Beranda / Romansa / Jerat Kematian CEO Maut / 9. Keterkejutan Rissa

Share

9. Keterkejutan Rissa

Penulis: Aulia Hazuki
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-29 15:50:40

Tapi rupanya bukan hanya dia yang terkejut, tapi juga Aidan.

“Apa? Apa maksud ayah?” seru Aidan dengan segera.

“Kenapa ayah membuat keputusan mendadak seperti itu?” lanjutnya dengan kaget.

Pak Jona memandang anaknya.

“Ibumu dan aku sudah setuju. Kami merasa sangat berterima kasih pada Rissa dan ...”

“Keterlaluan!” seru Aidan segera. Dia lalu berjalan marah keluar meninggalkan ruangan. Dia melewati begitu saja Rissa yang sedang terenyak.

Pak Jona tak mempedulikannya. Dia menoleh pada Rissa yang masih terlalu kaget untuk meresponnya.

“Nah, bagaimana menurut Anda?” tanyanya dengan penuh harap.

Rissa memandang Pak Jona dengan tatapan “Apakah Anda bercanda?”

“Tidak! Saya tidak mau!” serunya segera. Dijodohkan dengan orang yang tidak dikenalnya? Setampan apa pun dia? Dia jelas tidak mau!

Tapi Pak Jona tidak menggubrisnya. Sepertinya dia sedang larut dalam euforia karena istrinya sudah pulih.

“Kami akan memperkenalkan Anda pada acara ulang tahun perusahaan minggu depan! Sekaligus mengumumkan kesembuhan istri saya!” serunya.

Dia segera memencet sebuah bel dan seorang wanita muncul.

“Ini adalah asisten saya. Sekarang dia akan melayani Anda juga. Dia akan menemani Anda berbelanja untuk pesta dansa di acara ulang tahun perusahaan!” katanya.

Semuanya terlalu cepat untuk Rissa. Si asisten membungkuk padanya dan berkata.

“Mari Nona, saya antar Anda keluar. Saya akan menemani Anda berbelanja.”

Dia lalu menunjuk pintu keluar dan Rissa yang masih melongo hanya bisa mengikuti petunjuknya.

Ruang yang barusan ditinggalkannya ternyata adalah kamar di lantai dua. Si asisten lalu menunjuk sebuah tangga untuk ke lantai satu. Rissa melongo lagi. Rumah yang dimasukinya sangatlah besar dan megah! Lantainya terbuat dari marmer putih, dan ada lamp gantung luar biasa besar di tengah ruangan, jauh tinggi di atasnya di dinding atas yang seperti katedral. Dinding-dindingnya tinggi, dengan jendela-jendela tinggi juga dan gorden besar yang sangat mewah dan kelihatan berat. Di lantai satu terdapat lorong yang menuju ke ruang tamu. Rissa tak tahu seperti apa penampakan ruang tamu itu karena dia tidak melewatinya. Di depan tangga ada dua vas besar berisi bunga kering.

Si asisten lalu menunjuk pintu keluar, mempersilahkannya untuk keluar duluan. Rissa tak mampu menolak atau bereaksi lain kecuali mengikuti instruksi si asisten.

Sudah ada mobil besar menunggu di depan serambi, dan si sopir meloncat keluar begitu melihatnya. Dia lalu membuka pintu mobil agar Rissa bisa masuk. Untuk sejenak Rissa merasa ragu, tapi apa yang bisa dia lakukan?

Mereka lalu berkendara ke sebuah mall dan masuk ke sebuah toko busana bermerk yang sangat terkenal yang selama ini hanya bisa dibayangkan oleh Rissa untuk dimasukinya.

“Tolong pilihkan beberapa stel gaun untuk Nona Rissa. Modelnya formal dengan panjang sampai mata kaki.” Si asisten memberi instruksi pada pelayan toko.

Si pelayan toko lalu mengangguk dan berkata,

“Lewat sini, Miss. Ada ruang tunggu sementara saya memilihkan pakaian untuk Anda.”

Rissa mengangguk dan mengikuti si pelayan toko. Dia lalu memasuki sebuah ruang tunggu mewah. Si pelayan toko memberi tanda pada pelayan toko lain dan dalam beberapa menit, ada secangkir teh hangat mengepul di depan Rissa.

“Tunggu sebentar Miss,” kata si pelayan pertama. Dia lalu beranjak pergi. Rissa duduk menunggu, si asisten berdiri di sebelahnya.

Mimpi apa aku semalam? Sampai akhirnya jadi begini? katanya tak habis pikir dalam hati. Dia lalu meminum teh di depannya dan terkesima dengan kelezatan teh itu. Itu jelas-jelas teh dengan kualitas premium.

Beberapa saat kemudian si pelayan toko kembali dan membawa lima stel gaun mewah.

“Silakan Miss, dicoba satu persatu,” katanya lalu menunjuk ruang ganti.

Rissa mengangguk dan si asisten membawakan pakaian untuknya. Si asisten kemudian mengulurkan satu pakaian untuk dicobanya sebelum dia masuk ke ruang ganti.

Gaun pertama bukan main cantiknya. Warnanya hitam dengan permata kecil-kecil menghiasi depan gaun. Gaun itu berbahan ringan dengan kait di belakang leher dan punggung terbuka.

Si asisten mengetuk pintu beberapa saat kemudian.

“Saya akan memberikan gaun kedua, Miss,” katanya lalu dia menyelipkan gaun kedua padanya.

Gaun kedua berwarna merah. Bahannya lebih tebal dan tidak menerawang. Lengannya panjang dan ada belahan dari bawah lutut sampai ke mata kaki. Dia tidak menyukai gaun itu karena membuatnya tampak terlalu seksi.

Gaun ketiga berwarna biru tua. Dia cukup menyukai gaun itu, yang berbahan ringan juga. Tapi belahan dadanya terlalu mencolok baginya sehingga dia memutuskan untuk tidak memilih pakaian itu.

Gaun keempat berwarna hitam lagi. Modelnya berbeda tapi sama cantik dan anggunnya. Gaun itu cukup berat sehingga dia merasa kesulitan saat bergerak.

Gaun terakhir berwarna perak. Keringanan gaun itu memukaunya, juga desainnya yang sederhana tapi tampak mewah. Gaun itu dari bahan sifon dipadu brokat yang sangat cantik. Di ujung gaun itu ada bunga mawar besar yang menjadikan gaun itu tambah cantik.

Gaun mana yang harus dipilihnya antara gaun nomor satu dan terakhir? Tapi akhirnya dia memilih gaun terakhir karena sesuai dengan seleranya.

Tapi sebentar.

Bagaimana dengan harganya? Di dompetnya ada uang, namun tidak banyak... Gaun ini pasti berharga di atas satu juta...

Ketika dia keluar ruang ganti dengan gugup, si asisten mengangguk menyetujui pilihannya. Dia segera memandunya untuk pergi ke kasir. Rissa tambah gugup.

“Maaf Miss saya tidak membawa cukup ...” katanya tapi si asisten tak mempedulikannya. Ketika sampai di kasir dia mengeluarkan kartu berwarna hitam. Rissa tersentak. Tidak mungkin! Apakah itu sebuah black card? Kartu yang hanya bisa dimiliki segelintir orang?

Rissa menelan ludah. Tapi si asisten tak memperhatikan keterkejutannya. Dia segera menoleh pada Rissa setelah selesai membayar.

“Saya akan menemani Anda pula berbelanja aksesoris dan sepatu. Mari kita ke toko sepatu dulu yang lebih dekat,” katanya.

Rissa hanya bisa mengangguk. Mereka lalu ke toko sepatu terkenal dan sama mewahnya dengan toko baju yang baru ditinggalkannya dan membeli sebuah sepatu perak yang sewarna dengan gaunnya. Ada permata-permata kecil di sepatu itu yang harganya mungkin di atas gajinya sebulan.

Setelah itu mereka lalu menuju ke toko perhiasan. Si asisten membantu memilihkan anting, kalung dan gelang untuknya. Total harganya yang mencapai lima juta lebih membuat Rissa kembali menelan ludah.

Apakah aku boleh berbelanja semua ini? Tapi dari tadi si asisten tak menunjukkan ketidaksetujuannya ...

“Sudah selesai. Kami akan mengantar Anda pulang ke rumah dengan semua barang belanjaan Anda,” kata si asisten.

Semua bagai mimpi untuk Rissa setelahnya. Dia masuk kembali ke mobil dengan segala belanjaannya dan diantar pulang ke rumah. Ketika dia turun dari mobil, si asisten membantunya membawakan belanjaannya masuk ke rumah. Rissa tiba-tiba merasa malu saat si asisten masuk ke rumahnya yang sederhana tapi si asisten tak berkomentar apa-apa.

Sebelum pulang, si asisten mengatakan sesuatu yang seolah meruntuhkan dunianya.

“Untuk pernikahan Anda nanti, saya juga akan menemani Anda berbelanja gaun pengantin dan aksesorisnya.”      

Rissa tersentak. Apa maksudnya dengan pernikahan?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jerat Kematian CEO Maut   Epilog

    It's a beautiful night, we're looking for something dumb to doHey baby, I think I wanna marry youIs it the look in your eyes or is it this dancing juice?Who cares, baby, I think I wanna marry youWell, I know this little chapel on the boulevard we can goNo one will know, oh, come on girlWho cares if we're trashed, got a pocket full of cash we can blowShots of patron and it's on, girlDon't say no, no, no, no, noJust say yeah, yeah, yeah, yeah, yeahAnd we'll go, go, go, go, goIf you're ready, like I'm readySuara band mulai berkumandang di pesta pernikahan antara Daniela dan Trevis. Lagu-lagu yang dimainkan mereka rupanya adalah semua lagu-lagu pilihan Daniela dan Trevis! Semua tamu sangat menikmati lagu-lagu itu. Bahkan beberapa bergoyang sambil tertawa-tawa. Suasana pesta yang sangat meriah!Di atas panggung tampak Daniela dan Trevis duduk menghadap pa

  • Jerat Kematian CEO Maut   77. Akhir Bahagia

    Tiga hari sebelumnyaRissa tampak tidak tenang. Dia sudah mendengar bahwa anaknya telah selamat. Bahwa salah satu pelayan Mr. Johann telah membawa bayinya kembali ke Indonesia, jauh dari Angeline Johann yang telah menculiknya. Pelayan itu membawa anaknya dalam kondisi yang baik-baik saja. Ethan tidak kekurangan apa-apa satupun juga.Jika itu benar, maka itu adalah hal yang paling ditunggunya! Dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan anaknya! Hatinya sangat sakit menahan kerinduan pada Ethan! Sudah berapa hari dan malam dilaluinya tanpa bersama Ethan ... Sudah berapa hari dilaluinya tanpa bisa mencium bayinya ... Dia sangat merindukan semua momen bersama bayinya!Maka siang itu ketika Mr. Jona kembali dari kantor, dia membawa pula Amelia yang sedang menggendong Ethan.“Rissa, Rissa! Lihat, ini Ethan!”Dia mendengar suara Mrs. Claudia memanggilnya. Dan hatinya langsung terasa terloncat dar

  • Jerat Kematian CEO Maut   76. Penyelidikan

    “Hai, Trevis!” Melvin memanggil sahabatnya yang baru keluar dari kantor ayahnya. Dia sendiri memang sedang berencana untuk menemui ayahnya saat dia bertemu Trevis. “Habis dari kantor ayah?” tanyanya. Dia melihat bahwa Trevis tampak habis melalukan pembicaraan yang cukup serius, dilihat dari raut wajahnya. Trevis mengangguk. “Yoi. Aku ke sini buat kasih abu si Angeline,” jelasnya. Melvin bersiul. “Ah! Ayah bilang kalo abunya bakal dilarung atau dibuang ke langit. Ide yang bagus,” katanya. Trevis mengangguk. Dia lalu bergidik membayangkan akan menemui abu Angeline yang jatuh dari langit. Dia bahkan tidak akan mau memegang abu Angeline. Itu seperti membayangkan dia masih ada, hanya saja dalam genggaman tangannya. “Semoga saja ayahmu tidak menyimpan abu itu. Hiiiy itu akan terlalu menakutkan.” Dia lalu memeluk dirinya sendiri, merasa ngeri. Melvin tergelak. “Bahkan dalam kematian pun dia masih bisa

  • Jerat Kematian CEO Maut   75. Kekalahan yang Indah

    CTASSS!!!Kapak itu berhasil mengenai leher Angeline! Melvin berhasil membunuh Angeline!Melvin memperhatikan dengan jantung seolah akan keluar dari dadanya ketika serangannya berhasil mengenai leher Angeline. Dan kali ini Angeline tidak berhasil lolos kembali dari serangannya!“Akhirnyaaa!!!” seru Trevis dengan lega. Dia lalu bangkit dari tubuh Angeline yang sudah tidak bergerak. Dia lalu terkapar di lantai, seperti kelelahan. Padahal yang letih adalah batinnya. Dia sudah muak bertarung tiada henti dengan Angeline yang sangat sulit untuk dikalahkan. Dia sudah sudah kesal dengan wanita itu yang tidak hentinya menyerang, berteriak, dan memaki.“Kau hebat, Melvin,” katanya.Melvin menggeleng, dia lalu ikut terduduk di sebelah Trevis.“Kita yang hebat,” katanya.“Dia bener-bener ... ampun deh nggak tahu lagi gimana ngomongnya,” kata Trevis sambil menggelengkan kepalanya. Dia membay

  • Jerat Kematian CEO Maut   74. Sebuah Pertarungan Tanpa Akhir

    DUAKKK!!!“Aaaargh!!!” seru Melvin segera. Dia memegangi kedua kakinya dengan ekspresi sangat kesakitan. Angeline baru saja memukul area di antara dua kakinya tepat saat dia sedang mengayunkan kapak padanya. Kapak itu lalu terjatuh berkelontang di lantai.“HA HA HA!!!” seru Angeline puas. Dia menatap Melvin dengan pandangan yang membara.“KAU PIKIR KAU AKAN BISA MEMBUNUHKU?!”“Mimpi saja kau!!!”“Tak akan aku biarkan aku mati semudah itu!!!”Trevis segera menghampiri Melvin. Tapi sebelumnya dia menampar Angeline.PLAKKK!!!Tawa Angeline langsung berhenti. Dia menatap Trevis dengan pandangan marah bukan main.“DIAM KAU!!!” seru Trevis hilang kesabaran.Angeline menggerung.“BERANINYA KAU MENAMPARKU!”Trevis meledak marah. Dia sudah tidak sabar lagi dengan pertarungan yang seakan tidak ada habisnya ini

  • Jerat Kematian CEO Maut   73. Pertarungan Yang Sengit

    “Mr. Jona! Kami menemukan keberadaan Angeline Johann!” seru salah satu bawahan Mr. Jona.Ada dua orang yang sedang berdiri di hadapan Mr. Jona sekarang. Dua orang itu sedang memberikan laporan pada bos mereka itu.Mr. Jona langsung berdiri. Ekspresi wajahnya tampak terkejut sekaligus senang.“Benarkah?! Di mana?” tanyanya segera.“Di Volkshotel Amsterdam, Pak!” jawab bawahannya segera.“Kami tahu ini dari Frida Gustav! Dia adalah bawahan dari Mr. Johann dan Angeline Johann!” lanjut mereka dengan segera.Ya, sambil menunggu kepulangan Melvin dan Trevis, Mr. Jona telah mengutus para bawahannya untuk mencari keberadaan Angeline. Mereka akhirnya mendapatkan informasi dari Frida, yang memberi informasi kepada mereka dengan senang hati. Ya, Frida telah memutuskan untuk berkhianat dari Angeline! Dia sudah muak menuruti segala perintah dari Angeline.Dia selalu berkomunikasi secara

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status