Home / Romansa / Jeratan Cinta Wanita Pendendam / Bab 8. Terjebak dalam permainan sendiri

Share

Bab 8. Terjebak dalam permainan sendiri

last update Last Updated: 2023-06-09 12:52:02

Clarissa duduk menyilangkan kakinya sesaat setelah mengambil minuman dari atas meja. Setiap tegukan jus yang masuk ke dalam bibir Clarissa tak luput dari perhatian Mahesa Cao, membuatnya tidak sabar untuk memiliki Carissa. “Kenapa kamu tidak menjawab, Sayang?”

Mahesa berusaha membelai pipi Clarissa. Namun, tangannya ditahan oleh Clarissa. “Jika anda berminat, jangan di sini karena aku tidak suka jadi tontonan."

Kedua sudut bibir Mahesa terangkat seketika. Dia menatap Clarissa penuh dengan nafsu. Ia berdiri dan mengulurkan tangannya untuk Clarissa.

Clarissa tersenyum menerima uluran tangan lelaki yang sudah masuk ke dalam perangkapnya. Dia berdiri menggandeng tangan lelaki itu, melangkah ke luar club dengan sangat anggun. Membuat siapa saja iri melihat pemandangan tersebut.

"Kita akan ke mana, Sayang?"

"Terserah, yang jelas aku tidak suka di hotel karena aku ingin berlama-lama berada di sampingmu," ucap Clarissa bergelayut manja.

"Baiklah, kalau begitu kita ke markas.” 

Clarissa sudah tidak mampu lagi menyembunyikan kebahagiaannya. Dia tidak perlu bersusah payah untuk membuat Mahesa menggiringnya ke markas.

"Apa kamu bahagia bisa bersamaku?" tanya Mahesa berusaha mencium Clarissa. Tapi, tangan Clarissa berusaha mendorong wajah Mahesa perlahan.

"Jangan di sini, Tuan. Aku malu." 

"Kamu memang gadis yang sangat menggemaskan." Mahesa mencubit dagu Clarissa yang lancip.

Clarissa hanya membalas senyuman agar Mahesa tidak curiga. Namun, sebenarnya Clarissa ingin mematahkan tangan Mahesa Cao saat ini juga. Baru kali ini ada lelaki berani menyentuh dirinya. Jika saja bukan karena untuk mencari nama di Anggota Geng Srigala Putih. Clarissa tidak akan pernah mau diperlakukan seperti itu.

Mobil Bentley Mulsanne hitam itu turun di sebuah gedung berlantai tiga. Memiliki warna kombinasi antara putih dan abu-abu.

Clarissa turun dengan sangat anggun saat pintu mobil terbuka. Dia memasuki bangunan mewah itu dengan menggandeng tangan Mahesa Cao. Semua orang yang berada di sana menundukkan kepala. 

Mata Clarissa melihat sekeliling markas tersebut. Tidak ada hal yang membuatnya tertarik bahkan di sana tidak ada barang mewah yang terpampang. Walaupun bangunan itu berlantai tiga. Apa benar berlian itu di tangan Mahesa?

Clarissa berusaha menepis kecurigaannya. Dia akan mencari berlian itu nanti. Dia melangkah menuju sebuah ruangan yang sangat besar bahkan pintunya berlapis dengan emas. Dari semua ruangan hanya ruangan itu yang terlihat mewah. Clarissa yakin jika ruangan tersebut adalah ruangan Mahesa.

Mahesa membuka jas mahal yang dia kenakan di depan Clarissa, saat mereka sudah berada di dalam ruangan tersebut. Dia perlahan mendekati Clarissa, mencium aroma tubuh Clarissa yang begitu menggoda.

“Apa anda tidak ingin bermain-main terlebih dahulu, Tuan?” tanya Clarissa melangkah menuju ke sebuah kursi goyang. Dia melemparkan pantatnya di atas kursi goyang tersebut.

“Aku tidak suka terburu-buru. Bagiku itu kurang menyenangkan,” lanjut Clarissa.

“Apanya yang kurang menyenangkan, Sayang. Bukankah kita akan menikmati surga dunia bersama?”

Sorot mata Clarissa berubah menjadi tajam. Dia merasa muak dengan lelaki seperti Mahesa Cao. Perlahan dia bangkit mendekati Mahesa dengan aura pembunuh. Membuat Mahesa sedikit tidak mengerti.

“Ada apa denganmu? Kenapa kamu menatapku seperti itu?”

Senyum menyeringai terpampang jelas di bibir Clarissa. “Aku bukan wanita murahan yang akan menyerahkan diriku kepadamu. Asal kamu tau, yang aku inginkan bukan tidur bersamamu, melainkan nyawamu.”

Clarissa mengeluarkan pistolnya yang baru saja dibeli dari sahabatnya. Dia mengarahkan ke kening Mahesa. Namun, raut wajah Mahesa terlihat biasa saja. Dia tidak takut sama sekali. Malah dia tersenyum dengan apa yang dilakukan oleh Clarissa. Membuat Clarissa menautkan kedua alisnya.

“Kamu adalah anak kemarin sore Clarissa. Kamu ingin membunuhku? Apa kamu yakin akan berhasil?” 

“Maksudmu?” Clarissa terlihat kebingungan dengan ucapan Mahesa. Bagaimana orang ini bisa mengatakan hal itu. Sedangkan pistol Clarissa sudah berada tepat di keningnya?

“Lakukan saja apa yang kamu inginkan, Clarissa. Namun, jika tidak berhasil, jangan salahkan aku.”

Clarissa menekan pelatuk pistol tersebut. Tapi, tidak terjadi apapun kepada Mahesa Cao. Dia mulai memeriksa pistolnya, dan ternyata tidak ada peluru di dalamnya.

“Ha-ha-ha-ha. Clarissa … Clarissa. Asal kamu tahu, sahabat yang selama ini kamu percaya adalah anak buahku.” Mahesa menarik dagu Clarissa. “Menurut kamu kenapa aku tadi mendekatimu? Karena kecantikanmu? Kau terlalu bodoh Clarissa. Aku tidak mungkin membawa seorang wanita murahan ke dalam markas.”

Clarissa mengepalkan tangannya. Dia merasa terkhianati untuk kesekian kali. Saat ini nyawanya berada di ujung tanduk. Tidak mungkin dia melawan Mahesa dengan beberapa anak buah yang dimilikinya. Apalagi saat ini dia hanya seorang diri.

“Aku beri kamu waktu untuk berpikir. Keluar dalam keadaan mati atau tinggal dalam keadaan hidup?”

“Jika aku memilih tinggal. Apa yang akan terjadi?” tanya Clarissa. Dia tidak ingin gegabah dalam mengambil tindakan.

“Menikah denganku. Hidupmu akan lebih sejahtera.”

Clarissa membuang mukanya. Dia bahkan enggan menatap wajah lelaki tua seperti Mahesa Cao. Lalu bagaimana dia bisa menjadi istrinya. Tapi, dia juga tidak mau mati konyol di tangan Mahesa. 

“Aku butuh waktu untuk itu.”

“Tidak masalah. Aku beri kamu waktu satu minggu. Dalam waktu satu minggu ke depan, kamu harus sudah menjadi istriku.”

Setidaknya dalam waktu satu minggu itu dia bisa menemukan berlian tersebut. “Baiklah.”

Clarissa duduk termenung di tepi ranjang. Memegang kepalanya yang terasa berat. Semua rencananya gagal total. Dia yakin jika berlian itu sudah tidak ada di markas ini. Saat dia merebahkan tubuhnya, terdengar suara teriakan orang-orang dari lantai dasar.

Clarissa mencoba bangkit dan melihat apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata markas ini kebakaran. Dia terlihat panik melihat semua itu. Bagaimana dia keluar dari tempat itu? Sedangkan dia saat ini sedang dikunci.

Clarissa mencoba melihat barang-barang yang ada di dalam kamar tersebut. Dia mengangkat sebuah kursi untuk memecahkan jendela kamar tersebut. Namun, dia urungkan niatnya. Rasanya percuma dia memecahkan kaca itu. Dia tidak akan bisa keluar dari sana, karena dia berada di lantai tiga. Jika dia melompat, dia juga akan mati.

Clarissa mulai pasrah. Dia memejamkan matanya, menjemput ajal yang sebentar lagi akan menjemput. “Maafkan Clarissa, Ayah. Clarissa tidak bisa menyelamatkan Ayah.”

“Ayo, pergi.”

Clarissa membuka matanya. Dia melihat seseorang memakai topeng kain berwarna hitam menarik tangan Clarissa. Clarissa hanya memperhatikan lelaki tersebut. Dia tidak tahu siapa lelaki itu. Apakah dia Leonardo Shu?

Namun, dari gestur tubuhnya dia bukan Leonardo. Leonardo lebih tinggi daripada orang tersebut. “Siapa kamu?”

“Tidak penting siapa aku, yang terpenting saat ini kamu bisa pergi dari sini dengan selamat.”

Clarissa hanya mengikuti langkah lelaki itu. Dia tidak mau melanjutkan pertanyaannya. Dia simpan rapat-rapat rasa penasaran yang ada dalam hatinya.

Melihat ke sekeliling markas yang telah hampir habis terbakar dengan raut wajah kecewa. Dia menghempaskan tangan lelaki itu dengan kuat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jeratan Cinta Wanita Pendendam   Bab 84. akhir dari semuanya

    “Pesan dari David lee, dia tahu kalau aku masih hidup, dan dia ingin membawa aku kepadanya. Lelaki ini mungkin berpikir kalau aku bodoh, Paman.” “Biarkan saja, Clarissa. Kita yang akan membuat dia menjadi orang bodoh. Kamu tinggal di rumah aku akan membawa Zero pergi ke rumahnya, dan buat dia yakin bahwa Zero telah berhasil menjalankan misinya.”Clarissa tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Alexander, dia akan menuruti semua yang dikatakan lelaki itu, mungkin itu seperti sebuah permainan yang sangat menyenangkan. Clarissa sedang asyik memainkan ponsel Zero, sedangkan Alexander langsung pergi bersama anak buahnya yang baru saja datang. Kali ini dia tidak hanya akan memberikan kejutan kepada David, tetapi dia juga akan menyelamatkan Isabella, dan setelah semuanya selesai, Alexander akan menghubungi JUstine untuk menyelamatkan kakaknya.Sesuai dengan rencana, Alexander meminta anak buahnya meletakkan potongan mayat Zero berada di depan pintu mansion David, sedangkan Alexander, d

  • Jeratan Cinta Wanita Pendendam   Bab 83. Clarissa dan Alexander membunuh Zero

    Mengingat Clarissa dia malah teringat Zero yang sudah mulai tergila-gila kepada wanitanya itu. Entah mengapa dia juga takut jika sebenarnya ini hanya sebuah jebakan dari Zero untuk membuat Clarissa bisa ditangkap David Lee. Leonardo ingin menghubungi Clarissa untuk berhati-hati. Akan tetapi saat ini dia juga tidak memiliki sebuah ponsel untuk menghubungi Clarissa.Leonardo mulai bingung. Dia tidak tahu harus berbuat apa, yang bisa dia lakukan saat ini adalah berharap agar tugas Justine bisa segera karena hanya itu cara dia untuk membuat Clarissa selamat dari Zero.Dia tahu selama ini Zero tidak sungguh-sungguh mencintai Clarissa. Ada maksud dan tujuan tersembunyi dari lelaki itu untuk Clarissa kalau tidak, tidak mungkin lelaki itu menyakiti Clarissa selama ini.Leonardo langsun mempercepat langkahnya agar dia segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tubuhnya terasa sakit, begitu pula dengan kepalanya. Rasa khawatir mulai menghantui di dalam pikirannya. ***“Bagaimana menurut

  • Jeratan Cinta Wanita Pendendam   Bab 82. Syarat yang di berikan Leonardo ke Justine

    “Syaratnya, kamu harus membebaskan ayah Clarissa.”Justine masih berpikir keras dengan hal itu. Dia tidak mungkin membebaskan pamannya sebelum ibunya bebas dari tangan ayahnya sampai dia hanya bisa diam saat Leonardo mengatakan syarat yang diajukan kepadanya.“Bagaimana? Apakah kamu sanggup? Kamu sudah membunuh Clarissa dan aku sudah kehilangannya, sebagai rasa penyesalanmu aku ingin kamu membebaskan ayahnya.”Justine masih membatu. Dia sendiri tidak tahu harus mengatakan apa untuk menjawab perkataan Leonardo. Dia masih bingung akan semua hal itu. Dia tahu bahwa sampai detik ini dia bersalah dengan Clarissa. Oleh sebab itu, dia membebaskan Leonardo. Apalagi setelah mendengarkan apa yang dikatakan oleh Rissa Elmer bahwa dia harus meminta maaf dengan cara membebaskan orang yang paling disayang Clarissa waktu Rissa berada di apartemennya.“Kenapa kamu malah diam, Justine? Apa kau tidak mendengarkan apa yang sedang aku katakan?” tanya Leonardo Shu sedikit kecewa.JUstine menghela napas pa

  • Jeratan Cinta Wanita Pendendam   Bab 81. Justine membebaskan Leonardo Shu

    Justine yang baru saja merebahkan tubuhnya dengan memainkan ponsel, kaget saat mendapatkan pesan suara dari seseorang yang tidak dia kenal. Api amarah mulai menyelimuti hatinya saat mendengar suara orang yang tidak asing baginya berbicara di dalam telepon genggam Justine. “Biadab kamu, Zero!” Justine melempar ponselnya hingga ponsel itu terjatuh di lantai dalam keadaan pecah. Dia benar-benar tersulut emosi. selama ini dia tidak menyangka jika ayahnya sangat peduli dengan Zero, tetapi tidak dengannya. Justine mengambil ponselnya yang lain, lalu dia menghubungi salah satu anak buahnya untuk melepaskan Leonardo. [“Bagaimana kalau tuan David tahu tentang ini, Tuan muda? KIta bisa dimakan habis oleh beliau.”] “Kau ikuti perintahku atau ikuti perintah tua bangka itu?” [“Baik, Tuan.”] Justine langsung menutup sambungan teleponnya. Dia sudah tidak sabar lelaki itu bebas untuk membunuh Zero karena hanya dia yang bisa melawan Zero untuk saat ini. JUstine mengirimkan sebuah pesan kepada ana

  • Jeratan Cinta Wanita Pendendam   Bab 80. Zero mengajak Clarissa pergi

    Clarissa menatap ke arah pintu dan beralih menatap sang paman, seolah menanyakan siapa yang sedang mengetuk pintunya.“Kenapa kamu malah menatap paman? Kamu tanya kepada paman? Mana mungkin paman tahu. Coba kamu lihat siapa yang datang,” perintah Alexander kepada Clarissa.“Tidak mungkin Justine, kan, Paman? Tadi dia baru saja menghubungiku.”Alexander langsung bingung ketika Clarissa mengira itu adalah Justine. Dia melihat ke sana-sini, mencari tempat untuk bersembunyi.Alexander langsung pergi menuju kamar, dia tidak tahu itu kamar Clarissa atau kamar tamu, yang terpenting baginya adalah mencari tempat persembunyian yang tepat, dengan memerhatikan siapa yang baru saja datang mengunjungi apartemen Clarissa dari balik pintu kamar.Dia terus memerhatikan kedua orang yang saat ini ada di hadapannya, dia melihat setiap gerak -gerik mereka.“Clarissa … aku membutuhkanmu,” ucap Zero duduk di sofa yang ada di ruang tamu.“Kamu kenapa?”“Aku sedang mencari ibuku, Clarissa. Dia diculik oleh s

  • Jeratan Cinta Wanita Pendendam   Bab 79. Alexander menemui Clarissa

    “Tentu, rencana ini jauh lebih berhasil daripada rencana kita yang sebelumnya. Sebenarnya ini adalah rencanamu, Clarissa. Aku hanya memperbaikinya saja.”Clarissa masih belum paham apa yang dikatakan oleh sang paman. “Aku belum mengerti, Paman.”Alexander berdiri, dia melihat ke sekitar ruangan itu, degan memikirkan apa yang sedang dia bicarakan dengan Clarissa.“Aku pernah dengar sebelum Leonardo ditangkap kembali oleh David, dia telah menculik ibu Zero, istri kedua David Lee. Aku akan membantumu untuk meyakinkan Zero jika sebenarnya, selama ini David lee hanya memanfaatkan dia, sedangkan kamu, kamu buat Justine semakin membenci David Lee karena ibunya di sekap. Buat Justine menyesal karena selama ini telah membantu ayahnya yang selalu menyakiti keluargamu.”Clarissa malah tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Alexander. “Itu adalah rencana yang sudah aku pikirkan sebelumnya, Paman. Walau aku tidak tahu jika Leonardo menculik ibu Zero. Tapi, di mana sekarang ibu Zero? Apakah Davi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status