Home / Romansa / Jerat Sang Model / 5. Apa yang kamu mau...?

Share

5. Apa yang kamu mau...?

Author: Bebicaisim
last update Last Updated: 2021-12-31 15:06:44

"A-apa ... ?" tidak yakin, Ressi bertanya dengan nada yang amat lirih namun masih bisa didengar oleh Cala.

Berdecak pelan karena Cala malas mengulang perkataannya. Namun, dia tetap mengulanginya juga agar Ressi mendengar dengan jelas ucapannya. "Kamu mengatakan jika tidak enak badan kan? Maka istirahatlah. Biar Valeri berangkat bersamaku," ulangnya dengan lebih tegas.

Mau se-tidak-suka apapun Cala pada Ressi, dia tetaplah wanita yang harus Cala perlakukan dengan baik. Tanpa pria itu sadari jika perlakuannya akan menjadi bumerang baginya di kemudian hari.

"Istirahatlah, jangan melakukan aktivitas apapun. Apa gunanya aku mempekerjakan asisten rumah tangga, jika kamu tetap melakukan semuanya sendiri." gumamnya terdengar mengeluh, "Ayo Valeri, kamu sudah ambil tas kamu, baby?"

"Sudah, Dad. Ada di sofa di ruang tamu."

Saat berjalan keluar dari ruang makan, Valeri melompat-lompat dengan perasaan bahagia karena hari ini dia akan pergi ke sekolah bersama dengan daddy-nya. 

Sedangkan Ressi tetap membeku di tempat duduknya. Air mata yang sedari tadi dia tahan akhirnya tumpah juga. 

Namun Ressi bingung ekspresi seperti apa yang harus digunakan saat dia menangis seperti ini. Akankah ekspresi tangisan haru karena perhatian Cala yang mungkin saja berbeda dari yang dibayangkan, atau tangisan sedih karena sekali lagi Cala mengombang-ambingkan perasaannya yang tenggelam ke tengah lautan luas.

Yang mana kiranya pilihan yang dapat menggambarkan perasaannya sekarang?

"Kamu tolol, kamu brengsek! Kamu benar-benar laki-laki brengsek Raga! Bisa-bisanya kamu perlakukan aku seperti ini? Hatiku bahkan sudah tidak berbentuk lagi karenamu. Hatiku hancur berserakan karena kamu remukkan perlahan-lahan, bahkan setelah remuk pun kamu menginjaknya tanpa belas kasihan."

"Akan tetapi, kenapa terkadang kamu juga menghangatkan hatiku semudah itu, Raga? Kumohon, tetaplah pada sikapmu yang membenciku. Biar aku tahu bagaimana harus bersikap di hadapanmu. Jangan membuatku kehilangan arah dan tujuanku Raga ... jangan membuatku goyah." batinnya memohon dengan sedih. 

Mendorong mundur kursinya, perlahan Ressi bangkit. Berjalan tanpa semangat menuju taman belakang, tempat biasa dia melamun tanpa seorang pun peduli.

"Hah, sejak kapan orang peduli padaku? Seolah semuanya baik saja. Bukankah sedari awal tidak ada satupun yang dapat membuat orang melihat dari sisi yang aku lihat?" tanyanya bergumam sendiri dengan miris. 

Asisten rumah tangga yang diberi peraturan mengenai privasi di rumah besar Ragananta, tidak akan berkeliaran di tempat di mana tuan rumah berada. Mereka akan menyiapkan makanan, membersihkan rumah dan lain sebagainya saat tuan rumah belum keluar dari kamar. Jadi, meski rumah besar Ragananta memiliki banyak pekerja, tetap saja rumah itu terasa sepi.

Seperti saat Ressi tiba di halaman belakang, di sana sudah tersaji satu teko kecil teh hangat serta cangkir kesayangannya ditemani kue kering. Siapa yang menyajikannya, bahkan wanita cantik itu tidak tahu dan tidak berminat mencari tahu.

Cukuplah baginya menjatuhkan diri di dalam danau bernama Arcala Ragananta, yang menenggelamkannya tanpa pertolongan sedikit pun. Dia tidak butuh apapun lagi, apalagi kepalsuan.

***

"Ferrel, kita ke sekolah Valeri dulu ya. Dan kamu, Revan ... tetap stay di rumah, siapa tahu nyonya ingin keluar." Cala menginstruksi Ferrel dan Revan selaku driver rumah Ragananta.

"C'mon c'mon, hurry up ... Uncle Ferrel. Nanti Valeri telat."

Gadis menggemaskan itu melompat-lompat dengan riang, membuat Cala, Ferrel, dan Revan yang melihat sikap hyper aktifnya mulai khawatir jika gadis kecil itu terjatuh nantinya.

"Calm, Missy. Nanti Missy jatuh!"

"No Uncle, Valeri hati-hati kok."

Akan tetapi, tidak urung langkah Valeri selip juga, mengakibatkan gadis kecil itu hampir terjatuh. Namun, karena keseimbangan Valeri yang bagus dia pun dapat menyeimbangkan tubuhnya dan menghindarkan dirinya dari terjatuh.

"MISSY!"

"VALERI!"

"NON!"

Ketiga pria yang ada di dekat Valeri hampir saja melompat untuk menangkap Valeri secara bersamaan sebelum gadis itu benar-benar jatuh menyentuh tanah.

"Ups, sorry, Daddy. Sorry, Uncle. I'm okay ... jangan panik." Valeri mengangkat telapak tangannya sambil cengengesan. Tidak tahu saja berkat ulahnya itu ke-tiga pria dewasa di depannya hampir saja mengalami gagal jantung.

Ketiganya lalu menghela nafas dramatis, sampai tulang-tulang mereka terasa lemas dibuatnya. 

"Huft, ayo baby kita berangkat," ajak Cala pada putrinya yang menggemaskan. 

"Okay, Daddy."

Masuk mobil, Valeri berusaha untuk tidak petakilan karena sang daddy duduk di sampingnya dengan laptop terbuka. Jelas jika dia takut menyenggol laptop Cala, karena Valeri berpikir jika seluruh pekerjaan Cala berada di dalam sana.

Mengemudikan mobil dengan mulus, Ferrel menatap Rear-view-mirror lalu tersenyum menatap Valeri yang terlihat diam tidak banyak tingkah.

Melirik lewat ekor matanya, Valeri hampir bersorak gembira saat Cala menutup laptop dan memasukkan benda tersebut ke dalam tas kerja.

Cala merasakan kesunyian yang tidak biasa. Dia sengaja diam, karena jika dia memulai pembicaraan dengan Valeri dia harus benar-benar siap terlebih dahulu. Karena bocah itu suka sekali membuat dirinya hampir muntah darah saking terkejut dengan pertanyaan ataupun pernyataan yang dilontarkan dari mulut mungilnya tersebut. 

Berkutat dengan ponselnya sejenak, hanya untuk melihat hasil photoshoot terbaru milik Sissy-nya yang diunggah di media sosial milik wanita itu. Senyum tersungging di bibir Cala saat dia menyadari bercak merah samar yang terlihat tersembunyi di balik aksesori yang wanita itu kenakan. Setelah melihat wanitanya, Cala siap untuk apapun yang akan Valeri lontarkan. Karena dia menyadari betapa Valeri yang energik berusaha keras untuk menahan diri sedari tadi.

Memasukkan handphone ke dalam saku jasnya, Cala merebahkan kepala pada sandaran jok mobil. Dengan secepat kilat, Valeri langsung menghadap sang daddy. Namun dia terlihat bingung karena tidak tahu harus memulai dari mana. Bocah kelas empat sekolah dasar itu memang dikenal memiliki kecerdasan dan attitude yang tidak banyak anak seusianya miliki.

"Daddy...,"

"Yes, baby?"

"I want to ask you?"

"What?"

"Eumm ... yesterday I watched television with mom and I saw a beautiful woman on the screen. Her name is Sissylia. Who is she, Dad?"

Bersambung…

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jerat Sang Model   90. Kecewa

    Wajah Sissylia nampak berseri-seri ketika dia keluar dari kamar bersama Arcala, keduanya berbincang selama perjalanan menuju ruang makan."Bagaimana dengan pihak manajemen?" tanya Arcala perihal beberapa kontrak yang dibatalkan oleh pihak penyelenggara."Mereka sedikit keberatan, tapi mau bagaimana lagi semua sudah terjadi.""Apa mereka meminta pinalti?""Beberapa, ya dan aku sudah membayar pinaltinya." Sissylia nampak tidak keberatan jika namanya tercemar, dia menganggap ini bayaran atas kesalahannya di masa lalu."Jika ada yang meminta ganti rugi, katakan saja padaku," ucap Arcala menenangkan istrinya."Tenanglah, aku masih memiliki cukup uang untuk mengurus semua itu.""Tidak, apa yang kamu alami. Aku ikut andil di dalamnya, jadi aku harus ikut bertanggung jawab. Lagipula sekarang kamu istriku By," jawab Arcala merasa kosong dengan status baru Sissylia. Lidahnya terbiasa dengan panggilan istri untuk Ressi.Keduanya duduk di ruang makan, menantikan hidangan makan siang sambil meliha

  • Jerat Sang Model   89. Siang Pertama Pernikahan

    Sissylia berusaha melepas gaun pengantin yang rumit itu namun selalu gagal sampai membuatnya mendesah lelah."Loh, kamu belum ganti baju, By?" tanya Arcala yang sudah terlihat segar setelah keluar dari kamar mandi."Aku tidak bisa melepas gaunnya," keluh Sissy dengan kesal."Kamu sendiri loh yang memilih gaun itu," ujar Arcala menggoda namun juga mendekat untuk membantu istrinya."Jangan menggodaku, Cala!""Apa, aku tidak melakukan apa pun." Satu per satu tali temali gaun Sissylia terlepas, punggung mulusnya terlihat sedikit demi sedikit. Membuat Arcala tergiur untuk menyentuh punggung Sissylia menggunakan bibirnya.Mencium inchi demi inchi punggung istrinya tanpa terlewat, Arcala menuntun Sissylia agar berdiri sehingga gaun yang dikenakan olehnya melorot turun di bawah kakinya. "I love your body.""Just my body?" desah Sissylia tertahan ketika Arcala menangkup kedua dadanya dari belakang."Semuanya, aku menyukai semua yang ada pada dirimu." Remasan perlahan yang dia rasakan bahkan s

  • Jerat Sang Model   88. Tidak Penting

    Tanpa tahu jika putrinya, tengah duduk termenung di dalam kamarnya menatap ke arah jendela.Menantikan daddy-nya yang sudah beberapa hari tidak pulang, kakek dan neneknya baru saja pulang setelah memastikan bahwa cucunya dalam keadaan baik-baik saja.Sama seperti Valeri yang sebenarnya enggan untuk tinggal di dalam rumah Ragananta. Begitu juga Bram dan Rossy yang tidak betah tinggal di sana.Jika saja dia bisa segera menyelesaikan urusannya dengan daddy-nya. Sudah pasti Valeri memilih angkat kaki dari dalam rumah yang kini dia tinggali.Merenung menatap jalanan depan rumah, Valeri menemukan satu mobil yang cukup aneh sebab ada karangan bunga di beberapa bagian.Valeri hanya memperhatikan saja, enggan untuk turun melihat siapa yang datang.Tak berselang lama, Ferrel muncul dari kursi pengemudi. Membuka pintu penumpang, Arcala turun terlebih dahulu menggandeng satu tangan dengan sarung tangan berwarna putih panjang.Saat orang yang digandeng Arcala ikut turun.Valeri berani bersumpah ji

  • Jerat Sang Model   87. Arcala-Sissylia

    Rintihan itu berubah menjadi erangan dan desahan halus sekaligus berubah dari wajah Ressi kembali ke wajah Sissylia yang nampak tak kuasa menyambut gerakan Arcala yang semakin menggila.Entah berapa kali klimaks yang didapat olehnya, sampai tubuhnya pasrah dengan gerakan Arcala yang tak kunjung sampai.Hingga akhirnya tubuh Arcala menegang dengan gerakannya yang tersendat-sendat. Arcala ambruk di samping tubuh Sissylia yang sudah penuh dengan peluh hasil percintaan mereka. Bahkan cairan miliknya dan milik Sissylia bercampur sampai meluber dari inti wanita di sampingnya."Kamu sudah melepas alat kontrasepsimu?" tanya Arcala berharap mereka akan memiliki anak kembali. Supaya bayangan Ressi hilang darinya ketika dia tengah bercinta dengan Sissylia."Aku tidak akan melepasnya sebelum kita menikah, Cala. Lagipula kasihan Valeri yang sama sekali tidak mendapat kasih sayang dariku."Mencium dahi Sissylia, Arcala membenarkan perkataan kekasihnya dalam diam. Hanya saja dirinya tidak habis fi

  • Jerat Sang Model   86. Shit Imagination

    Pemberitaan mengenai perceraian Arcala Ressi dan masalah yang menjadi latar belakangnya begitu ramai diperbincangkan di hadapan publik.Bahkan beberapa stasiun televisi tidak sungkan membawa-bawa semua pakar mulai dari telematika sampai pakar astronomi. Bahkan sekelas dukun juga mereka datangkan hanya demi membahas perceraian antara Ragananta dan Fatmalodya.Berbagai foto yang memuat gambar Arcala dari berbagai sisi, dibahas dengan sangat detail. Beberapa kali Sissylia mendapat undangan untuk jadi narasumber atau pengisi acar. Dirinya begitu laris, stasiun televisi yang diambang gulung tikar rela memeras kering sana perusahaan untuk mengundang Sissylia.Benar saja, tak berapa lama setelah kemunculan Sissylia. Stasiun tivi tersebut banjir pujian dan investor.Pemberitaan tentang kandasnya pernikahan Arcala Ressi yang disebabkan oleh orang ketiga tersebar ke seluruh penjuru kota.Di dalam lama sebuah media sosial, baik itu akun milik Sissy maupun Arcala. Panen hujatan namun ada beberap

  • Jerat Sang Model   85. Meminta Restu

    "Aku akan menikahi Sissy setelah percerainku dengan Ressi resmi.""Terserah padamu Raga, kamu laki-laki. Tidak butuh restu atau wali bukan" gumam Bram di ruang kerja dalam rumahnya.Rossy enggan menemui Cala sebab merasa malu kepada gadis sebaik Ressi. Dia seolah telah menjebak gadis itu untuk tenggelam dalam danau kedukaan selama hidup bersama putranya.Jelas ini sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh Arcala meski hanya sedikit meleset.Dia pikir orang tuanya akan menentang niatnya habis-habisan. Nyatanya mereka membiarkan cenderung tidak perduli dengan apa pun yang hendak Arcala lakukan."Papa dan mama benar-benar tidak akan datang saat pernikahanku nanti?" tanya Arcala sekali lagi untuk memastikan jika dia tidak salah dengar.Bram mengangguk tanpa bicara."Lalu apa yang akan kukatakan kepada orang tua Sissylia, Pa?""Kau bisa mencari alasan apa saja, mengurusi Valeri yang sedang ngambek misalnya." Ayah dari Arcala itu mengendikkan bahu tak acuh.Memang benar, beberapa hari terakhir

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status