Share

Bab 3. Melawan Lima orang terkuat di Geng Serigala Putih

“Kamu lihat kelima orang itu.” Leonardo menatap Clarissa beralih menunjuk ke arah kelima orang tersebut.

 “Lawan kelima orang itu. Jika kamu menang, kamu akan bergabung dalam anggota geng ini. Namun, jika kamu kalah, kamu akan mati ditanganku,” lanjut Leonardo Shu dengan bersedekap dada.

Kedua sudut bibir Clarissa tertarik mendengar semua tawaran Leonardo. Dia melangkah mendekati Leonardo. Bahkan tidak ada jarak diantara mereka saat ini. 

“Aku pegang kata-kata, Tuan,” ucap Clarissa tepat di telinga Leonardo. Kemudian dia pergi ke arah Ring.

Melihat hal itu Leonardo merasa khawatir. Bagaimana seorang wanita tidak punya rasa takut sama sekali?

“Tunggu ....!”

Leonardo turun dan mendekati Clarissa. Dia menarik tangan Clarissa membuat Clarissa mengernyitkan dahinya. 

Clarissa mengibaskan tangan Leonardo Shu. “Lepaskan aku, Tuan! Anda yang menginginkan aku untuk melawan kelima orang itu. Namun, kenapa sekarang anda berubah pikiran?” 

Leonardo menatap mata Clarissa dengan tajam. “Kamu ini wanita. Sadar diri kalau kamu tidak akan mampu melawan mereka!” bentak Leonardo kepada Clarissa.

Rasa khawatir yang menyelimuti hati Leonardo membuat Leonardo tidak tega jika Clarissa harus melawan Lima orang yang mempunyai badan besar, kekar dan wajah menakutkan.

“Apakah Tuan mulai peduli kepadaku? Bukankah baru saja anda ingin membunuhku?” tanya Clarissa dengan senyum penghinaan di bibirnya. 

Wajah Leonardo Shu mulai memerah menahan malu mendengar ucapan Clarissa. Hingga dia terpaksa membiarkan Clarissa pergi ke atas Ring untuk melawan lima orang pilihan di anggota Geng Serigala Putih.

Dengan menghembuskan nafas panjang Leonardo Shu menatap Clarissa yang hanya satu langkah lagi sampai ke atas Ring. 

Clarissa menatap kelima orang tersebut. Tidak ada rasa takut sama sekali tersirat di matanya. 

“Maju kalian semua. Aku lebih suka kalau kalian melawan aku secara bersamaan,” ucap Clarissa menantang kelima orang tersebut.

Kontan Leonardo matanya langsung melotot mendengar apa yang Clarissa katakan. Bahkan dia ingin naik ke atas Ring untuk membantu Clarissa. Namun, ditahan oleh William. “Tenang, Tuan. Aku yakin wanitamu mampu melawan mereka semua. Dia tidak terlihat seperti wanita yang lemah, Tuan. Jadi cobalah percaya akan kemampuannya.”

Leonardo matanya memerah menatap William. Bahkan kedua tangannya mengangkat kerah baju William.

 “Kamu tidak tahu kalau wanita itu sudah gila. Jika dia sampai mati bagaimana?! Apa kamu mau tanggung jawab?!” bentak Leonardo.

Dia mulai melepaskan kerah baju William saat dia mulai sadar, dan bisa mengendalikan emosinya. “Maaf.”

William Zhi merapikan kembali kerah bajunya. “Sepertinya Anda mulai tertarik dengan wanita itu, Tuan.”

Leonardo tidak menjawab apa yang dikatakan oleh William. Dia mencoba untuk memalingkan wajahnya dan mantap aksi Clarissa yang sedari tadi tidak pernah melayangkan tinju ke salah satu orang yang saat ini sedang berusaha melawannya. 

Clarissa hanya menghindari serangan dari lawannya hingga pukulan lawannya mengenai kawan mereka sendiri. Clarissa memanfaatkan tubuhnya yang kecil dan sangat gesit. Membuat Leonardo tersenyum akan tingkah wanita tersebut. Dia yakin jika Clarissa tidak akan membuang-buang tenaganya untuk mengalahkan kelima orang yang saat ini sudah babak belur akibat pukulan dari mereka sendiri. 

Clarissa sengaja memancing emosi dari kelima orang itu agar orang-orang itu semakin kelelahan untuk melawan Clarissa. Di saat itulah Clarissa baru melawan kelima orang tersebut. Satu persatu dari mereka telah dikalahkan oleh Clarissa membuat mereka semua terkapar, tidak berdaya di atas Ring.

Melihat hal itu Leonardo langsung berlari ke arah Clarissa. Awalnya dia ingin memeluk Clarissa. Bahkan dia sudah merentangkan kedua tangannya. Namun, dia urungkan semua niatnya saat menatap mata Clarissa yang terlihat kebingungan akan sikapnya yang berlebihan. Hingga dia hanya menjabat tangan Clarissa. “Selamat atas kemenanganmu. Maaf telah meragukanmu.” 

Clarissa tersenyum kepada Leonardo. Tak lupa dia membalas jabatan tangan dari Leonardo Shu. 

“Berarti aku sudah bisa masuk ke dalam geng kalian?” tanya Clarissa tidak sabar lagi bisa diterima kedalam anggota geng yang memang seharusnya dialah yang menjadi pemimpin. Karena Geng Serigala Putih dan Geng Serigala Merah dulu adalah milik ayahnya. Tapi, saat ini kedua geng tersebut dikuasai oleh pamannya, David Lee.

“Tentu. Kamu akan menjadi wakil William,” ucap Leonardo Shu dengan yakin. 

Wajah Clarissa seketika langsung bersinar saat dia mendengar perkataan Leonardo. Dia tidak menyangka jika posisi yang diberikan Leonardo cukup tinggi. Hingga dia semakin yakin jika suatu saat nanti dia mampu membalas pamannya yang serakah itu. 

‘Tunggulah pembalasanku David Lee. Ini adalah langkah awalku untuk menghancurkanmu merebut apa yang seharusnya menjadi milik keluargaku,’ ucap Clarissa dalam hati.

Dia masih ingat betul di saat dia berumur 7 tahun. David Lee datang dan menghabisi ibu dan adiknya tepat di depan matanya. Hingga dia harus kehilangan ayahnya yang sampai saat ini masih ditahan oleh David Lee.

Tangan Clarissa mengepal hingga kukunya yang tajam menancap ke telapak tangannya. Bahkan tanpa dia sadari telapak tangannya berdarah akibat ulahnya sendiri.

“Ayo kita pergi dari sini Clarissa. Kita rayakan hari kemenanganmu,” ucap Leonardo Shu bersemangat. 

Clarissa hanya diam saja dan mengikuti langkah Leonardo. Tanpa dia sadari bahwa William Zhi melihat tangan Clarissa berdarah.

“Tunggu, Tuan! Tangan Nona Clarissa berdarah,” ucap William kepada Leonardo.

Kontan Leonardo langsung menghentikan langkahnya, memastikan apa yang baru saja di katakan oleh William. Begitu pula dengan Clarissa. Dia tampak terkejut saat mendengar celotehan dari William.

Clarissa mencoba memperhatikan tangannya. Namun, dian tidak mnemukan apa pun, tidak ada yang terluka, tetapi saat dia melihat telapak tangannya, dia baru memyadariadar jika genggaman tangannya yang kuat membuat telapak tangannya berdarah akibat kukunya yang tajam.

“Ada apa dengan telapak tanganmu, Clarissa? Mengapa telapak tanganmu berdarah?” tanya Leonardo cemas.

Clarissa gelagapan saat dia ingin mengatakan sesuatu. Dia tidak tahu harus berkata apa kepada Leonardo tentang lukanya. 

“Kenapa kamu diam Clarissa? Ini kenapa?” Leonardo memegang telapak tangan Clarissa. Memperhatikan luka yang ada di telapak tangan Clarissa.

Clarissa menarik tangannya. “Tidak, Tuan. Telapak tanganku tidak kenapa-napa. Lebih baik kita pulang. Aku belum makan dari kemarin. Tenagaku habis untuk bertarung tadi.”

Clarissa mencoba mengalihkan pembicaraannya dengan Leonardo dan juga William. Dia tidak mau kedua lelaki yang saat ini ada di hadapannya semakin menanyakan perihal telapak tangannya.

“Kamu tidak mencoba menyembunyikan sesuatu dariku, bukan?” tanya Leonardo Shu menatap dua bola mata Clarissa yang indah.

“Aku tidak suka jika anggota dari salah satu geng yang aku pimpin berusaha menyembunyikan sesuatu dariku,” lanjut Leonardo Shu.

Tatapan tajam Leonardo membuat Clarissa sedikit begetar dadanya. Dia takut jika Leonardo akan mengusirnya dari anggota geng tersebut. Dia tidak mau jika dia keluar dari anggota itu. Apalagi  langkahnya masih panjang untuk membalaskan dendam keluarganya.

“Jawab, Clarissa,” ucap Leonardo pelan. Namun, penuh dengan penekanan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status