Setelah mati-matian berusaha mengeluarkan pertanyaan yang bercokol di kepalanya, akhirnya Valeri mampu bertanya pada sang ayah meski dengan lirih. Gadis kecil itu langsung menunduk tanpa berani menatap Cala yang masih memaku pandang padanya. Valeri merasa terintimidasi dengan aura Cala, yang terkadang tanpa sengaja pria itu keluarkan saat merasa defensif dengan hal-hal berbau Sissylia.
Menarik nafas dalam, lalu mengeluarkannya dengan sedikit keras. Cala memejamkan matanya erat-erat, lalu membenturkan belakang kepalanya pada sandaran jok mobil. Dia tahu bahwa suatu saat, dia akan mendapat pertanyaan seperti ini dari putrinya. Akan tetapi dia tidak menyangka bahwa hal itu akan terjadi secepat ini.
Baru saja dia merasakan bahagia bersama Sissy, tapi sekarang dia ditampar dengan kenyataan ada Valeri di sisinya, yang nantinya butuh penjelasan dari apa yang telah dia lakukan selama ini. Salahnya juga yang tidak meredam berita yang bergulir di media hingga putrinya pun dapat mengetahuinya. Namun apa yang dapat dirinya lakukan, ketika justru dia sangat suka dengan kesan dari berita tersebut.
Meraih Valeri, Cala memeluk putrinya erat. Benar sekali, bahwa hanya bocah kecil ini yang bisa membuat dirinya mati muda, karena overthinking nantinya.
"Just a model, Baby. That's it." jawabnya singkat tapi jujur dengan profesi Sissylia. Meski dia tahu bukan itu yang dimaksud oleh putrinya tersebut.
"I know that Dad, but...," Valeri merasa tidak puas atas jawaban sang daddy.
"So, what do you want to know about her from me?"
Ferrel tersenyum miris atas pertanyaan Valeri, tapi bukan kapasitasnya untuk kepo atau sok tahu mengenai kehidupan dari bosnya. Dia hanyalah karyawan, tugasnya hanya menutup mata, mengunci mulut, dan menutup telinga untuk apa pun yang dilakukan oleh bosnya tersebut.
"I dunno, Dad, maybe like who she is to you Dad?"
Pertanyaan itu pelan dan lirih, tapi terasa menusuk tepat di jantung Cala. Sesaat Cala membeku, sampai dengan gemetar yang samar Cala mengusap lembut rambut putrinya.
"Teman, Baby. Like a girlfriend."
"Pacar?" Mata Valeri melebar mendengar jawaban Cala.
"W-what baby?"
Cala terkejut sampai terbata-bata. Dari mana Valeri bisa mengartikan seperti itu. Sepertinya dia harus mulai menyeleksi kawan-kawan dekat putrinya itu, jika tidak Valeri bisa mendapat kosa-kata yang aneh-aneh di luaran sana.
"Girlfriend is mean pacar kan?" jawab Valeri sedikit bingung.
"Kenapa kamu bisa mengartikan seperti itu baby?"
"Xenna said boyfriend or girlfriend is pacar Daddy, sedangkan sahabat itu seperti Valeri dan Emma atau Xenna dan Gleen." Valeri berusaha menjelaskan semua yang dia ketahui.
"Bahasa inggris Valeri bagus, kan?" tanya Cala dengan binar licik dimatanya.
"Yeah, sedikit lebih baik maybe." Valeri tidak terlalu yakin dengan bahasa inggris yang baru saja dia pelajari.
"Jangan khawatir baby, ini sederhana saja. Apa arti girl?" Cala mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Perempuan."
"Okay, lalu friend apa artinya?"
"Teman."
"Jadi girlfriend artinya?"
"Teman perempuan..." ucapnya kebingungan. Mengapa dia merasa ada yang salah?
"Nah itu kamu tahu kan!"
Sejujurnya bagi Valeri, daddy-nya benar, tapi entah mengapa ada rasa tidak puas dalam dirinya yang dia rasakan.
"Jadi Sissylia Fransiska itu teman perempuan, Daddy?"
"Ya, something like that."
Hening kemudian, sampai bocah itu memanggil Cala seolah ingin kembali mengajukan pertanyaan.
"Daddy...,"
"Yes baby?"
Sedetik kemudian, Valeri menundukkan kepalanya seperti tidak memiliki keberanian untuk bertanya.
"Hey ... what's going on?" Cala mengangkat wajah Valeri ketika didapati sang putri menunduk.
"Kemana Daddy kemarin malam?"
Hollyshit!
Umpatan lirih lolos dari bibir Cala saat Valeri bertanya kemana dia pergi kemarin. Sekarang dia harus menjawab apa?
"Emm, Daddy melakukan perjalanan bisnis." Cala mencoba menjawab pertanyaan Valeri sebisanya. Sial! Memiliki putri yang kritis dan jeli benar-benar seperti bumerang baginya.
"On the weekend?"
"Yeah baby, kamu akan mengerti jika sudah besar nanti."
'Ya, putrimu yang pintar ini akan mengerti jika kamu memiliki affair dengan perempuan lain saat dia besar nanti.' batin Cala mengejek dirinya sendiri.
Pada akhirnya, Cala menyerah pada bocah kecilnya yang pintar tersebut. Dia pun berfikir bagaimana cara mengalihkan Valeri. Ketika dia tak sengaja melirik rear-view-mirror, itu bertepatan dengan Ferrel yang juga melirik benda tersebut, keduanya saling berkomunikasi lewat tatapan mata.
"Missy, Uncle boleh bertanya?"
"Of course Uncle, tanya saja Valeri mendengarkan."
"Siapa Xenna? Sepertinya Uncle baru mendengar yang satu itu. Kalau Emma dan Gleen, Uncle sudah tahu," Ferrel mencoba mengalihkan perhatian Valeri agar tidak lanjut bertanya soal Sissylia.
Repotnya menjadi asisten ya seperti ini. Memang benar dia hanya seorang driver. Akan tetapi, dia juga menyambi jadi penjaga rahasia dan pengalih perhatian. Sejujurnya, dia kasihan juga dengan bocah itu, tapi lebih kasihan lagi dirinya kalau dipecat kan?
"Dia itu Avixenna, Uncle. Memang jarang masuk sekolah karena sering sekali pergi keluar negeri bersama ayah dan bundanya."
Valeri sudah terdistraksi, selayaknya anak kecil yang mudah sekali teralihkan. Apa lagi seorang Valeri itu suka sekali bercerita, jadi dia akan bersemangat untuk menceritakan sesuatu yang sangat dia ketahui pada orang lain terlebih pada orang yang sangat dirinya kenal.
"Benarkah? Wah, kenapa dia jarang masuk. Padahal dia harus sekolah kan?" ujar Ferrel.
"Dia ikut ayah dan bundanya yang sering sekali show keluar negeri, Uncle. Uncle tahu nama bunda Xenna hampir mirip dengan namaku."
"Oh ya! siapa namanya Missy?"
"Velora, kalau namaku kan Valeri!"
Valeri bersemangat menceritakan hal tersebut sampai dia lupa apa yang ingin dia ketahui dari Cala. Sedangkan Cala menghela nafas lega, lalu berpikir untuk memberi bonus pada Ferrel nantinya.
Sepanjang perjalan menuju ke sekolah, di dalam mobil diriuhkan oleh percakapan antara gadis kecil itu dengan Ferrel. Sedangkan Cala hanya sesekali menanggapi keduanya jika ditanya pendapat tentang apa yang keduanya perbincangkan.
"Sudah sampai Missy."
"Thank you, Uncle." ujarnya dengan senyuman manis pada driver tersebut.
"Daddy, Valeri sekolah dulu ya. Daddy hati-hati di jalan dan sampai kantor nanti."
Valeri memberi pesan kepada Cala dengan gaya khas anak-anaknya, meski agak berantakan saat dia melafalkan setiap kata dengan cepat. Untungnya Cala mengerti, dia pun turut turun mengantar Valeri walau hanya berdiri memperhatikan dari sisi mobil. Sampai kemudian dia menemukan bocah laki-laki kecil menanti Valeri dengan senyum lebar, bersama Emma dan Gleen yang melambaikan tangannya pada putrinya juga. Cala berpikir mungkin saja itu adalah Xenna yang diceritakan oleh Valeri tadi. Apa dia harus menjauhkan Valeri dari Avixenna ini?
"Daddy, itu yang pakai baju biru dongker adalah Xenna. Dia baik sekali, sering membelaku sewaktu teman-teman iseng menjahiliku, Dad."
Baiklah sepertinya dia harus mengurungkan niatnya menjauhkan Xenna dari putrinya. Namun dia tetap harus mengawasi keduanya.
Seperti Cala bisa melakukannya saja, jika kenyataannya waktunya habis untuk bekerja dan menyenangkan Sissylia.
Bersambung...
Wajah Sissylia nampak berseri-seri ketika dia keluar dari kamar bersama Arcala, keduanya berbincang selama perjalanan menuju ruang makan."Bagaimana dengan pihak manajemen?" tanya Arcala perihal beberapa kontrak yang dibatalkan oleh pihak penyelenggara."Mereka sedikit keberatan, tapi mau bagaimana lagi semua sudah terjadi.""Apa mereka meminta pinalti?""Beberapa, ya dan aku sudah membayar pinaltinya." Sissylia nampak tidak keberatan jika namanya tercemar, dia menganggap ini bayaran atas kesalahannya di masa lalu."Jika ada yang meminta ganti rugi, katakan saja padaku," ucap Arcala menenangkan istrinya."Tenanglah, aku masih memiliki cukup uang untuk mengurus semua itu.""Tidak, apa yang kamu alami. Aku ikut andil di dalamnya, jadi aku harus ikut bertanggung jawab. Lagipula sekarang kamu istriku By," jawab Arcala merasa kosong dengan status baru Sissylia. Lidahnya terbiasa dengan panggilan istri untuk Ressi.Keduanya duduk di ruang makan, menantikan hidangan makan siang sambil meliha
Sissylia berusaha melepas gaun pengantin yang rumit itu namun selalu gagal sampai membuatnya mendesah lelah."Loh, kamu belum ganti baju, By?" tanya Arcala yang sudah terlihat segar setelah keluar dari kamar mandi."Aku tidak bisa melepas gaunnya," keluh Sissy dengan kesal."Kamu sendiri loh yang memilih gaun itu," ujar Arcala menggoda namun juga mendekat untuk membantu istrinya."Jangan menggodaku, Cala!""Apa, aku tidak melakukan apa pun." Satu per satu tali temali gaun Sissylia terlepas, punggung mulusnya terlihat sedikit demi sedikit. Membuat Arcala tergiur untuk menyentuh punggung Sissylia menggunakan bibirnya.Mencium inchi demi inchi punggung istrinya tanpa terlewat, Arcala menuntun Sissylia agar berdiri sehingga gaun yang dikenakan olehnya melorot turun di bawah kakinya. "I love your body.""Just my body?" desah Sissylia tertahan ketika Arcala menangkup kedua dadanya dari belakang."Semuanya, aku menyukai semua yang ada pada dirimu." Remasan perlahan yang dia rasakan bahkan s
Tanpa tahu jika putrinya, tengah duduk termenung di dalam kamarnya menatap ke arah jendela.Menantikan daddy-nya yang sudah beberapa hari tidak pulang, kakek dan neneknya baru saja pulang setelah memastikan bahwa cucunya dalam keadaan baik-baik saja.Sama seperti Valeri yang sebenarnya enggan untuk tinggal di dalam rumah Ragananta. Begitu juga Bram dan Rossy yang tidak betah tinggal di sana.Jika saja dia bisa segera menyelesaikan urusannya dengan daddy-nya. Sudah pasti Valeri memilih angkat kaki dari dalam rumah yang kini dia tinggali.Merenung menatap jalanan depan rumah, Valeri menemukan satu mobil yang cukup aneh sebab ada karangan bunga di beberapa bagian.Valeri hanya memperhatikan saja, enggan untuk turun melihat siapa yang datang.Tak berselang lama, Ferrel muncul dari kursi pengemudi. Membuka pintu penumpang, Arcala turun terlebih dahulu menggandeng satu tangan dengan sarung tangan berwarna putih panjang.Saat orang yang digandeng Arcala ikut turun.Valeri berani bersumpah ji
Rintihan itu berubah menjadi erangan dan desahan halus sekaligus berubah dari wajah Ressi kembali ke wajah Sissylia yang nampak tak kuasa menyambut gerakan Arcala yang semakin menggila.Entah berapa kali klimaks yang didapat olehnya, sampai tubuhnya pasrah dengan gerakan Arcala yang tak kunjung sampai.Hingga akhirnya tubuh Arcala menegang dengan gerakannya yang tersendat-sendat. Arcala ambruk di samping tubuh Sissylia yang sudah penuh dengan peluh hasil percintaan mereka. Bahkan cairan miliknya dan milik Sissylia bercampur sampai meluber dari inti wanita di sampingnya."Kamu sudah melepas alat kontrasepsimu?" tanya Arcala berharap mereka akan memiliki anak kembali. Supaya bayangan Ressi hilang darinya ketika dia tengah bercinta dengan Sissylia."Aku tidak akan melepasnya sebelum kita menikah, Cala. Lagipula kasihan Valeri yang sama sekali tidak mendapat kasih sayang dariku."Mencium dahi Sissylia, Arcala membenarkan perkataan kekasihnya dalam diam. Hanya saja dirinya tidak habis fi
Pemberitaan mengenai perceraian Arcala Ressi dan masalah yang menjadi latar belakangnya begitu ramai diperbincangkan di hadapan publik.Bahkan beberapa stasiun televisi tidak sungkan membawa-bawa semua pakar mulai dari telematika sampai pakar astronomi. Bahkan sekelas dukun juga mereka datangkan hanya demi membahas perceraian antara Ragananta dan Fatmalodya.Berbagai foto yang memuat gambar Arcala dari berbagai sisi, dibahas dengan sangat detail. Beberapa kali Sissylia mendapat undangan untuk jadi narasumber atau pengisi acar. Dirinya begitu laris, stasiun televisi yang diambang gulung tikar rela memeras kering sana perusahaan untuk mengundang Sissylia.Benar saja, tak berapa lama setelah kemunculan Sissylia. Stasiun tivi tersebut banjir pujian dan investor.Pemberitaan tentang kandasnya pernikahan Arcala Ressi yang disebabkan oleh orang ketiga tersebar ke seluruh penjuru kota.Di dalam lama sebuah media sosial, baik itu akun milik Sissy maupun Arcala. Panen hujatan namun ada beberap
"Aku akan menikahi Sissy setelah percerainku dengan Ressi resmi.""Terserah padamu Raga, kamu laki-laki. Tidak butuh restu atau wali bukan" gumam Bram di ruang kerja dalam rumahnya.Rossy enggan menemui Cala sebab merasa malu kepada gadis sebaik Ressi. Dia seolah telah menjebak gadis itu untuk tenggelam dalam danau kedukaan selama hidup bersama putranya.Jelas ini sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh Arcala meski hanya sedikit meleset.Dia pikir orang tuanya akan menentang niatnya habis-habisan. Nyatanya mereka membiarkan cenderung tidak perduli dengan apa pun yang hendak Arcala lakukan."Papa dan mama benar-benar tidak akan datang saat pernikahanku nanti?" tanya Arcala sekali lagi untuk memastikan jika dia tidak salah dengar.Bram mengangguk tanpa bicara."Lalu apa yang akan kukatakan kepada orang tua Sissylia, Pa?""Kau bisa mencari alasan apa saja, mengurusi Valeri yang sedang ngambek misalnya." Ayah dari Arcala itu mengendikkan bahu tak acuh.Memang benar, beberapa hari terakhir
"Aku kurang tahu, semua terjadi ketika aku, papa dan mama pergi menemui Rivan," jawab Revan datar."Nah iya, apa Rivan kembali ke sini pada akhirnya?" tanya Arga teralihkan."Tidak, dia justru ingin pamit pergi lagi.""Kenapa, tidak kamu tidak Rivan sama menyebalkannya," gerutu Arga yang berjalan menuju parkiran."Kamu ingin mendengar perkara Ressi atau Rivan?!" geram Revan."Kalau bisa dua-duanya kenapa harus salah satu?" Kini dia sudah berada dalam mobil, menyetir sendirian ke arah rumah Ressi."Jangan katakan kamu langsung kemari?" tanya Revan tidak percaya."Apa masalahnya?" Arga mnegetuk-ngetukkan jemarinya pada roda kemudi ketika menunggu di lampu merah untuk menahan diri agar tidak menerobos lampu yang sialannya tidak ada mobil lain yang menanti lampu merah, banyak dari mereka yang lanjut karena belok kiri.Rasanya Arga ingin menekan pedal gas dalam-dalam supaya segera terbebas dari lampu merah itu. "Setidaknya mandilah dulu Arga," cela Revan."Aku akan numpang mandi di kamarm
Seperti yang diinginkan Ressi, sidang cerainya berjalan lancar dengan dia yang sengaja tidak muncul pada tiap sesi sidang bahkan saat mediasi sekalipun.Ketika sidang usai, banyak media yang menyerbu dan mengamati tiap detik jalannya sidang.Arcala memilih diam dan membiarkan pengacaranya yang berbicara tentang alasan perceraiannya dengan Ressi.Tidak pernah Arcala mengucapkan statemen yang sekiranya merugikan Ressi, namun juga dia tidak banyak bicara ketika awak media mulai menyinggung mengenai hubungannya dengan Sissylia.Semua dia serahkan kepada pengacaranya.Di sisi lain, Valeri termenung dan mengurung diri di dalam kamarnya. Dia gentar saat ingin ke luar dari rumah, takut jika sewaktu-waktu para pemburu berita itu mengerumuni dirinya. Belum lagi teman-temannya yang akan menanyakan ini itu padanya.Namun, yang paling menguasai hati gadis kecil itu hanyalah pertanyaan-pertanyaan yang berputar di dalam otak kecilnya.Bagaimana keadaan mommy-nya?Bagaimana perasaan mommy-nya?Apakah
"Kita tidak akan bertemu sampai kamu tahu apa yang kamu mau, Cala," pungkas Sissylia."Tidak tidak, jangan seperti ini aku mohon. Aku justru akan semakin kehilangan arah, tetaplah berada di sisiku," pinta Arcala menggenggam erat kedua telapak tangan kekasihnya.Benar apa yang dikatakan Arcala, jika dia meninggalkan pria itu di saat seperti ini. Bisa jadi lelaki itu justru semakin tersesat dan kehilangan arah lalu tidak akan kembali padanya, lalu untuk apa perjuangan yang dia lakukan selama ini sampai dia rela dipandang buruk oleh semua orang."Okay, aku akan tinggal tapi kamu juga harus menelaah perasaan kamu." Sissylia mencoba meyakinkan diri dengan cara memeluk kekasihnya, mencari pegangan untuk menguatkan perasaannya.Pada akhirnya mereka kembali ke rumah masing-masing.Berita perceraian Ressi dan Arcala menjadi berita yang sangat menggemparkan bagi seluruh media tanah air. Nama Sissylia juga dibawa-bawa dalam setiap berita, sedangkan Ressi tidak pernah sekalipun muncul untuk melak