Share

Bab 2. Pergi ke markas Geng Serigala Putih

Leonardo semakin yakin jika wanita di depannya bukan wanita sembarangan saat melihat ekspresi Clarissa yang biasa saja membuat

“Siapa sebenarnya kamu? Kenapa kamu tidak merasa takut sama sekali kepadaku?” tanya Leonardo tepat di hadapan Clarissa.

Salah satu sudut bibir Clarissa tertarik saat mendengar ucapan Leonardo yang terkesan penasaran kepadanya. “Clarissa.” 

Clarissa tidak mengatakan apa pun. Dia ingin Leonardo lebih penasaran kepadanya hingga membuat lelaki itu terjerat dalam genggamannya agar dia lebih mudah untuk membalas dendam kepada David Lee,. Clarissa tahu jika Leonardo Shu adalah keponakan dari istri David Lee. Namun, sayangnya Leonardo Shu tidak tau dengan siapa saat ini dia berhadapan.

“Apa pekerjaanmu?” tanya Leonardo Shu dengan menatap Clarissa secara intens.

Clarissa dengan santai melangkah menuju ke meja yang ada di kamar Leonardo. Dia mencoba mengambil sebuah pisau buah, mulai memainkan pisau tersebut dengan cara melemparkan ke atas berulang kali. 

“Menurut Tuan apa pekerjaanku?” ucap Clarissa menatap Leonardo dengan menangkap Pisau yang baru saja dia lempar ke atas.

“Jangan membuatku semakin penasaran, Nona! Katakan siapa dirimu, dan apa pekerjaanmu?” Leonardo sudah sangat kesal mendengar semua celotehan Clarissa. Dia tidak sabar mendengar jawaban dari Clarissa. Tangannya mengepal, rahangnya mengeras. Dia merasa dipermainkan Clarissa. Aura pembunuh semakin melekat di tubuhnya saat Clarissa tidak langsung menjawab pertanyaannya.

Clarissa mengambil sebuah apel tanpa izin dari Leonardo. Dia mengupas buah apel tersebut dengan santai. “Jika aku mengatakan semuanya kepada Tuan. Apakah Tuan akan menuruti semua permintaanku?”

“Apa yang sebenarnya kamu inginkan? Atau jangan-jangan kamu ingin menjebakku dengan pura-pura pingsan di depan mobil?” tanya Leonardo. Jika saja Clarissa bukan seorang wanita, mungkin saat ini juga Leonardo akan membunuh Clarissa.

Clarissa menggigit apel tersebut, dan menikmati setiap gigitan apel yang masuk ke dalam mulutnya. Sudah lama dia tidak makan buah sampai dia tidak memedulikan ocehan Leonardo. Tentu saja hal itu membuat Leonardo naik tikam. Dia merasa Clarissa tidak tahu diri.

“Buang apel itu! Aku tidak mengizinkan mu menyentuh barangku. Apalagi memakan makanan yang ada di kamarku!” bentak Leonardo. Dia mulai habis kesabarannya menghadapi Clarissa.

Clarissa menaruh apel tersebut kembali ke wadahnya. Bahkan dia juga memuntahkan apel yang baru saja dia kunyah ke dalam wadah buah. Membuat mata Leonardo melotot. 

“Apa yang kamu lakukan?!” tanya Leonardo meninggikan suaranya. Dia tidak mengerti akan kelakuan Clarissa yang semakin ruwet.

“Bukankah, Tuan memintaku untuk membuang apel ini? Rasanya sayang jika apel ini di buang. Jadi aku taruh di tempat dia berasal. Oh ya, Tuan ingin tahu siapa aku, pekerjaanku sebagai apa? Sekali lagi aku katakan namaku Clarissa. Aku hanya wanita biasa yang belum mempunyai sebuah pekerjaan. Namun kalau aku disuruh membunuh orang, aku masih sanggup, Tuan. Ya ... anggap saja aku adalah pembunuh bayaran.”

Sulit bagi Leonardo percaya jika wanita secantik Clarissa adalah seorang pembunuh bayaran. Namun, jika dilihat dari cara dia menghadapi Leonardo yang terkesan santai, membuat Leonardo merasa sedikit yakin dengan apa yang dikatakan Clarissa. 

Leonardo kembali mendekati Clarissa. Kali ini dia menarik tangan Clarissa pergi dari kamarnya. Dia ingin membuktikan apa yang dikatakan oleh Clarissa.

Clarissa hanya mengikuti langkah Leonardo, tanpa ingin memberontak. Dia ingin tahu kemana Leonardo akan membawanya. 

Semua penghuni di mansion itu manatap Clarissa yang saat ini ditarik tangannya oleh Leonardo. Mereka sangat khawatir dengan gadis yang belum mereka kenal. Karena mereka tahu sifat asli Leonardo. 

Leonardo melepaskan tangan Clarissa dengan keras hingga Clarissa bersadar di samping mobil.

“Masuk!” bentak Leonardo meminta Clarissa untuk masuk ke mobilnya. Namun ,sayangnya Clarissa bukannya menuruti perintah Leonardo, tetapi dia malah bersedekap dada. Seolah-olah menantang Leonardo.

“Maaf, Tuan. Aku tidak mau mengikuti semua perintahmu. Jika kamu tidak menuruti permintaanku,” ucap Clarissa dengan santai.

“Beraninya kau!” Tangan Leonardo sudah terangkat ingin menampar Clarissa. Tapi, dia urungkan niatnya. Tangannya turun saat dia menatap mata Clarissa yang begitu cantik.

Clarissa tersenyum melihat kelemahan Leonardo. “Kenapa tidak jadi, Tuan? Tampar saja jika Tuan mampu menampar saya. Saya bukan wanita lemah yang tidak bisa menghadapi lelaki seperti Anda.”

Mendengar celotehan Clarissa membuat Leonardo mendekatkan wajahnya ke wajah Clarissa hampir tidak ada jarak diantara mereka berdua. 

“Aku akan memberikan kamu pekerjaan setelah kamu ikut denganku,” ucap Leonardo tepat di wajah Clarissa. Sontak, Clarissa mampu merasakan hembusan nafas Leonardo.

Clarissa mencoba menahan dirinya saat hembusan nafas Leonardo menyentuh kulit wajahnya. Dia sebisa mungkin mencoba untuk terlihat biasa saja di depan Leonardo. Tanpa menjawab ucapan Leonardo, Clarissa masuk ke dalam mobil Ferrari milik Leonardo. Dia tidak peduli dibawa pergi ke mana oleh Leonardo, yang jelas dia bisa dekat dengan David Lee melalui bantuan dari Leonardo.

Leonardo dan Clarissa turun dari mobil setelah sampai di sebuah gedung berlantai dua, berwarna putih yang terdapat sebuah patung serigala di kedua sisi pintu utama gedung tersebut. 

Di luar gedung itu banyak penjaga memakai seragam serba hitam dilengkapi dengan senjata api SS-2 yang hanya dimiliki oleh para anggota militer negara.

Clarissa hanya melirik, memperhatikan senjata tersebut. Setelah itu dia mengikut langkah Leonardo. Dia sangat berharap bisa masuk ke dalam anggota geng yang saat ini markasnya dia kunjungi. Clarissa yakin ini adalah salah satu geng mafia yang berada dalam naungan David Lee. Bahkan geng mafia yang saat ini dia kunjungi adalah geng paling bawah yang berada dalam naungan David Lee.

Semua orang membungkuk saat Leonardo datang. Namun, tidak ada satupun yang dipedulikan Leonardo. Lalu Leonardo Shu bertemu dengan seorang pemuda yang tampan, rambutnya panjang sampai di atas bahu. Pemuda itu berkulit putih, tingginya hampir seratus lima puluhan. 

Pemuda itu menundukkan kepalanya saat Leonardo mendekatinya, dan saat itu pula Leonardo mengatakan sesuatu ke telinga seorang pemuda yang asing di mata Clarissa. 

Pemuda itu menatap Clarissa dengan tatapan penuh gairah. Dia menatap Clarissa dari bawah hingga ke atas. 

Tangan Clarissa mengepal saat pemuda itu menatapnya dengan penuh hina. Andai tidak ada Leonardo, maka detik itu juga Clarissa akan membunuh pemuda itu.

 “William Zhi,” ucap pemuda yang bernama William dengan mengulurkan tangannya di depan Clarissa. Namun, Clarissa tidak mau membalas uluran tangan William membuat Leonardo tampak heran melihat sikap Clarissa kepada William.

“Dia adalah pemimpin di anggota Geng Serigala Putih. Jadi tolong hormati dia,” ucap Leonardo kepada Clarissa.

“Aku tidak akan menghormati seseorang yang tidak bisa menghormati seorang wanita,” ucap Clarissa tanpa takut sedikitpun.

William Zhi yang awalnya memandang rendah Clarissa menjadi penasaran melihat sikap Clarissa yang terkesan sangat jual mahal. 

William mulai menurunkan tangannya dan membawa Leonardo beserta Clarissa menuju ke ruangan yang sangat luas. Ruangan itu seperti area pertandingan. Banyak tempat duduk yang berjejer mengelilingi sebuah ring pertandingan. 

Clarissa melihat lima orang berada di atas Ring. Dia belum tahu pasti apa yang akan terjadi yang jelas dia akan mengikuti semua permainan yang  Leonardo berikan kepadanya. 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Bambang Nur Biyan
wah makin seru aja ni thor,,, semangat Thor makin cinta aja nih ma karakternya
goodnovel comment avatar
Susan Dewi
suka dengan karakter Clarissa, g semua wanita itu lemah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status