Home / Romansa / Jerat Sang Model / 7. Dipandang Hina

Share

7. Dipandang Hina

Author: Bebicaisim
last update Last Updated: 2022-01-12 16:14:20

Perjalanan menuju kantor dari sekolah Valeri memakan waktu cukup lama, untung saja kantor itu milik Cala sendiri. Lagipula jam kerja di sana cukup fleksibel namun tetap menuntut tanggung jawab besar dari para karyawannya. Yah setidaknya mereka harus tahu diri meski sudah dimudahkan bekerja di perusahaan. 

Jahat?

Ah tidak juga, hanya semua memang butuh timbal-balik kan. 

Sesampainya di kantor, asisten Cala sudah menunggu di pintu depan. Turun dari mobil Cala mulai mendengarkan Dera yang menuturkan apa saja jadwalnya hari ini. Cala tidak suka memiliki asisten perempuan bahkan kalau bisa dia ingin agar pegawai kantornya laki-laki semua. Bukan karena dia mendiskriminasi perempuan, hanya saja perempuan dan mulut pedasnya sudah tidak bisa ditolerir lagi. 

Tapi kantornya juga butuh pekerja wanita setidaknya untuk menarik klien. Ayolah ... Dia juga bukan orang yang munafik, dia hanya menjadikan pegawai wanita sebagai umpan untuk memancing klien. Sisanya, kalau mereka mau melakukan kepentingan mereka ya itu urusan mereka sendiri. Yang penting tidak mempengaruhi kantor dan juga kinerja karyawan itu sendiri.

Namun, di kantor miliknya, Cala menekankan dengan sangat jelas di dalam draft peraturan kantor. Jika seluruh karyawan Caly World dilarang mencampuri urusan pribadi karyawan lainnya, kecuali jika sang empu privasi mengizinkan. Jadi sejak Cala membuat peraturan itu keadaan kantor jauh lebih kondusif, meski mata-mata sinis, kepo dan lain sebagainya hampir mampu melubangi punggungnya.

Selama mereka tidak melakukan secara terang-terangan yang pasti akan susah karena setiap sudut ruangan diawasi oleh cctv. 

Boss selalu benar, ingat!

Jangan mengusik privasi orang lain.

Akan tetapi Cala tidak akan memberikan privasi bagi karyawannya.

Egois?

Sudahlah, itulah resiko menjadi pekerja di kantor Cala. Namun,semua itu juga sebanding dengan gaji, bonus, dan tunjangan yang mereka dapatkan. 

"Terakhir, nona Sissylia membuat janji untuk bertemu dengan Anda makan siang nanti, Pak. Beliau mengatakan jika akan menemui Anda di ruangan Anda."

Untung saja saat mengatakan hal itu, Dera dan Cala sudah berada di dalam lift khusus petinggi kantor.

"Baiklah, jangan lupa katakan pada Feby agar mengijinkan Sissy langsung masuk." ujar Cala memerintah Dera.

"Baik, Pak."

Setelah lift sampai pada lantai tempat ruangannya berada, Cala dan Dera segera keluar dan berjalan dengan sedikit cepat menuju ruangannya. Cala tidak suka jika ruangan asisten berada di dalam satu ruangan dengannya, maka untuk asisten dia meminta pada pihak kontraktor untuk membuat ruangan sendiri, jadi orang akan berpikir jika kantornya memiliki dua pemimpin. Ya memang bisa dikatakan seperti itu sih, karena kalau Cala sedang malas meeting atau bertemu klien maka Dera yang akan melakukannya. Jika saja Dera adalah orang yang memiliki hati yang busuk, maka dia akan menjual informasi perusahaan pada saingan mereka.

Namun, sekali lagi saat Cala mempercayai seseorang maka dia akan menjerat orang itu sampai bernafas pun harus dengan izinnya. Setelah orang itu tunduk pada Cala maka jangankan bernafas, dunia akan Cala berikan untuk orang tersebut. Itu hanyalah perumpamaan saja. Bukan berarti Cala akan benar-benar memberikan dunia untuk orang itu, hanya apapun yang orang tersebut butuhkan akan Cala sediakan.

Masuk ke ruangan masing-masing, Cala mulai tenggelam pada pekerjaannya. Hingga tanpa dia sadari waktu telah beranjak siang. Mendesah lelah, Cala menyandarkan diri pada kursi setelah menandatangani dokumen terakhirnya, dia mengharap agar kekasihnya segera tiba. Lalu dia akan mengisi ulang tenaganya pada kekasihnya itu, sampai ponsel Cala bergetar menandakan ada pesan masuk.

Revan: 

Tuan, nyonya tidak keluar sama sekali dari rumah.

Arcala: 

Baiklah, tetap pantau dan turuti apa yang dia mau. Coba tanya apa dia mau ke dokter, tadi dia tidak menghabiskan makanannya, siapa tahu dia sedang sakit.

Revan: 

Baik Tuan.

Membalik ponselnya, Cala memejamkan mata meresapi pening yang tiba-tiba muncul.

***

Sissylia menetap di dalam mobil beberapa menit setelah dia sampai di kantor milik Arcala, diam mengamati ruangan di lantai atas tempat pria itu berada.

Bukan sekali dua kali dia mendatangi kantor pria itu tapi Sissy tetap merasa asing dengan orang-orang di dalam sana. Hanya di dalam ruangan bersama Cala dia merasa nyaman dan untuk menuju ke sana dia harus bertemu banyak orang.

Menghela nafas sekali lagi Sissy mempersiapkan diri untuk turun.

"Berapa ongkosnya, Pak?"

"Lima puluh ribu, Mbak."

Membuka tas tangan yang dia bawa, Sissy mengambil selembar uang yang disebutkan oleh driver taksi online yang dia tumpangi lalu menyerahkan uang tersebut. Turun dari taksi perasaan Sissy memintanya untuk berbalik saja. Namun hatinya meminta bertemu dengan belahan jiwanya sampai hatinya lah yang menang.

Melangkah perlahan menuju lobi kantor, sambutan yang Sissy rasa tidak cukup tulus dia dapatkan dari orang kantor. Dia tahu jika apa yang dia lakukan itu salah, namun apa yang salah jika cinta sudah melabuhkan diri. 

Seperti kata mereka, bahwa cinta itu buta.

Menghampiri resepsionis, Sissy menguatkan hati sekali lagi untuk memohon izin. Meski mungkin dia memiliki cinta yang salah maka, cukuplah hal itu yang menjadi hal buruk dalam dirinya. Dia ingin membangun citra dan attitude yang baik dalam bersosialisasi dengan orang lain.

Tidak peduli apakah hal itu bisa diterima atau tidak setidaknya dia telah mencoba.

"Mbak, saya ingin bertemu dengan bapak Arcala."

"Sudah membuat janji?"

"Sudah."

"Atas nama siapa Mbak?"

"Sissylia Fransiska."

Resepsionis dengan name-tage Feby itupun sedikit terkejut dan mulai memasang wajah yang tidak mengenakkan bagi Sissy.

'Sabar, sabar sudah biasa seperti ini. Tidak perlu kamu masukkan ke dalam hati, kamu sudah terlatih untuk hal-hal begini bukan.' Sissy membatin meski tidak urung perasaannya terasa perih juga. Dia merasa apakah dirinya pantas mendapat kebencian dari semua orang? 

Bersambung…

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jerat Sang Model   90. Kecewa

    Wajah Sissylia nampak berseri-seri ketika dia keluar dari kamar bersama Arcala, keduanya berbincang selama perjalanan menuju ruang makan."Bagaimana dengan pihak manajemen?" tanya Arcala perihal beberapa kontrak yang dibatalkan oleh pihak penyelenggara."Mereka sedikit keberatan, tapi mau bagaimana lagi semua sudah terjadi.""Apa mereka meminta pinalti?""Beberapa, ya dan aku sudah membayar pinaltinya." Sissylia nampak tidak keberatan jika namanya tercemar, dia menganggap ini bayaran atas kesalahannya di masa lalu."Jika ada yang meminta ganti rugi, katakan saja padaku," ucap Arcala menenangkan istrinya."Tenanglah, aku masih memiliki cukup uang untuk mengurus semua itu.""Tidak, apa yang kamu alami. Aku ikut andil di dalamnya, jadi aku harus ikut bertanggung jawab. Lagipula sekarang kamu istriku By," jawab Arcala merasa kosong dengan status baru Sissylia. Lidahnya terbiasa dengan panggilan istri untuk Ressi.Keduanya duduk di ruang makan, menantikan hidangan makan siang sambil meliha

  • Jerat Sang Model   89. Siang Pertama Pernikahan

    Sissylia berusaha melepas gaun pengantin yang rumit itu namun selalu gagal sampai membuatnya mendesah lelah."Loh, kamu belum ganti baju, By?" tanya Arcala yang sudah terlihat segar setelah keluar dari kamar mandi."Aku tidak bisa melepas gaunnya," keluh Sissy dengan kesal."Kamu sendiri loh yang memilih gaun itu," ujar Arcala menggoda namun juga mendekat untuk membantu istrinya."Jangan menggodaku, Cala!""Apa, aku tidak melakukan apa pun." Satu per satu tali temali gaun Sissylia terlepas, punggung mulusnya terlihat sedikit demi sedikit. Membuat Arcala tergiur untuk menyentuh punggung Sissylia menggunakan bibirnya.Mencium inchi demi inchi punggung istrinya tanpa terlewat, Arcala menuntun Sissylia agar berdiri sehingga gaun yang dikenakan olehnya melorot turun di bawah kakinya. "I love your body.""Just my body?" desah Sissylia tertahan ketika Arcala menangkup kedua dadanya dari belakang."Semuanya, aku menyukai semua yang ada pada dirimu." Remasan perlahan yang dia rasakan bahkan s

  • Jerat Sang Model   88. Tidak Penting

    Tanpa tahu jika putrinya, tengah duduk termenung di dalam kamarnya menatap ke arah jendela.Menantikan daddy-nya yang sudah beberapa hari tidak pulang, kakek dan neneknya baru saja pulang setelah memastikan bahwa cucunya dalam keadaan baik-baik saja.Sama seperti Valeri yang sebenarnya enggan untuk tinggal di dalam rumah Ragananta. Begitu juga Bram dan Rossy yang tidak betah tinggal di sana.Jika saja dia bisa segera menyelesaikan urusannya dengan daddy-nya. Sudah pasti Valeri memilih angkat kaki dari dalam rumah yang kini dia tinggali.Merenung menatap jalanan depan rumah, Valeri menemukan satu mobil yang cukup aneh sebab ada karangan bunga di beberapa bagian.Valeri hanya memperhatikan saja, enggan untuk turun melihat siapa yang datang.Tak berselang lama, Ferrel muncul dari kursi pengemudi. Membuka pintu penumpang, Arcala turun terlebih dahulu menggandeng satu tangan dengan sarung tangan berwarna putih panjang.Saat orang yang digandeng Arcala ikut turun.Valeri berani bersumpah ji

  • Jerat Sang Model   87. Arcala-Sissylia

    Rintihan itu berubah menjadi erangan dan desahan halus sekaligus berubah dari wajah Ressi kembali ke wajah Sissylia yang nampak tak kuasa menyambut gerakan Arcala yang semakin menggila.Entah berapa kali klimaks yang didapat olehnya, sampai tubuhnya pasrah dengan gerakan Arcala yang tak kunjung sampai.Hingga akhirnya tubuh Arcala menegang dengan gerakannya yang tersendat-sendat. Arcala ambruk di samping tubuh Sissylia yang sudah penuh dengan peluh hasil percintaan mereka. Bahkan cairan miliknya dan milik Sissylia bercampur sampai meluber dari inti wanita di sampingnya."Kamu sudah melepas alat kontrasepsimu?" tanya Arcala berharap mereka akan memiliki anak kembali. Supaya bayangan Ressi hilang darinya ketika dia tengah bercinta dengan Sissylia."Aku tidak akan melepasnya sebelum kita menikah, Cala. Lagipula kasihan Valeri yang sama sekali tidak mendapat kasih sayang dariku."Mencium dahi Sissylia, Arcala membenarkan perkataan kekasihnya dalam diam. Hanya saja dirinya tidak habis fi

  • Jerat Sang Model   86. Shit Imagination

    Pemberitaan mengenai perceraian Arcala Ressi dan masalah yang menjadi latar belakangnya begitu ramai diperbincangkan di hadapan publik.Bahkan beberapa stasiun televisi tidak sungkan membawa-bawa semua pakar mulai dari telematika sampai pakar astronomi. Bahkan sekelas dukun juga mereka datangkan hanya demi membahas perceraian antara Ragananta dan Fatmalodya.Berbagai foto yang memuat gambar Arcala dari berbagai sisi, dibahas dengan sangat detail. Beberapa kali Sissylia mendapat undangan untuk jadi narasumber atau pengisi acar. Dirinya begitu laris, stasiun televisi yang diambang gulung tikar rela memeras kering sana perusahaan untuk mengundang Sissylia.Benar saja, tak berapa lama setelah kemunculan Sissylia. Stasiun tivi tersebut banjir pujian dan investor.Pemberitaan tentang kandasnya pernikahan Arcala Ressi yang disebabkan oleh orang ketiga tersebar ke seluruh penjuru kota.Di dalam lama sebuah media sosial, baik itu akun milik Sissy maupun Arcala. Panen hujatan namun ada beberap

  • Jerat Sang Model   85. Meminta Restu

    "Aku akan menikahi Sissy setelah percerainku dengan Ressi resmi.""Terserah padamu Raga, kamu laki-laki. Tidak butuh restu atau wali bukan" gumam Bram di ruang kerja dalam rumahnya.Rossy enggan menemui Cala sebab merasa malu kepada gadis sebaik Ressi. Dia seolah telah menjebak gadis itu untuk tenggelam dalam danau kedukaan selama hidup bersama putranya.Jelas ini sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh Arcala meski hanya sedikit meleset.Dia pikir orang tuanya akan menentang niatnya habis-habisan. Nyatanya mereka membiarkan cenderung tidak perduli dengan apa pun yang hendak Arcala lakukan."Papa dan mama benar-benar tidak akan datang saat pernikahanku nanti?" tanya Arcala sekali lagi untuk memastikan jika dia tidak salah dengar.Bram mengangguk tanpa bicara."Lalu apa yang akan kukatakan kepada orang tua Sissylia, Pa?""Kau bisa mencari alasan apa saja, mengurusi Valeri yang sedang ngambek misalnya." Ayah dari Arcala itu mengendikkan bahu tak acuh.Memang benar, beberapa hari terakhir

  • Jerat Sang Model   84. Sendu

    "Aku kurang tahu, semua terjadi ketika aku, papa dan mama pergi menemui Rivan," jawab Revan datar."Nah iya, apa Rivan kembali ke sini pada akhirnya?" tanya Arga teralihkan."Tidak, dia justru ingin pamit pergi lagi.""Kenapa, tidak kamu tidak Rivan sama menyebalkannya," gerutu Arga yang berjalan menuju parkiran."Kamu ingin mendengar perkara Ressi atau Rivan?!" geram Revan."Kalau bisa dua-duanya kenapa harus salah satu?" Kini dia sudah berada dalam mobil, menyetir sendirian ke arah rumah Ressi."Jangan katakan kamu langsung kemari?" tanya Revan tidak percaya."Apa masalahnya?" Arga mnegetuk-ngetukkan jemarinya pada roda kemudi ketika menunggu di lampu merah untuk menahan diri agar tidak menerobos lampu yang sialannya tidak ada mobil lain yang menanti lampu merah, banyak dari mereka yang lanjut karena belok kiri.Rasanya Arga ingin menekan pedal gas dalam-dalam supaya segera terbebas dari lampu merah itu. "Setidaknya mandilah dulu Arga," cela Revan."Aku akan numpang mandi di kamarm

  • Jerat Sang Model   83. Bayaran

    Seperti yang diinginkan Ressi, sidang cerainya berjalan lancar dengan dia yang sengaja tidak muncul pada tiap sesi sidang bahkan saat mediasi sekalipun.Ketika sidang usai, banyak media yang menyerbu dan mengamati tiap detik jalannya sidang.Arcala memilih diam dan membiarkan pengacaranya yang berbicara tentang alasan perceraiannya dengan Ressi.Tidak pernah Arcala mengucapkan statemen yang sekiranya merugikan Ressi, namun juga dia tidak banyak bicara ketika awak media mulai menyinggung mengenai hubungannya dengan Sissylia.Semua dia serahkan kepada pengacaranya.Di sisi lain, Valeri termenung dan mengurung diri di dalam kamarnya. Dia gentar saat ingin ke luar dari rumah, takut jika sewaktu-waktu para pemburu berita itu mengerumuni dirinya. Belum lagi teman-temannya yang akan menanyakan ini itu padanya.Namun, yang paling menguasai hati gadis kecil itu hanyalah pertanyaan-pertanyaan yang berputar di dalam otak kecilnya.Bagaimana keadaan mommy-nya?Bagaimana perasaan mommy-nya?Apakah

  • Jerat Sang Model   82. Mengalah

    "Kita tidak akan bertemu sampai kamu tahu apa yang kamu mau, Cala," pungkas Sissylia."Tidak tidak, jangan seperti ini aku mohon. Aku justru akan semakin kehilangan arah, tetaplah berada di sisiku," pinta Arcala menggenggam erat kedua telapak tangan kekasihnya.Benar apa yang dikatakan Arcala, jika dia meninggalkan pria itu di saat seperti ini. Bisa jadi lelaki itu justru semakin tersesat dan kehilangan arah lalu tidak akan kembali padanya, lalu untuk apa perjuangan yang dia lakukan selama ini sampai dia rela dipandang buruk oleh semua orang."Okay, aku akan tinggal tapi kamu juga harus menelaah perasaan kamu." Sissylia mencoba meyakinkan diri dengan cara memeluk kekasihnya, mencari pegangan untuk menguatkan perasaannya.Pada akhirnya mereka kembali ke rumah masing-masing.Berita perceraian Ressi dan Arcala menjadi berita yang sangat menggemparkan bagi seluruh media tanah air. Nama Sissylia juga dibawa-bawa dalam setiap berita, sedangkan Ressi tidak pernah sekalipun muncul untuk melak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status