Share

Penghinaan.

Author: Azzurra
last update Last Updated: 2025-09-07 23:11:08

Bab 7

Netra mereka bertemu kali ini Kinan dengan berani menatap manik hitam lekat yang berada tepat di atas tubuhnya. Terpancar jelas kesedihan di mata Kinanti tetapi Angga tak peduli, egonya terlalu tinggi untuk merasakan kesedihan gadis ini.

Cairan bening menetes di ujung kelopak mata Kinan. Jemari lelaki yang sedang di penuhi oleh rasa cemburu ini mengusap lembut tetesan bening, hati yang tadi begitu berkobar sedikit meredup. Tetiba muncul rasa kasih di sana.

“Tenang lah, aku akan melakukannya dengan baik, bukankah kamu sudah sering melakukannya?”

Kinan mendorong dada Angga keras, tapi tetap saja tak membuat lelaki ini bergeming. Jelas sekali terpancar kemarahan di netra Kinan. Tetapi Angga hanya tersenyum miring.

Lelaki ini mendekatkan wajah kembali mencumbui gadis di bawahnya. “Tadi aku bertemu, Bram.”

Kinanti membeku, dadanya merasa di hantam Godam besar. “Tapi aku belum pernah melakukan apapun dengan Bram. Oke, kalau kamu memang tak percaya, maka silahkan membuktikan, aku siap.” Tak ada lagi perlawanan dari tangan Kinanti, gadis ini diam.

Namun, pembelaan Kinan membuat Angga menarik diri. Netranya menatap gadis yang terlihat menyedihkan ini, sangsi. Keluar seriangaian tipis dari bibir lelaki ini. “Apakah kamu memang sudah mempersiapkan ini semua?”

“Mempersiapkan apa?” Netra Kinan membelalak menatap Angga. Dia tak mengerti apa maksud Angga.

Lelaki ini mendengus dia tau sekali seperti apa wanita-wanita di luar sana yang rela pergi melakukan operasi selaput dara untuk menjebak lelaki.

Angga tak menghiraukan perkataan Kinanti, dia keluar dengan membanting pintu. Kinanti menangis meratapi nasibnya. Setelah menangis dia membangunkan diri menuju kamar mandi.

“Ya Allah, kenapa Angga mau nolong, dan kenapa setelah menolong dia jahat begini. Salah aku apa ke kamu Angga!!” Kinanti merintih di dalam kamar mandi.

*

Angin sepoy-sepoy, memainkan rambut yang menjuntai menutupi sebagian wajah Kinanti. Gadis ini menatap sang Surya yang mulai tenggelam di ufuk barat. Kinanti menarik nafas berat. Tanpa dia sadari lelaki berkulit eksotis ini berdiri di belakang gadis ini.

“Setelah magrib aku mengajakmu menemui keluargaku , bersiaplah!!” perintah Angga.

Kinan sedikit terjengkit. Dia tak menyadari Angga ada di balik punggungnya. Sejak kapan? gadis ini menengok ke belakang, tetapi enggan menatap netra lelaki ini, dia hanya mengangguk lemah.

Tanpa berkata lagi lelaki maskulin ini pergi meninggalkan Kinanti, Angga merasa terenyuh melihat kelopak mata Kinanti yang membengkak, mungkin gadis ini terlalu banyak menangis tadi. Tapi egonya lebih tinggi, rasa cemburunya terhadap Kinanti lebih dominan.

Tapi cemburu untuk apa? Bukankah mereka hanya berteman selama ini? Bahkan Angga tak tau apa perasaan Kinanti saat ini, Kinanti mau di ajak menikah pun karna kepepet di kejar hutang.

Lelaki ini berjalan tergesa masuk ke ruang gim lalu melampiaskan kemarahan pada dirinya sendiri dengan memukuli samsak tinju dengan membabi buta. Nafasnya tengah dadanya turun naik, akhirnya tubuhnya luruh di lantai, dia menangis.

“Non, kami di suruh membantu merias Anda."

Dua orang pelayan masuk ke dalam kamar Kinanti dengan membawakan gaun malam.

“Ini makan buah dulu, Non. Khawatir nanti Non keburu lapar. Karna makan siang tadi nggak di makan.”

“Nggak usah Mbak, saya nggak laper.”

“T-tapi, Pak Angga pesan buah ini harus di makan habis.” Wajah Ningsih penuh permohonan.

Kinan mengangguk, memakan perlahan buah di piring. Lalu meminum jus alpukat kesukaannya. Bahkan Angga masih ingat buah dan minuman yang di sukainya. Dada Kinanti terasa sesak, netranya berembun. Isi kepalanya berputar akan seperti apa pernikahannya kedepan.

“Kenapa, Non. Kok nangis? Terharu ya? Pak Angga lelaki baik Non. Nggak pernah bawa perempuan, perempuan pertama yang di bawa ke sini ternyata istrinya.” Ningsih tersenyum.

Dengan terpaksa Kinan tersenyum. “Suka jahat nggak Pak Angga, Mbak?”

“Nggak, makan pun nggak pernah rewel. Seringnya palah pulang bawa batagor, katanya beli di kantin kampusnya.”

Degh.

Lagi-lagi dada Kinanti di hantam palu besar. Dulu mereka memang lebih sering makan batagor di kantin kampus. Batagor memang makanan kesukaan Kinanti.

“Sudah buahnya, Mbak.” Kinanti menyerahkan piring ke tangan Ningsih, Tetiba nafsu makannya kembali lenyap. “ Ayo siap-siap nanti Pak Angga nungguin.”

Dua orang ini cekatan merias Kinanti, menggunakan pakaian malam berwarna hitam, “Non, Pak Angga pesan juga, suruh pake hijab, sekarang Non tanggung jawabnya, beliau tak mau nanti kena hisab.”

“Oh. Ya sudah.”

Setelah selesai, tiga orang ini turun menggandeng Kinanti sedangkan Angga terlihat sedang menelpon memunggungi kedatangan mereka. Setelah selesai berbincang Angga membalikkan badan menatap wanita ayu di hadapannya.

Netranya menatap lekat gadis yang terlihat sempurna di mata Angga. Gadis pujaannya selama ini, gadis yang selalu dia nantikan, gadis yang pernah memporak porandakan hidupnya.

Kinanti mengulas senyum menawan, tetapi Angga masih dengan setelah dingin tak ada senyum atau sunggingan di bibir.

“Ayo.” Lelaki ini berjalan menuju mobil yang sudah terparkir di garasi. Enggan membuka pintu untuk gadis yang terlihat sempurna ini.

Bibir Kinanti mengerucut. “Sombong.” Suara hati Kinanti.

Gadis ini membuka pintu sendiri lalu duduk di sebelah Angga. Perlahan dan anggun. Angga melihat melalui ekor mata. Kamu memang sempurna, pikir Angga, hatinya bersorak bahagia akhirnya bisa mendapatkan Kinanti, tapi ruang hati yang lain berkata dia hanya gadis murahan.

Akhirnya mobil yang di tumpangi sampai di halaman rumah yang lebih besar dari rumah yang di tempati Kiananti dua hari ini.

Bibir Kinan sedikit terbuka. “Pak, kok aku nggak tau kalo kamu konglomerat?” kata-kata ini keluar begitu saja dari bibir Kinanti.

Angga mengurungkan niat keluar dari mobil, menatap tak percaya pada gadis di seblahnya, jika mengatakan hal ini. Dia meraih dagu Kinanti, mendekatkan wajah. “Kalo kamu tau aku kaya raya apakah kamu tak akan menerima Bram sebagai kekasih kamu dulu dan menyerahkan dirimu padaku?”

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Trioboy
Seru, Kak. kasihan Angga terjebak dengan spekulasinya sendiri, aku yakin Kinan masih gadis
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jerat Obsesi Masa Laluku.   Lari.

    Gadis ini menjalani perawatan tubuh lagi hari ini, semua kuku di potong habis, rambut di pangkas lalu di beri curly, make up tipis di wajah semakin membuat Kinanti terlihat sempurna.Angga memerintahkan pelayan menyiapkan Kinanti nanti malam, malam ini Angga akan melakukan hal yang sudah lama ia nantikan. Kinanti gadis yang pernah dia cinta juga gadis yang ia benci hingga saat ini. Ia berharap setelah malam ini ia bisa mencintai Kinanti lagi dan Kinanti bisa menerimanya bukan karna ada hitam di atas kertas.“Non, Anda cantik banget. Apalagi bajunya cocok dan pas." Ningsih memuji.Bibir Kinanti tersungging melihat pantulan tubuhnya, memang cantik, tapi ... Ya Allah hati tenang lah sedikit, berdoalah semoga ini adalah akhir dari segala penderitaan. Doa Kinanti di dalam hati, wajahnya berubah sendu.“Non.” Suara Ningsih pelan. “Ini baju di pake setelah makan malam nanti.” Netra Ningsih mengerling menunjukkan pakaian kurang bahan di tangannya.Wajah Kinanti bersemu merah melihat pakaia

  • Jerat Obsesi Masa Laluku.   Selaput Dara.

    Bibir lelaki ini menyeringai lalu mendekatkan wajah. “Aku tau semua tentang kamu, bahkan isi hatimu?” “Ya Tuhan, udah balik lagi ke setelah awal. Mana Angga yang barusan begitu hangat dan terlihat mencintai??” monolog Kinanti.Sudur bibir lelaki ini tersungging. “Aku mencintaimu dengan caraku,” ujar Angga pelan, tapi membuat bulu kuduk Kinanti meremang.Mencintai dengan caranya? Ya Tuhan, jangan-jangan Pak Angga ini udah jadi psikopat karna kejadian dulu, sebentar baik sebentar jahat, hati Kinanti terus berbicara.Akhirnya mobil sampai di halaman rumah, Kinanti keluar dari mobil langsung menuju kamarnya tak peduli lagi pada keberadaan lelaki yang selalu mempermainkan perasaannya. Belum dia masuk ke dalam kamar tangannya di tarik Angga. “Malam ini kamu masih lolos, tapi besok malam jangan harap.” Lagi-lagi lelaki ini tersenyum penuh ejekan pada Kinanti.Gigi Kinanti di katupkan rapat, kesal. Tapi tak berani membalas. Angga masih menatap Kinanti remeh, dia tau gadis ini sudah sangat k

  • Jerat Obsesi Masa Laluku.   Lelaki Hebat.

    Suara rendah dan penghinaan Angga membuat darah Kinanti bergejolak.“Anda tak berhak menghina saya, Pak.” Kinanti membalas tatapan tajam Angga.“Munafik.” Bibir Angga mencibir, lelaki ini ingin mencium bibir yang sudah begitu dekat tetapi suara ketukan kaca mobil menyelamatkan bibir Kinanti.“Papah.” Sambut gadis kecil ini ketika Angga membuka pintu mobil.Lelaki ini tersenyum tulus pada gadis kecilnya, berbeda sekali ketika menatap Kinanti penuh dendam dan entah apa, Kinanti tak pernah bisa menebak isi hati Angga lewat tatapan matanya.Angga ingin menggendong Kayla. Tetapi gadis ini tak mau, dia berlari kecil mengitari mobil menggandeng tangan Kinanti, bibir gadis ini melengkung, hatinya menghangat, tapi juga bertanya. Bagaiman kalau dia tau bahwa wanita ini adalah seorang pelakor?“Papah, ayo gandeng.”Kinanti gerogi ketika tangan Angga menggandeng tangannya. “Nanti jangan panggil, Pak. Di sini kamu istriku, jangan terlihat kaku, aku bilang pada kakekku kalau kita saling cinta.”Kin

  • Jerat Obsesi Masa Laluku.   Penghinaan.

    Bab 7Netra mereka bertemu kali ini Kinan dengan berani menatap manik hitam lekat yang berada tepat di atas tubuhnya. Terpancar jelas kesedihan di mata Kinanti tetapi Angga tak peduli, egonya terlalu tinggi untuk merasakan kesedihan gadis ini.Cairan bening menetes di ujung kelopak mata Kinan. Jemari lelaki yang sedang di penuhi oleh rasa cemburu ini mengusap lembut tetesan bening, hati yang tadi begitu berkobar sedikit meredup. Tetiba muncul rasa kasih di sana.“Tenang lah, aku akan melakukannya dengan baik, bukankah kamu sudah sering melakukannya?”Kinan mendorong dada Angga keras, tapi tetap saja tak membuat lelaki ini bergeming. Jelas sekali terpancar kemarahan di netra Kinan. Tetapi Angga hanya tersenyum miring.Lelaki ini mendekatkan wajah kembali mencumbui gadis di bawahnya. “Tadi aku bertemu, Bram.”Kinanti membeku, dadanya merasa di hantam Godam besar. “Tapi aku belum pernah melakukan apapun dengan Bram. Oke, kalau kamu memang tak percaya, maka silahkan membuktikan, aku siap.

  • Jerat Obsesi Masa Laluku.   Gusar.

    Bab 6Mobil melaju membelah jalanan. Angga hanya diam tak merespon celotehan Kayla. Tangannya terkepal memikirkan Kinan pernah berhubungan dengan Bram. Siapa yang tak tau Bram. Lelaki penikmat selangkangan, tak ada wanita yang tak di ‘pakai’ oleh Bram jika sudah menyandang status pacarnya.Angga berusaha meredakan gejolak di dada. Apakah dia sanggup menerima Kinanti jika gadis ini sudah pernah meyerahkan kehormatannya pada lelaki lain?Apakah dia merelakan benihnya membuahi janin Kinanti jika wanita itu sudah ternoda?? Isi kepala Angga berisik dengan hal-hal yang diapikir wanita harus memiliki kesucian.Hingga akhirnya mobil tiba di depan rumah yang lebih megah dari rumah Angga. “Ayo turun.”Kayla turun dan berlari ke arah Anwar yang sedang menikmati teh di halaman sambil membaca majalah bisnis.“Kek. Aku langsung berangkat,” ucap Angga setelah mencium tangan Anwar.“Ajak istrimu ke sini nanti malam, kita adakan pertemuan keluarga. Kakek ingin mengenalnya.”“Iya Kek.”Lelaki ini perg

  • Jerat Obsesi Masa Laluku.   Masih lolos.

    Bab 5Pintu di buka pelan, Angga berjalan perlahan menuju ranjang. Di tatapnya Kinanti yang tertidur pulas di sana, terlihat gurat kelelahan dan kekhwatiran di wajah gadis ayu ini. Angga menjulurkan tangan, menyibak rambut yang menutupi wajah. Iris legamnya terus menatap wajah Kinanti.Jemari kokoh lelaki ini menelusuri pipi hingga rahang, tapi sepertinya Kinanti tak merasakannya, dia terlihat begitu damai di alam mimpinya. Setelah puas mengamati wajah gadis cantik ini, Angga keluar dari kamar. Pintu kamar terdengar menutup perlahan, Kinan membuka mata pelan. Dia menghembuskan nafas lega, setidaknya malam ini dia aman. Kembali Kinanti melanjutkan tidur, walaupun banyak pertanyaan di benaknya.Kumandang adzan subuh membangunkan tubuh yang terasa segar pagi ini. Gadis ini segera bangun mandi lalu melakukan solat subuh.Setelah itu dia keluar dari dalam kamar. Mulut Kinanti ternganga melihat luar kamarnya. “ini rumah apa istana?” batin Kinan. “Jadi Angga sekaya ini? gue baru tau.” Kaki

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status