Share

Gusar.

Author: Azzurra
last update Last Updated: 2025-09-07 23:07:28

Bab 6

Mobil melaju membelah jalanan. Angga hanya diam tak merespon celotehan Kayla. Tangannya terkepal memikirkan Kinan pernah berhubungan dengan Bram. Siapa yang tak tau Bram. Lelaki penikmat selangkangan, tak ada wanita yang tak di ‘pakai’ oleh Bram jika sudah menyandang status pacarnya.

Angga berusaha meredakan gejolak di dada. Apakah dia sanggup menerima Kinanti jika gadis ini sudah pernah meyerahkan kehormatannya pada lelaki lain?

Apakah dia merelakan benihnya membuahi janin Kinanti jika wanita itu sudah ternoda?? Isi kepala Angga berisik dengan hal-hal yang dia

pikir wanita harus memiliki kesucian.

Hingga akhirnya mobil tiba di depan rumah yang lebih megah dari rumah Angga. “Ayo turun.”

Kayla turun dan berlari ke arah Anwar yang sedang menikmati teh di halaman sambil membaca majalah bisnis.

“Kek. Aku langsung berangkat,” ucap Angga setelah mencium tangan Anwar.

“Ajak istrimu ke sini nanti malam, kita adakan pertemuan keluarga. Kakek ingin mengenalnya.”

“Iya Kek.”

Lelaki ini pergi setelah mencium gadis kecil di pangkuan Anwar.

Terdengar di telinga Angga Kayla menceritakan bertemu dengan mamah yang lain di rumahnya. Bibir Angga tersenyum mengingat Kinanti. Pasti yang Kinanti tau dia sekarang adalah seorang pelakor.

“Ki, kamu jadian sama Pak Pras??”

“Nggak lah, dia udah punya istri, nggak mau gue di cap pelakor, kaya nggak ada bujang aja. Mending gue jadi perawan tua dari pada jadi pelakor.”

Mengingat masa dulu membuat aura Angga berseri-seri, tetapi sesaat kemudian ada kemarahan terpancar wajahnya.

Kinanti duduk di atas ranjang menggenggam ponselnya. Pikirannya semakin kacau setelah mendengar perkataan Angga tadi. Pasti Angga berfikir dia seorang wanita murahan.

Kinan menghela nafas merebahkan tubuh di kasur. Tangannya mengotak Atik gawai panggilan tak terjawab dan puluhan pesan dari Nindia.

[Gue aman dari para penagih hutang, tapi sekarang yang menjadi ancaman gue, Pak Angga. Gue udah jadi tahanan Pak Angga, Nin. 😭] Send.

[Gue dikasih cuti 1 Minggu buat memuaskannya, Nind. 😭]. Emot nangis di sematkan oleh Kinan di setiap pesannya.

Pesan terkirim tapi belum di baca oleh Nindia. Pasti lagi pada Meeting, pikir Kinanti.

Dia bangun dari rebahan menuju balkon, di lihatnya tanaman bunga di bawah sana bermekaran. Bibirnya terulas senyum, kaki melangkah keluar kamar menuruni anak tangga menuju taman bunga. Dia duduk di sana menghirup udara dalam-dalam, berdoa pada Tuhan pencipta alam agar memberikannya hidup yang baik.

Dua pria duduk berhadapan saling tatap. Terlihat jelas ada keterkejutan dari cara mereka memandang.

“Dunia sebesar daun kelor, Bro. Ketemu lagi kita di sini. Dan lo, keren banget. Nggak nyangka lo bakal sesukses ini.”

Bram tersenyum ramah penuh pesona. Nindia tak pernah mengalihkan tatapan dari pria berkemeja biru ini.

Angga tak menanggapi banyak celotehan yang keluar dari bibir Bram. Secara profesional Angga menjalin kerjasama dengan perusahaan milik Bram, ia tak lagi mengingat masa lalu, menurutnya bisnis is bisnis, kerjasama harus terjalin apapun masa lalu mereka.

Bram berdiri setelah semua di setujui, menjabat tangan Angga. “Gue salut sama lo Bro. Lagi pula wanita itu banyak, hanya seorang Kinanti tak akan bisa menggagalkan bisnis iya kan, Bro!!” Senyum Bram penuh percaya diri.

Angga hanya sedikit mengulas senyum, tak menanggapi.

“Semua wanita sama, setelah kita puas dapat dengan mudah dapat kita campakkan.”

Raut wajah Angga seketika berubah. “Jika sudah tak ada yang di bicarakan saya permisi.”

Lelaki atletis ini pergi meninggalkan Bram, di ikuti oleh Nindia yang terkejut dengan perkataan Bram barusan. Kinan? Apakah Kinan yang di maksud adalah sahabatnya? Kenapa Pak Angga langsung tegang begitu? Pikir Nindi.

“Kamu pulang naik taksi, aku ada urusan lain.”

Suara dingin Angga terdengar menyeramkan di telinga Nindi, baru kali ini Nindi mendengar suara tanpa ekspresi dari Angga Wijaya Kusuma.

Wanita beranak satu ini mengangguk paham. Dia mendesah pasrah, memanggil taksi yang berjajar di parkiran khusus taxi.

“Pulang, Pak.” Angga menyuruh sang supir mengantarnya pulang ke rumah.

Emosinya tak bisa dia kendalikan, dia frustasi tak bisa mengendalikan perasaannya. Rahangnya mengerat, tangan mengepal kesal. Lelaki ini memejamkan mata berusaha mengontrol rasa cemburu yang menguasai. Kenapa dia masih menginginkan Kinanti. Cinta, ambisi atau obsesi kah ini? Kepala Angga berisik dengan banyak pertanyaan.

Di dalam kamar Kinan berdendang, dua hari di sini dia bagai ratu. Gadis ini keluar kamar mandi hanya mengenakan handuk berniat melakukan ibadah pada sang pencipta.

Apapun jalan hidup yang Kinanti rasakan pantang baginya untuk meninggalkan solat lima waktu. Baginya, dia membutuhkan Tuhannya setiap saat.

Wanita ini mematut diri di cermin, menatap pantulan diri, bibirnya tersenyum, hatinya terasa ceria.

Tetapi.

Brak.

Kinanti terjengkit kaget menengok ke arah pintu, gadis ini mengerat handuk yang melingkar di tubuh.

“P-Pak.” Kinan segera mengenakan mukena, menutupi tubuh indahnya.

Angga melangkah cepat menarik Kinanti, lalu mendorong ke atas ranjang.

“P-Pak, saya mau solat udah jam satu.” Kinan kesulitan menelan ludah melihat kemarahan di wajah Angga.

Tanpa menjawab Angga mencengkeram dagu Kinan, mendekat dan mencium paksa gadis yang berusaha menghindar. Tapi apalah daya dia hanya seorang gadis, tak mampu melawan lelaki dalam keadaan marah.

Mukena sudah terlepas, lelaki ini menatap nyalang wanita yang meringkuk di atas tempat tidur dengan air mata meleleh, hatinya penuh pertanyaan kenapa tiba-tiba dia datang dalam keadaan marah??

“Aku hanya ingin menghapus semua yang tertinggal dari pria itu?” suara Angga rendah, penuh penekanan.

“Lelaki siapa!! Belum ada lelaki yang saya izinkan menyentuh tubuh saya.” Kinan menatap Angga, suaranya bergetar penuh kepiluan.

“Kamu kira saya percaya?” kembali Angga mengungkung gadis di bawahnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rafli123
Ku hapus jejak Bram di tubuhmu Kinan tapi anu yaaa
goodnovel comment avatar
Cerita Tina
Antara niat menghapus sm tidak tahan itu beda tipis angga.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jerat Obsesi Masa Laluku.   Curiga.

    Mobil baru saja berhenti di pelataran rumah ketika ponsel Kinanti bergetar. Nama Angga muncul di layar. Dada Kinanti langsung mengencang—ia tahu cepat atau lambat Gerry pasti melapor. Kinanti menarik napas panjang sebelum mengangkat. “Halo, Mas …” Kinanti menyapa. “Kamu lagi apa, Ki?” Suara Angga terdengar biasa saja, bahkan terdengar santai. Pertanyaannya ringan, tapi justru membuat Kinanti makin gugup.“A-aku baru sampai rumah,” jawab Kinanti sambil menggenggam ujung bajunya. “Tadi… habis dari rumah kakek.” “Hm.” Di sebrang sana terdengar suara keyboard mengetik, mungkin Angga masih bekerja di Jogja. “Ketemu Kayla? Ngobrol apa sama kakek?""Ketemu Kayla, dia di tinggal kak Celina ke Eropa, Mas." Kinanti duduk di depan televisi menyandarkan bahu. Dan obrolan mengalir membicarakan Celina dan Kayla, Kinanti merasa kasihan melihat Kayla di tinggal Celina."Ya sudah, kamu istirahat. Jangan

  • Jerat Obsesi Masa Laluku.   Keraguan Lisa.

    Pintu rumah milik Kinanti di buka perlahan oleh Gerry. Ia mendorong kursi roda Lisa masuk ke ruang tamu. Rumah yang dulunya sempat berantakan akibat ditinggalkan lama kini tampak bersih—lantai mengilap, bau segar, dan tertata rapi. Lisa meremas ujung selimut yang menutupi kakinya. Tubuhnya masih lemah, sedikit gerakan pun membuatnya meringis. “Rumahnya sudah siap ditinggali,” kata Gerry lebih sopan. “Obat dan kebutuhan Anda sudah disiapkan.” Lisa mengangguk kecil. “Terima kasih, Pak Gerry.” Gerry memeriksa tas, kemudian masuk sebentar ke dapur. Begitu ia menjauh, ponsel Lisa bergetar. Satu pesan masuk dari nomor tak dikenal. Ternyata nomor Bram. [Kamu sudah sampai.] — Bram mengirim pesan. Lisa mengetik cepat: [Sudah.] - balas Lisa singkat. Masih khawatir karna Gerry masih berada di rumah ini. Gerry kembali membawa segelas air. Lalu duduk menatap Lisa. Mendapati tatapan Gerry Lisa kikuk. dia memutar kursi roda mengambil remote televisi lalu menyalakan benda segi empat itu. S

  • Jerat Obsesi Masa Laluku.   Bodoh atau baik?

    Kinanti berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Sesekali dia menggigit jari kukunya. Hari ini Lisa di jadwalkan pulang dari rumah sakit, rasa hati Kinanti ingin menjemput Lisa tapi peringatan Angga membuat nyali Kinanti ciut, ia tak ingin melanggar apa yang tak di perbolehkan Angga, tapi hati lain merasa kasihan pada Lisa.“Mbak Ning, Lisa wa lagi nggak?” tanya Kinanti pada asisten kepercayaannya, semenjak Angga membatasi pertemuannya dengan Lisa, Kinanti meminjam ponsel Ningsih untuk berhubungan dengan Lisa.“Nggak, Non. Wa yang terakhir itu tadi, Non maaf kalau saya lancang, sebaiknya Non patuhi Pak Angga, saya lihat Non Lisa itu—““Lisa itu sodara saya, dia nggak punya siapa-siapa lagi selain saya.”“T-tapi –““Udah, saya yang nanggung kalo Angga marah. Ayo aku mau jemput Lisa.” Kinanti tak mau mendengarkan saran Ningsih.Ningsih membuang nafas, dia merasa Kinanti sudah terlalu jauh melanggar apa yang tidak di perbolehkan Angga. Tapi Ningsih tak bisa berbuat banyak, dia pun tak

  • Jerat Obsesi Masa Laluku.   Celina.

    Pagi ini Angga terlihat lebih tampan dari biasanya. Kinanti memasangkan dasi di leher jenjang Angga. Dengan terampil tangan Kinanti memasang tali simpul. Setelah selesai telapak tangannya menepuk dada Angga, bibirnya mengulas senyum bahagia.“Sudah sayang, makin tampan aja.” Tanpa aba-aba Kinanti mengecup bibir lelakinya.Belum juga membalikkan badan Angga sudah menarik pinggang yang sudah semakin berisi ini. “Tambah lagi, kok kilat.” “Ish, udah segitu aja. Malam nanti aku tambahin.”“Aku nanti langsung ke Jogja kamu lupa?” Angga semakin mengikis jarak. “Tapi kamu udah rapih, nanti minta lebih.” Suara Kinanti rendah. Sungguh gairahnya tak bisa ia kuasai. Setelah mengandung dia tak bisa dekat-dekat dengan Angga.Angga menghentak tubuh kinanti mengangkat bokong istrinya. Kaki kinanti melingkar di pinggang Angga. mata mereka saling menatap, lalu senyum terbit di bibir mereka. “Pegangan yang kuat aku gendong kamu ke bawah.” Lelaki ini keluar kamar lalu turun perlahan dengan dengan

  • Jerat Obsesi Masa Laluku.   Kapan Tobatnya.

    “Ada apa? Kenapa kamu selalu curiga!!" Suara Angga terdengar tak suka selalu di tuduh. “Ini ada noda lipstik, Mas?” Hati Kinanti terbakar cemburu. Dulu dia memang tipe wanita pencemburu. Tetapi belakangan rasa cemburunya semakin berlebihan. Angga melepas kemejanya, melihat kerah yang di tunjuk kinanti, ingatannya kembali pada saat Celina memeluknya. “Oh ini?" Suara Angga melunak "Tak usah salah paham, Ki. Aku tak melakukan apapun. Aku hanya ngobrol biasa dengan Celina, aku tak mau dia salah jalan lagi pergi dengan lelaki tak tepat " Kinanti bergeming masih menatap dengan penuh tanda tanya. Angga mengulas senyum teduh, tau persis Kinanti masih menaruh curiga. “Kamu cemburu?” Wajah Kinanti memberengut. Kepalanya mengangguk. Melihat reaksi Kinanti Angga meletakkan telapak tangan di perut Kinanti. Mengelus-elus halus perut yang masih rata. Lalu mengecup pipi wanita ini. Kinanti mendorong tubuh Angga. Tetapi Angga mendekap tubuh Kinanti, walau berontak wanita ini tak dapat melonggar

  • Jerat Obsesi Masa Laluku.   Nasehat.

    Ruangan terasa hening. Angga menatap Celina intens, dia mengamati setiap gerakan yang dilakukan wanita cantik ini. “Aku tau ada yang kamu sembunyikan. Katakan apakah Niko sudah beristri?”Celina mencebik. “Aku bisa mengurus diriku sendiri? Tak usah selalu ikut campur.” “Apa ikut campur? Kamu pikir apa yang aku lakukan ikut campur? Aku melindungi kamu, Lin. Aku tak mau kamu terluka.”“Omong kosong, kamu tak sadar sudah melukaiku?” Celina memalingkan wajah.Kedua telapak tangan Angga mengepal, rahangnya mengetat. Perlahan Angga menarik nafas dalam lalu menghembuskan perlahan, berusaha mengontrol emosinya. Dia sadar kemarin sempat melukai Celina. Angga bangun dari duduk berjongkok di hadapan Celina lalu menyentuh telapak tangan wanita cantik ini. Bola mata mereka saling menatap. “Kalau terjadi apa-apa langsung hubungi aku.”Ada rasa nyeri di hati Celina saat iris mereka bertemu, ada sedikit penyesalan kenapa dia tak memperjuangkan Angga, dia selalu mengikuti egonya, genggaman tangan le

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status