Share

Bab 9. Kecemburuan Leonardo Shu

“Lepaskan aku!" bentak Clarissa kepada lelaki tersebut.

Lelaki itu menggelengkan kepalanya. “Ingat ayahmu, Nona Clarissa.”

Clarissa menatap lelaki itu. Dari sorot matanya seperti pernah melihat orang itu. "Kamu lagi. Siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu seolah-olah tahu siapa aku?"

"Tidak penting, Nona. Ayo kita pergi dari sini. Aku ada jalan pintas."

Lelaki itu menarik tangan Clarissa. Dia mengajak Clarissa lari dari bangunan yang hampir ludes terbakar. Walaupun dengan banyak rintangan akhirnya mereka bisa keluar dari markas Mahesa Cao.

Kedua nafas orang itu tersengal-sengal saat mereka telah sampai di lantai bawah. Clarissa sendiri tidak tahu bagaimana orang itu bisa tahu jika dia berada di markas musuh. 

"Ayo masuk, Nona. Sebelum mereka mengetahui keberadaan kita," ucap orang itu saat mereka sampai di samping mobil Subaru Impreza putih.

Clarissa mengikuti perintah orang tersebut untuk masuk ke dalam mobil tanpa banyak bicara. Sesekali dia menatap lelaki itu. 

"Kenapa kamu tidak melepaskan topengmu? Di sini cuma ada aku."

Lelaki itu melepaskan topengnya, beralih menatap ke arah Clarissa dengan tersenyum penuh kebahagiaan.

Dia merogoh saku celananya. Memberikan sesuatu kepada Clarissa. "Apa Nona mencari ini? Hingga Nona mendekati Mahesa?"

Clarissa memperhatikan sesuatu yang disodorkan kepadanya. Dia memperhatikan barang itu dengan teliti. Sebuah berlian berwarna biru laut. 

Clarissa mengangkat wajahnya. Menatap lelaki itu. "Kenapa kamu membantuku sampai sejauh ini?"

"Karena anda adalah putri dari Antonio Lee. Seseorang yang harus aku jaga. Walaupun anda tidak mengingat saya."

"Apa hubunganmu dengan ayah?"

"Saya adalah salah satu anak buahnya yang pecundang. Bahkan saya takut mati untuk menyelamatkan tuan saya." Mata lelaki itu mulai berkaca-kaca.

"Tuan Park? Benarkah kau adalah tuan Park?" tanya Clarissa sedikit meninggikan suaranya karena terkejut.

Tuan Park meneteskan air mata. "Ampuni saya, Nona. Saya bersedia dihukum seberat mungkin atas semua kesalahan saya di masa lalu."

Walau Clarissa merasa kesal dengan Park Xiao. Namun, tanpa adanya Park Xiao mungkin dia tidak akan berhasil dalam misinya kali ini. "Aku tidak perlu menghukummu, Tuan. Karena tanpa adanya dirimu mungkin aku sudah menyusul ibu dan adikku di alam baka."

"Aku hanya ingin kamu selalu mendukungku, dan datang di saat aku butuh," lanjut Clarissa.

"Tenang, Nona. Aku akan selalu membantumu. Tapi, berhati-hatilah dalam menjalankan sebuah misi. Karena tidak semua orang bisa kita kalahkan."

"Terima kasih sarannya."

Clarissa turun di depan mansion Leonardo Shu. Tampak Leonardo Shu melangkah kesana kemari di depan pintu. 

Clarissa mengernyitkan dahinya saat dia melihat ekspresi Leonardo yang terlihat cemas.

"Tuan, sedang apa?"

Leonardo Shu menoleh ke arahnya. Dia langsung menarik tangan Clarissa. Hingga Clarissa jatuh ke pelukannya. "Kamu gapapa 'kan? Aku sangat mengkhawatirkanmu."

Dada Clarissa terasa sesak diperlukan Leonardo Shu seperti ini. Dia merasa terharu sekaligus merasa bersalah melihat simpati Leonardo Shu kepadanya. 

Clarissa mengambil nafas dalam-dalam mengeluarkannya secara perlahan. "Aku baik-baik saja. Jangan berlebihan, Tuan."

Leonardo melepaskan pelukannya. Memperhatikan Clarissa dengan seksama. Tubuhnya yang kotor, hitam semua akibat banyaknya asap yang menyelimuti dia di markas Mahesa membuat  hampir seluruh tubuhnya menghitam. Dia memutar tubuh Clarissa. Memperhatikan dari atas sampai bawah. Bahkan wajah cantik Clarissa saat ini tidak terlihat.

Leonardo Shu tersenyum saat melihat penampilan Clarissa. Dia berusaha menahan bibirnya agar tidak terbuka. Tapi, penampilan Clarissa membuatnya tidak bisa menahan diri.

"Hahahaha… kamu lucu sekali." Leonardo memegang perutnya yang terasa kaku.

Clarissa memanyunkan bibirnya. "Dasar."

Dia pergi meninggalkan Leonardo di luar mansion sendirian.

Clarissa mencoba melihat dirinya di depan cermin saat dia sudah memasuki kamar. Dia meringis menanggung malu. Clarissa memasuki kamar mandi setelah puas melihat penampilannya di cermin.

"Sudah selesai mandinya?" 

Baru saja dia ingin keluar dari kamar mandi untuk mengganti pakaiannya, tiba-tiba dia melihat Leonardo sudah duduk di atas ranjang dengan menyilangkan kakinya.

"Ada sedang apa ada di sini, Tuan?" tanya Clarissa panik. Dia bersembunyi di balik pintu kamar mandi.

"Untuk apa kamu menyembunyikan tubuhmu dari hadapanku? Bukankah Mahesa telah menjamah tubuhmu?"

Andai saja saat ini Clarissa tidak hanya mengenakan handuk. Pasti mulut bejat Leonardo sudah dibungkam dengan tangannya. "Pergi dari sini. Aku ingin mengenakan pakaianku!"

Leonardo Shu bukannya pergi malah berjalan mendekati Clarissa. Dia merasa sakit hati saat Clarissa pergi menemui Mahesa dengan berpenampilan layaknya wanita malam.

"Jangan mendekat. Kalau tidak, aku tidak segan-segan menghabisi Anda, Tuan!" 

Leonardo tidak peduli dengan apa yang dikatakan Clarissa. Api gemuruh di hatinya membuat matanya terasa gelap.

Dia mendekati Clarissa hingga Clarissa tersudut ke tembok. "Dengar Clarissa. Mulai sekarang kamu adalah milikku. Jika kamu ingin jabatan di geng tersebut. Aku bisa memberikannya kepadamu dengan mudah. Jangan kau kotori tubuhmu untuk lelaki lain."

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi mulus Leonardo Shu. "Jangan kamu samakan aku dengan wanita lain, Tuan Leonardo Shu. Aku masih punya harga diri. Satu lagi, jangan anda pikir anda bisa berbuat sesuka hati anda kepadaku. Walaupun anda adalah orang yang berjasa dalam hidupku." 

Clarissa mendorong tubuh Leonardo Shu sekuat tenaga. Dia melangkah meninggalkan lelaki itu. Mengambil pakaiannya yang pernah dia kenakan waktu pertama kali masuk ke dalam mansion tersebut.

Leonardo bersedekap di dada memperhatikan Clarissa. Sorot matanya tidak lepas dari wanita itu. Bahkan saat Clarissa kembali ke kamar mandi, mata Leonardo terus mengikutinya.

Setelah selesai dengan semua ritualnya. Clarissa melangkah melewati Leonardo Shu tanpa banyak bicara.

"Mau ke mana kamu?" tanya Leonardo saat Clarissa hampir akan melewati pintu kamar tersebut.

Clarissa menghentikan langkahnya. Dia berbalik menatap Leonardo Shu yang saat ini mendekatinya.

"Lebih baik aku pergi, Tuan. Tempatku bukan di sini."

Leonardo Shu menggenggam tangan Clarissa. "Tidak semudah itu Clarissa. Kamu harus tetap ada di sampingku sampai kapanpun, karena kamu telah membuatku hampir gila."

"Anda ini siapa? Berani sekali anda mengatur hidupku."

Leonardo Shu menatap mata Clarissa lekat. Membuat Clarissa memejamkan matanya. Dia tidak sanggup menatap mata Leonardo. Entah apa yang terjadi pada dirinya. Akhir-akhir ini dia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri di depan Leonardo Shu. Bahkan dia tidak mampu menatap mata lelaki itu secara langsung.

"Tatap mataku Clarissa. Aku ingin tahu apakah perasaan kita sama atau tidak." 

Clarissa memalingkan wajahnya. Dia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi kepada dia. "Aku sudah berhasil membawa berlian itu. Upah apa yang akan kamu berikan kepadaku?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan. Aku sedang bertanya tentang perasaanmu kepadaku. Bukan tentang berlian itu. Persetan dengan berlian itu. Aku bahkan tidak peduli!" bentak Leonardo memegang kedua pundak Clarissa.

Kedua mata mereka saling bertemu. Leonardo Shu kembali mendekatkan wajah mereka berdua. Clarissa mulai memejamkan matanya. Namun, saat bibir mereka akan bersatu tiba-tiba ada sesuatu yang mengganggu mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status