Plaaakkkkkk.
Satu tamparan mengenai pipi kiri Ressi sampai membuat wajahnya berpaling ke kanan. Rasa nyeri menyebar sampai membuatnya memejamkan mata meresapi sakit yang membuat matanya terasa panas dan berkaca-kaca padahal dia tidak menangis.Velora yang ada di samping Ressi syok dengan wajah terkejut dia menutup mulutnya dengan kedua tangan sebelum berteriak lebih nyaring lagi.Dia tidak terbiasa dengan kekerasan semacam ini, masih dengan menutup mulut dengan sebelah tangan Velora berusaha membantu Ressi. Namun, ditahan oleh Ressi. Dia tidak mau terjadi apa-apa pada Velora dan janinnya."Tidak apa-apa Ve, kamu bisa menyingkir sebentar. Ini urusanku," cegah Ressi setelah mampu menguasai diri.Berdiri tegak, akhirnya dia melihat siapa yang telah menyerangnya. Senyum Ressi mengembang namun ia langsung berdesis saat pipinya kembali nyeri. Aish dirinya lupa jika habis ditampar, hal itu juga membuat Velora ikut berdesis khawatir namun menurutMalang tak dapat ditolak mujur tak dapat diraih.Sissylia terserempet mobil sampai tak sadarkan diri dengan luka yang lumayan. Untung saja suami Velora sudah datang sehingga Ressi tidak harus susah payah membantu Sissylia.Di saat Sissylia terluka entah secara fisik maupun mental. Ressi mengalami kehancuran yang tidak bisa dia deskripsikan dengan benar. Menatap Valeri yang memandang hampa kejadian di depan matanya membuat Ressi lebih remuk dari yang seharusnya."Baby please," mohon Ressi penuh penderitaan. Valeri tetap tidak menoleh namun bibirnya bergetar seolah hendak mengatakan sesuatu."A-aku bukan anak Mommy."Tidak cukup hancur, remuk dan segala hal yang berhubungan dengan rasa sakit. Pernyataan Sissylia memiliki butterfly efek yang meremukkan Ressi. Bom waktu yang Ressi genggam telah meledak di saat yang sangat tidak Ressi harapkan meski sudah ia duga hal seperti ini akan terjadi."No no! Kamu anak Mommy sayang, kamu anak
Ressi duduk diam di ruang rawat dengan dokter yang membersihkan serta mengobati luka-luka lecet yang dia dapat akibat terjatuh di atas paving blok trotoar jalan setelah dihempaskan oleh Sissylia.Siapa yang menemaninya?Tidak ada!Valeri ada di pelataran Rumah sakit bersama Avixenna, Arcala sudah barang tentu bersama Sissylia. Velora melakukan pemeriksaan setelah mengeluh jika perut bawahnya mengalami kram."Apa ada luka lain lagi Bu?" tanya dokter membuyarkan lamunan Ressi."Tidak Dok." "Baiklah sudah selesai Bu." Dokter memberitahu jika pekerjaannya telah usai."Terima kasih Dokter," ucap Ressi sopan.Setelah menyelesaikan administrasi serta keperluan obat yang sudah pasti tidak akan Ressi minum. Dia pun keluar dari dalam ruangan tersebut dan tidak mendapati seorang pun yang menunggui dirinya.Terduduk lemah di kursi depan ruangan dokter. Ressi menunduk menertawakan betapa menyedihkan dirinya saat in
"Aku akan bertanya Raga. Tolong jawab," pinta Ressi dengan helaan nafas lirih."Tanyakan!" balas Arcala mengambil duduk di ujung berlawanan dengan Ressi. Membuat wanita itu semakin miris karena merasa seperti wabah penyakit yang harus dijauhi."Kenapa kamu membawaku dalam lingkaran api ini?" Ressi menerawang jauh ke angkasa.Terhenyak. Arcala tidak menyangka jika akan mendapat pertanyaan demikian. Sekarang dia harus menjawab apa?"Karena Valeri." Hanya itu alasan yang tepat karena kenyataannya memang itu alasan Arcala."Kamu bisa menyewa babysitter saat itu Raga." Ressi seperti komputer yang jika diberi pertanyaan akan menjawab dengan nada datar hanya saja kali ini dia bertanya dengan suara tanpa intonasi.Terdiam beberapa saat Arcala memilah-milah apa yang ingin dia katakan. "Saat itu aku tidak terpikir sampai sana. Keadaanku cukup kacau, perusahaan limbung, Sissylia sedang mengejar karirnya lalu orang tuaku mendesak agar aku s
"Aku ingin ke rumah Avixenna," ijin Valeri kepada Ressi yang kebetulan Arcala juga ada di sana.Dengan menunduk tanpa berani menatap wajah dua orang yang dia anggap orang tuanya selama ini. Akan tetapi kali ini Valeri membutuhkan jarak dari mereka. Apalagi setelah mendapati kenyataan yang sebenarnya?Kenyataan yang menghancurkan perasaannya yang masih kecil. Perasaan yang seharusnya tidak mengalami hal besar semacam ini."Tapi Baby-" Arcala ingin menolak permintaan putrinya sebab jika Sissy terbangun nanti pasti akan mencarinya, namun Ressi memotong perkataan pria itu."Okay Baby. Pergilah Mommy memberi ijin untukmu," ucap Valeri mengijinkan. Dirinya tahu jika Valeri membutuhkan jarak dan waktu untuk menghadapi semua kegilaan yang seharusnya tidak ditanggung oleh pundaknya yang masih kecil."Tapi Re-" Arcala mencoba mendebat. "Go away Baby. Xenna menunggu," lanjut Ressi lembut sambil mengusap puncak kepala Valeri penuh sayang.Menatap Ressi be
Saat sampai di ruangan kekasihnya Sissylia masih belum sadar. Arcala duduk di kursi samping ranjang Sissy, mengambil telapak tangan kekasihnya lalu menempelkan pada pipinya sembari dia kecup perlahan.Erangan lirih terdengar dari Sissylia sebelum dia membuka mata. Meringis sejenak lalu netranya terbuka dengan cepat dia mengitari ruangan mencari-cari keberadaan gadis kecil berambut kecoklatan seperti warna rambutnya."Di mana Valeri Cala?" tanya Sissy mengabaikan rasa sakit di seluruh tubuhnya.Mengusap perlahan dahi dan surai kekasihnya Arcala tersenyum lembut sebelum berkata, "dia meminta ijin untuk bermalam di rumah temannya.""Apa aku membuat kesalahan Cala. Tidak, tidak aku benar-benar salah!" lirih Sissy putus asa."Ada apa sebenarnya?" tanya Arcala lembut membujuk."Aku cemburu Cala. Aku tidak bisa menahan diri rasanya aku begitu marah melihat kedekatan Valeri dengan wanita itu! Dia bukan siapa-siapa untuk Valeri
Perasaan Ressi membaik. Sepanjang perjalanan meski tubuhnya nyeri senyum lebar menghiasi wajahnya yang semakin terlihat menawan.Sampai di rumah dia bahkan sempat menyapa satpam yang berada di pos dekat gerbang.Memarkirkan mobilnya dengan mulus dia langsung turun bahkan hendak berlari masuk ke dalam rumah namun, urung sebab kakinya yang sudah pasti akan semakin membengkak jika dia melakukan itu.Setelah berada di dalam rumah dia agak mengernyit heran karena rumah nampak sepi padahal mertuanya ada di rumah.Naik ke kamarnya dia bergegas membersihkan diri dan berganti pakaian sebelum turun kembali ke dapur.Setelah selesai, dia kembali turun. Begitu mendekati dapur Ressi mendengar sedikit keramaian berasal dari sana.Yang ternyata ibu mertuanya tengah berkutat di dapur."Mama sedang apa?" tanya Ressi basa-basi karena dia tahu mertuanya tengah memasak."Sedang nonton tivi Re," jawab Rossy kalem lalu tertawa lirih.
"Sayang. Kamu kenapa?" tanya Rossy lembut melihat cara berjalan Ressi yang sedikit pincang."Keseleo Ma," jawab Ressi tersenyum manis sambil mengambil peralatan makan dan menatanya di atas meja."Yakin?" tanya Rossy lagi.Ressi mengangguk pelan tetap mempertahankan senyum manisnya. "Kita nunggu Papa pulang?""Iya Remond!" Rossy gemas karena tidak mendapat jawaban yang dia inginkan."Kok Remond sih Ma," rajuk Ressi menggoyangkan lengan mertuanya."Iya udah sana ke mana dulu gitu," usir Rossy menggoda."Mama Ressi laper loh ini. Masakan Mama bikin Ressi ngiler." Ressi masih berusaha merayu mertuanya agar mengizinkannya makan."Ya sudah kamu makan dulu. Lagian kalau nungguin papa, bisa mati kelaparan kita." Rossy duduk mulai mengisi piringnya dengan makanan."Mama kok nakal sih, nggak mau nungguin papa pulang buat makan!" omel Ressi namun dia juga duduk dan mulai makan dengan semangat masakan Rossy memang
Memandang kamar Valeri yang cukup luas. Ressi mulai melepaskan wallpaper yang sebenarnya masih bagus, tapi dia ingin membuat suasana kamar gadis itu menjadi glow in the dark dengan banyak benda-benda yang bisa menyala di dalam gelap.Tidak pernah Ressi meminta bantuan saat merenovasi kamar Valeri. Semuanya dia lakukan sendiri mungkin butuh waktu yang sedikit lama.Dia memiliki keahlian dalam bidang renovasi hanya saja tidak terlalu dikeringkan sebab dia kadung jatuh cinta dengan bayi manis dalam pelukannya. Jadi dia mendedikasikan seluruh waktu dan tenaganya untuk merawat bayi tersebut yang kini tumbuh dengan cantik dan sehat.Tiap sudut kamar Valeri ditetesi oleh peluh dan airmata Ressi seperti biasa. Saat merenovasi kamar Valeri lah Ressi bisa menumpahkan seluruh perasaannya. Tidak membutuhkan cat, Ressi selalu membeli wallpaper dengan gambar yang menurutnya menarik. Satu hal yang sangat Ressi sukai darinya dan Valeri, selera mereka akan sesuat