“Apa?” Rissa hampir tak dapat menahan pekikan kagetnya.
Mr. Jona memandangnya dengan serius.
“Saya menjodohkan Anda dengannya agar dia menjauh dari gadis itu. Tapi dia tak juga menjauh! Saya mohon terima permintaan saya, Miss Rissa,” katanya.
Mulut Rissa menganga. Apa dia tidak salah dengar? Apa yang barusan didengarnya? Mr. Jona ingin dia mendekati Aidan? Apa dia gila?
“Mr. Jona! Tolong jangan bercanda dengan saya!” katanya, tak dapat menahan rasa kesal dalam suaranya.
Mr. Jona segera menggeleng.
“Anda pikir saya mau bercanda soal hal ini? Tidak! Saya tidak ingin Aidan menjalin hubungan lagi dengan gadis itu! Tak akan saya biarkan Aidan sampai ... sampai menikah dengan dengan gadis itu!” katanya dengan nada tinggi seolah emosi. Dia seperti membayangkan Aidan bisa sampai menikah dengan Gianna Huang. Tidak! Dia jelas-jelas tidak akan membiarkan hal itu sampai terjadi!
&ldquo
“Apa kabar, Miss Rissa?” tanya Melvin lalu tersenyum lebar. Dia membawa Rissa ke ruang pertemuan kantor. Ruang itu sangat besar, membuat Rissa merasa kecil karena dia hanya berdua dengan Melvin di sana. Melvin sedang memandangnya dengan penuh arti.Mau apa dia? Kenapa dia memandangku seperti itu? Kembali perasaan tidak enak langsung menggelayutinya.Rissa mengernyit.“Anda tentunya tidak menemui saya hanya untuk menanyakan kabar saya, bukan?” tanyanya curiga.Melvin Wirawan tak mampu menahan tawa. Rissa segera was-was jika suara tawanya terdengar oleh orang di luar.“Anda orang yang cerdas dan cepat tanggap, Miss Rissa. Saya suka,” pujinya.Kernyitan Rissa semakin mendalam. Kenapa sih orang ini? Terlalu banyak basa-basi. Melvin kembali memandang dirinya dengan penuh arti.“Miss Rissa,” katanya akhirnya setelah sekian lama terdiam.“Say
Rissa telat. Dia pulang jam 12 malam karena shift sorenya. Jadwalnya sekarang berubah saat dia sudah menjadi vampir. Saat malam dia sama sekali tidak merasa mengantuk, jadi dia tidur pagi dan bangun sore. Dia pernah berdebat dengan Ifan tentang kebiasaan tidur yang berubah ini. “Kita jadi seperti kelelawar ya Miss,” seloroh Ifan. Rissa tertawa mendengarnya. Ifan ini adalah salah satu orang yang paling dekat dengannya di kantor dan Rissa merasa paling nyaman bergosip dan bercerita apa pun padanya. Apa lagi gaya Ifan yang seenaknya sendiri dan santai sering menghibur hatinya kala dirinya suntuk bekerja. “Bisa aja kamu Miss.” “Tapi emang bener kan? Kita kan identik sama kelelawar. Walaupun kita tipe vampir yang nggak bisa berubah jadi kelelawar,” kata Ifan lalu tertawa. “Untung saja kita nggak jadi kelelawar! Bisa bayangin seorang Ifan berubah jadi kelelawar?” Dia lalu tertawa mendengar kelakarnya sendiri. Ya, meskipun mereka adalah vamp
Rissa mendesah. Dia menatap ponselnya dengan kesal.Melvin W.: Miss Rissa, Anda di rumah?Melvin W.: Sedang apa? Boleh saya tahu?“Orang ini!!!” geramnya.“Apa maksudnya sih gangguin aku terus!”“Dan dia dapat nomor aku dari mana sih?” Dia semakin mendongkol.Dan mendadak dia tahu, dari mana Melvin tahu nomornya ...Miss Dewinta menyimpan semua nomor anak buah di divisinya untuk mengundang mereka dalam grup divisi dan grup inti kantor. Dan ... Melvin pasti mendapatkan nomornya dari grup inti kantor.“Sial,” rutuknya. Dia kesal sekali. Dia yakin dia sudah memberi lelaki itu peringatan tegas agar tak mengganggunya. Dia juga tak mengacuhkan setiap lelaki itu mendekatinya. Bahkan saat lelaki itu tak berhenti menawarinya tumpangan. Untung saja dia tidak menyambangi rumah Rissa lagi. Bayangkan betapa akan menjengkelkannya hal itu!Untung
“Miss? Anda butuh tumpangan?” ulang Gianna ketika Rissa tak juga merespon. “Ah ... eh, tidak Miss, saya tidak apa-apa,” kata Rissa segera setelah dia sadar. Gianna tersenyum. Penampilannya sesempurna yang diingat oleh Rissa. Rambut panjang lurusnya sepunggung dan licin serta rapi. Dia memakai jas putih dan celana berwarna senada. Dia kelihatan begitu mewah, begitu anggun dan begitu menawan ... Dan dia menaiki mobil yang begitu mewah juga. Berwarna putih, mobil itu berkilat memancarkan aura kemewahannya. Gianna duduk di kursi belakang. Kursi depan diisi oleh sopir. Sepertinya supir keluarga atau perusahaan, kata Rissa dalam hati. Rissa menelan ludah. Dia sedang berhadapan dengan putri kedua pemilik Huang Company dan tunangan Aidan ... Atau ... masih pacar? Entahlah, tapi Aidan memperkenalkannya sebagai calon istrinya ... “Saya tadi sedang lewat dan melihat Miss berdiri sendirian. Anda sedang menunggu jemputan?” tanya Gianna dengan angg
“Hoaaaam ...” Rissa menguap dan memijit keningnya. “Aduh nyut-nyutan,” keluhnya. Dia sebenarnya bingung kenapa ketika berubah menjadi vampir dia masih merasakan keluhan yang harus dirasakan oleh manusia biasa. Tapi tentunya tak ada yang bisa dilakukannya untuk itu. Dia tidak tidur tadi pagi karena ada pekerjaan yang harus diselesaikannya. JW Company sedang gencar-gencarnya mengeluarkan model pakaian baru, karena pasar semakin memperhatikan mereka. Kesempatan ini tentu saja tidak disia-siakan oleh perusahaan. Mr. Jona bahkan memberi pengumuman penting akhir minggu ini. Hal itu disiarkan melalui layar televisi yang dipasang di semua divisi. “Bagi setiap desainer yang desainnya terpilih dan diluncurkan menjadi produk JW Company, maka akan mendapatkan bonus besar!” Semua teman divisi Rissa segera ternganga. “Bonus besar?” Jovanka langsung terlihat tergiur. Semua orang bisa melihat dia sedang membayangkan sesuatu yang luar bi
Sepanjang malam itu Melvin bersikap sangat gentleman. Dia berkali-kali menawarkan apakah Rissa ingin tambah minum, atau apakah dia merasa nyaman dengan pelayanan restoran itu. Dia bahkan meminta pelayan untuk memutarkan lagu kesukaan Rissa, Only Hope milik Mandy Moore.“Lagu ini agak mellow, iya kan?” tanya Melvin Wirawan sambil tersenyum.“Tapi tetap sangat indah,” bela Rissa pada lagu favoritnya.“Anda menonton filmnya? Filmnya agak membuat saya mengantuk tapi ...”“Itu film yang sempurna,” balas Rissa dengan dingin. Melihat ekspresinya Melvin buru-buru berkata.“Tidak! Tidak! Saya tidak menghina film itu,” katanya.“Tapi tadi Anda bilang film itu agak membuat Anda merasa mengantuk,” balas Rissa kembali dengan dingin.Melvin tampak salah tingkah dan Rissa senang melihat dia berhasil mengalahkan argumen pria itu.“Ah maaf. Saya
“Ah capeknya,” kata Rissa sambil masuk rumah, melepas sepatunya dan menaruhnya di rak, kemudian menaruh tas kecilnya di samping rak sepatunya. Dia merasa penat di sekeliling leher dan pundaknya. Dia lalu memijit pelan kedua bagian itu, tapi hal itu tidak begitu manjur. Dia lalu membuka jaketnya, yang dibawanya untuk mengusir hawa dingin, meskipun sebagai vampir tentu saja dia tidak merasakan dingin. Hanya saja dia ingin membawa jaket karena kebiasaan saja. Dia masih belum bisa beradaptasi dengan dirinya yang baru dan masih sering melakukan kegiatan semasa dia masih menjadi manusia. Dia masuk ke dalam rumah dengan perasaan senang sekaligus curiga. Senang karena rupanya acara makan malam itu tidak seburuk yang diduganya. Acara itu malah menyenangkan dan dia menikmatinya. Hal itu menjadi selingan yang menyenangkan dari rutinitasnya sehari-hari yang bisa sangat menjemukan di kantor. Apalagi mereka makan sambil ditemani lagu favoritnya! Ya, wal
“Ayah!” seru Melvin terkejut.“Sayang!” seru Claudia.Mr. Jona menggeram.“Jangan kau teruskan permainanmu itu, Melvin!”“Ayah, jangan bercanda. Aku mohon, ayah!”Melvin akhirnya benar-benar panik. Sepertinya ayahnya benar-benar marah! Dia tidak bisa membiarkan hal ini terjadi. Dia harus membujuk ayahnya.“Aku mendekati Miss Rissa tanpa ada rencana apa pun, ayah! Murni karena aku menyukainya!”Ya, berbohong saja, Melvin. Lakukan semua yang bisa kau lakukan demi mengamankan posisimu, pikirnya.Ayahnya kembali menggeram.“Bukankah sudah ayah katakan kalau Ayah menginginkan dia sebagai calon istri Aidan? Tidakkah itu sudah cukup jelas, Melvin?” gertaknya.“Tapi bagaimana jika aku menyukainya, ayah?” kata Melvin dengan nada yang diusahakannya sememelas mungkin. Tapi ayahnya hanya memandanginya dengan keras.“Apa?