya yang kemudian direkomendasikannya pada teman-teman sedivisinya. Mau tak mau, teman-temannya jadi terpengaruh dan membeli gaun di sana juga. Kata Ifan, desainernya bahkan akan merekomendasikan gaun kalau mereka minta.
Acara itu kabarnya akan lebih megah kali ini karena istri Sang CEO sudah sembuh dan akan diperkenalkan pada publik untuk pertama kalinya sejak perusahaan didirikan empat tahun lalu. Ya, setelah Pak CEO diangkat ke jabatannya sekarang sejak dua tahun lalu, belum pernah sekalipun istrinya diperkenalkan pada publik. Padahal jajaran eksekutif kantor biasanya akan memanfaatkan momen ulang tahun perusahaan untuk “memamerkan istri mereka”.
Rissa, yang sudah membeli gaun, membuat teman-temannya bertanya-tanya.
“Beli di mana? Kok cepet banget belinya? Kan acara itu baru diumumin hari ini?” tanya Gita penasaran.
Rissa meringis. Bagaimana dia bisa memberitahu apa yang sebenarnya terjadi pada teman-temannya?
Tapi belum sempat Rissa mengatakan apa pun, tiba-tiba semua teman-temannya berdiri.
“Selamat siang, Pak Aidan!” seru mereka berbarengan.
Rissa tersentak dan segera menoleh ke belakang. Aidan Wirawan sedang berada di belakangnya dan menatapnya dengan tajam.
“Saya ingin bicara dengan Anda.”
Rissa menelan ludah. Apa yang ingin Aidan sampaikan padanya?
It's a beautiful night, we're looking for something dumb to doHey baby, I think I wanna marry youIs it the look in your eyes or is it this dancing juice?Who cares, baby, I think I wanna marry youWell, I know this little chapel on the boulevard we can goNo one will know, oh, come on girlWho cares if we're trashed, got a pocket full of cash we can blowShots of patron and it's on, girlDon't say no, no, no, no, noJust say yeah, yeah, yeah, yeah, yeahAnd we'll go, go, go, go, goIf you're ready, like I'm readySuara band mulai berkumandang di pesta pernikahan antara Daniela dan Trevis. Lagu-lagu yang dimainkan mereka rupanya adalah semua lagu-lagu pilihan Daniela dan Trevis! Semua tamu sangat menikmati lagu-lagu itu. Bahkan beberapa bergoyang sambil tertawa-tawa. Suasana pesta yang sangat meriah!Di atas panggung tampak Daniela dan Trevis duduk menghadap pa
Tiga hari sebelumnyaRissa tampak tidak tenang. Dia sudah mendengar bahwa anaknya telah selamat. Bahwa salah satu pelayan Mr. Johann telah membawa bayinya kembali ke Indonesia, jauh dari Angeline Johann yang telah menculiknya. Pelayan itu membawa anaknya dalam kondisi yang baik-baik saja. Ethan tidak kekurangan apa-apa satupun juga.Jika itu benar, maka itu adalah hal yang paling ditunggunya! Dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan anaknya! Hatinya sangat sakit menahan kerinduan pada Ethan! Sudah berapa hari dan malam dilaluinya tanpa bersama Ethan ... Sudah berapa hari dilaluinya tanpa bisa mencium bayinya ... Dia sangat merindukan semua momen bersama bayinya!Maka siang itu ketika Mr. Jona kembali dari kantor, dia membawa pula Amelia yang sedang menggendong Ethan.“Rissa, Rissa! Lihat, ini Ethan!”Dia mendengar suara Mrs. Claudia memanggilnya. Dan hatinya langsung terasa terloncat dar
“Hai, Trevis!” Melvin memanggil sahabatnya yang baru keluar dari kantor ayahnya. Dia sendiri memang sedang berencana untuk menemui ayahnya saat dia bertemu Trevis. “Habis dari kantor ayah?” tanyanya. Dia melihat bahwa Trevis tampak habis melalukan pembicaraan yang cukup serius, dilihat dari raut wajahnya. Trevis mengangguk. “Yoi. Aku ke sini buat kasih abu si Angeline,” jelasnya. Melvin bersiul. “Ah! Ayah bilang kalo abunya bakal dilarung atau dibuang ke langit. Ide yang bagus,” katanya. Trevis mengangguk. Dia lalu bergidik membayangkan akan menemui abu Angeline yang jatuh dari langit. Dia bahkan tidak akan mau memegang abu Angeline. Itu seperti membayangkan dia masih ada, hanya saja dalam genggaman tangannya. “Semoga saja ayahmu tidak menyimpan abu itu. Hiiiy itu akan terlalu menakutkan.” Dia lalu memeluk dirinya sendiri, merasa ngeri. Melvin tergelak. “Bahkan dalam kematian pun dia masih bisa
CTASSS!!!Kapak itu berhasil mengenai leher Angeline! Melvin berhasil membunuh Angeline!Melvin memperhatikan dengan jantung seolah akan keluar dari dadanya ketika serangannya berhasil mengenai leher Angeline. Dan kali ini Angeline tidak berhasil lolos kembali dari serangannya!“Akhirnyaaa!!!” seru Trevis dengan lega. Dia lalu bangkit dari tubuh Angeline yang sudah tidak bergerak. Dia lalu terkapar di lantai, seperti kelelahan. Padahal yang letih adalah batinnya. Dia sudah muak bertarung tiada henti dengan Angeline yang sangat sulit untuk dikalahkan. Dia sudah sudah kesal dengan wanita itu yang tidak hentinya menyerang, berteriak, dan memaki.“Kau hebat, Melvin,” katanya.Melvin menggeleng, dia lalu ikut terduduk di sebelah Trevis.“Kita yang hebat,” katanya.“Dia bener-bener ... ampun deh nggak tahu lagi gimana ngomongnya,” kata Trevis sambil menggelengkan kepalanya. Dia membay
DUAKKK!!!“Aaaargh!!!” seru Melvin segera. Dia memegangi kedua kakinya dengan ekspresi sangat kesakitan. Angeline baru saja memukul area di antara dua kakinya tepat saat dia sedang mengayunkan kapak padanya. Kapak itu lalu terjatuh berkelontang di lantai.“HA HA HA!!!” seru Angeline puas. Dia menatap Melvin dengan pandangan yang membara.“KAU PIKIR KAU AKAN BISA MEMBUNUHKU?!”“Mimpi saja kau!!!”“Tak akan aku biarkan aku mati semudah itu!!!”Trevis segera menghampiri Melvin. Tapi sebelumnya dia menampar Angeline.PLAKKK!!!Tawa Angeline langsung berhenti. Dia menatap Trevis dengan pandangan marah bukan main.“DIAM KAU!!!” seru Trevis hilang kesabaran.Angeline menggerung.“BERANINYA KAU MENAMPARKU!”Trevis meledak marah. Dia sudah tidak sabar lagi dengan pertarungan yang seakan tidak ada habisnya ini
“Mr. Jona! Kami menemukan keberadaan Angeline Johann!” seru salah satu bawahan Mr. Jona.Ada dua orang yang sedang berdiri di hadapan Mr. Jona sekarang. Dua orang itu sedang memberikan laporan pada bos mereka itu.Mr. Jona langsung berdiri. Ekspresi wajahnya tampak terkejut sekaligus senang.“Benarkah?! Di mana?” tanyanya segera.“Di Volkshotel Amsterdam, Pak!” jawab bawahannya segera.“Kami tahu ini dari Frida Gustav! Dia adalah bawahan dari Mr. Johann dan Angeline Johann!” lanjut mereka dengan segera.Ya, sambil menunggu kepulangan Melvin dan Trevis, Mr. Jona telah mengutus para bawahannya untuk mencari keberadaan Angeline. Mereka akhirnya mendapatkan informasi dari Frida, yang memberi informasi kepada mereka dengan senang hati. Ya, Frida telah memutuskan untuk berkhianat dari Angeline! Dia sudah muak menuruti segala perintah dari Angeline.Dia selalu berkomunikasi secara
“Apa!?”“Anda bercanda kan, Dokter?” Mrs. Claudia langsung histeris. Dia segera memandang Rissa yang masih tertidur dengan nyenyaknya. Dia tidak tahu bahwa semua orang sedang membicarakannya.Dokter Andreas menggeleng. Dia memandang Mrs. Claudia, lalu memandang Rissa, dan balik memandang Mrs. Claudia sekali lagi.“Sayangnya saya tidak sedang bercanda dan tidak mungkin saya bercanda soal ini. Miss Rissa kemungkinan besar akan mati jika keadaan dia seperti ini terus. Energi hidupnya sudah habis. Dia tak mungkin bertahan jika seperti ini keadaannya. Dia perlu asupan energi untuk bertahan hidup.”“Dan saya tak mungkin terus-menerus memberikan darah padanya lewat infus. Dia harus makan dan minum,” lanjutnya.Memang, untuk sementara waktu Dokter Andreas memasang infus pada Rissa dengan isi darah. Hal itu cukup menopang hidup Rissa untuk sementara waktu.Wajah Daniela memucat.&ld
“Lama sekali!!”Angeline menggerutu sambil melihat ke arah jam tangannya. Di sebelahnya, Amelia dengan gugup terus melihat dirinya dan sekelilingnya sambil menggendong Ethan yang terus menangis.Angeline menggeram.“Tidak bisakah kau membuat dia berhenti menangis?” tanyanya dengan kesal.Amelia langsung terlihat gugup.“Sa ... saya tidak tahu apa yang membuat dia menangis!” katanya terbata-bata.Orang-orang mulai melihat ke arah mereka. Untung saat itu Angeline memilih untuk menggunakan kacamata hitam sehingga tidak ada yang tahu keanehan matanya.Angeline menggeram. Pastilah saat itu mereka terlihat seperti ibu dan baby sitternya yang sedang ribut di bandara! Dia sama sekali tidak ingin menarik perhatian saat itu. Tapi Ethan justru sudah menarik perhatian pada mereka sekarang! Betapa kesalnya Angeline saat itu!“Jangan terlalu menarik perhatian, Amelia!” serunya kembali,
“Ethan? Ethan?! Di mana kamu, Nak?”Rissa memanggil anaknya berulang kali. Dia merasa gelisah sekali. Dan entah kenapa, ketakutan. Dia ingat bahwa dia tak pernah setakut ini dalam hidupnya. Seolah kejadian buruk sedang terjadi pada dirinya, atau sedang akan terjadi.Siang itu Rissa bermimpi aneh sekali. Dia berada di sebuah ruangan kosong yang tidak dikenalnya. Ruangan itu seluruhnya berwarna putih bersih. Dia tidak menyukai ruangan itu. Ketika dia mengeluarkan suara, gaungnya langsung terdengar ke seluruh ruangan dengan volume dua kali lipat lebih keras. Ruang itu juga menguarkan aura yang meresahkan. Rissa pernah bermimpi seperti ini sebelumnya dan dia tidak menyukai mimpi itu. Mimpi itu selalu merupakan pertanda buruk baginya.Dia tidak tahu bagaimana dia bisa berada di ruangan itu. Seingatnya tadi sebelum tertidur dia masih berada di kamar, bersama Ethan yang sedang menyusu padanya. Satu-satunya yang ada di ruangan itu