Beberapa menit kemudian, Yuna datang mengetuk pintu ruang presdir.Aura dominan di wajah Yuna, sudah berganti dengan wajah natural dan lembut seperti pekerja wanita pada umumnya."Pak Wano, Anda mencariku?"Wano menatap tangan kosong Yuna, kemudian mengerutkan dahinya, "Mana sarapanku?"Sebelumnya, Yuna selalu menyiapkan bekal sarapan, untuk Wano yang tidak sempat sarapan dan memberikannya pada Wano untuk dibawa ke kantor.Yuna tersenyum kecil, berkata dengan hormat, "Pak Wano, ingin makan menu Tiongkok atau menu barat? Akan kupesankan sekarang.""Kamu nggak masak untukku?"Yuna tersenyum, "Pak Wano, sepertinya hal itu nggak tercantum dalam kontrak yang kutanda-tangani."Wano menatap Yuna tanpa berkedip.Wano berusaha melihat jejak masa lalu di wajah Yuna, mata yang dulu menatap dirinya, dengan penuh binar.Tapi Yuna yang sekarang, meskipun wajahnya tersenyum, tidaklah terlihat jejak perasaan dirinya.Wano merasakan kekosongan di hatinya.Rasanya seperti sesuatu yang selama ini dia gen
Dokumen ini tidak hanya berbau, bahkan juga kotor.Wano menderita Mysopobhia. Sepertinya kita sudah tahu apa yang akan terjadi kalau dokumen ini diberikan padanya.Yuna memegang dokumen itu dengan begitu erat.Sebagai putri Keluarga Saradan yang manja, Qirana bahkan sampai rela merendahkan diri untuk menjadi seorang asisten agar bisa datang ke Grup Lasegaf.Bagaimana mungkin Yuna tidak tahu apa niatnya.Bahkan Yuna berani menyimpulkan kedepannya hal seperti ini pasti akan sering dijumpainya.Senyum di bibir Yuna yang cantik menunjukkan sedikit sentuhan dingin.Yuna kembali berjalan masuk ke ruang pertemuan setelah 10 menit berlalu.Ada rasa bangga yang tidak dapat disembunyikan oleh Qirana di matanya saat melihat tangan Yuna yang kosong, tetapi dengan cepat menghilang.Qirana dengan baik hati menjadi perantara bagi Yuna berkata, "Kak Wano, meskipun kontrak tidak selesai hari ini dan akan memengaruhi penandatangan kontrak ratusan miliar, tapi aku yakin Yuna melakukan hal ini dengan tida
Sepertinya dia terlalu meremehkan Yuna.Satu jam kemudian, kontrak sudah berhasil ditandatangani sesuai dengan waktu yang ditentukan.Ketika pertemuan itu telah berakhir, Vina dengan sengaja berkata di hadapan semua orang, "Wano, Qirana sudah pesan tempat di Restoran Aneka, datanglah malam nanti. Tempat itu yang sering kalian kunjungi dulu saat masih berkencan."Maksudnya sangat jelas.Tidak mungkin Yuna tidak mendengar perkataan Vina.Dengan senyum, Yuna tetap menjaga ekspresinya tetap tenang sambil menundukkan kepalanya untuk membereskan dokumen.Saat bangkit berdiri, dia mengangguk sedikit pada Wano dan berkata, "Pak Wano, selamat menikmati makan malam anda."Setelah selesai, dia membawa buku serta dokumen sambil beranjak pergi.Akan tetapi, Wano meraih pergelangan tangannya.Dengan satu tarikan kuat, Yuna jatuh ke dalam pelukannya.Raut wajah Yuna seketika berubah dingin dan menatap Wano sambil berkata, "Pak Wano, tolong jaga sikap anda, di sini adalah ruang pertemuan."Jemari tang
Qirana tak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya.Dia meronta sambil mengumpat, "Yuna, berani-beraninya kamu memukulku! Percayalah, aku akan membuat ayahmu mati di penjara!"Mengingat kembali ayahnya, kemarahan Yuna semakin memuncak sehingga kekuatan tangannya semakin meningkat."Karena orang tuamu nggak tahu cara mendidik anak, maka aku dengan senang hati membantu mereka tanpa ragu."Postur tubuh Qirana lebih pendek dari Yuna. Ditambah lagi, dia selalu dimanja sejak kecil sehingga dia sama sekali bukanlah tandingan Yuna.Beberapa saat kemudian, wajahnya ditampar hingga memar.Rasanya sangat menyakitkan sehingga membuatnya marah dan berkata, "Yuna, tunggu pembalasanku!"Selesai mengatakannya, Qirana berlari ke luar sambil memegang wajahnya.Yuna melihat telapak tangannya yang agak memerah, kebencian dalam matanya tak kunjung memudar.Penderitaan yang disebabkan oleh Qirana tak dapat dibayar hanya dengan beberapa tamparan.Setelah kesulitan melepaskan diri dari keterpurukan yang du
Wano menatap Yuna dengan tajam.Wano langsung berkata tanpa memberikan kesempatan bagi Yuna untuk protes, "Minta maaf padanya!"Yuna menatap Wano dengan dingin.Wano tak bertanya lebih dulu padanya dan malah langsung menyuruhnya minta maaf.Sepercaya itukah dia pada Qirana?' batin Yuna.Yuna sudah sering merasakan ketidakadilan Wano. Dulu, saat melihatnya seperti ini, dia merasa sangat tersakiti.Sekarang, hatinya terasa kebas.Yuna menatap Wano dengan dingin seraya berkata dengan angkuh, "Kenapa aku harus minta maaf atas sesuatu yang nggak pernah kulakukan? Apa Pak Wano ingin aku mengakui kesalahan yang nggak pernah kulakukan?""Yuna, aku beri kamu waktu satu menit untuk minta maaf padanya. Kalau nggak, tanggung sendiri akibatnya!"Yuna tersenyum sinis, "Pak Wano, apa konsekuensi yang kudapat kalau tak mau melakukannya?"Tanpa mempertimbangkan alasan atau konsekuensi, Wano memaksanya untuk mendonorkan darah kepada Qirana hingga hampir membuatnya pingsan di rumah sakit.Wano telah menu
Untuk mengumpulkan bukti kesalahan Yuna, Vina membawa Wano pergi ke ruang kontrol untuk memeriksa CCTV secara langsung.Qirana mengikuti di belakang dengan memakai masker.Qirana melihat rekaman CCTV dengan penuh kebencian hingga menggertakkan giginya.Kali ini, dia harus benar-benar mengusir Yuna dari sini!Beberapa orang itu duduk di dalam ruang kontrol. Mereka mulai mengawasi pemutaran rekaman CCTV dengan saksama.Pada saat yang krusial, Wano sengaja memerintahkan petugas untuk melambatkan kecepatan pemutaran.Namun, setelah melihat berulang kali, pada saat Qirana pergi ke kamar mandi, tidak ada bayangan Yuna sama sekali.Qirana menatap layar dengan tidak percaya, "Nggak mungkin, pasti Yuna telah merusak rekaman CCTV ini. Dia masuk ke kamar mandi sebelum aku masuk, nggak mungkin dia nggak ada!"Wano menatap orang-orang di ruang kontrol dengan serius, "Apa Sekretaris Yuna meminta kalian mengubah rekaman ini?"Para petugas di ruang kontrol bergantian menggelengkan kepala, "Nyonya Vina
Profesor Bayu tertawa puas lalu berkata, "Kenapa, kamu nggak suka karena aku semakin tua?"Nggak, hanya nggak terbiasa, menurutku kamu masih sangat muda dan tampan.""Aku sudah 60 tahun, bagaimana bisa disebut tampan. Sebaliknya, kamu terlihat berantakan, kudengar dari Xena, kamu sedang ada masalah, jadi aku datang menemuimu."Yuna tidak bisa lagi menahan air matanya.Sudah 3 tahun Yuna tidak bertemu dengan Profesor Bayu, namun begitu mendengar Yuna sedang dalam masalah, Profesor Bayu menyempatkan diri datang menemui Yuna.Yuna tidak tahu, bagaimana membalas kebaikannya itu.Yuna menundukkan kepalanya merasa malu, "Ini salahku, membuat Profesor khawatir."Setelah sekian lama tidak bertemu, mereka bertiga pun berbincang dengan bahagia.Tiba-tiba, ponsel Profesor Bayu berbunyi, melihat siapa yang meneleponnya, memicingkan mata sambil tersenyum kemudian mengangkat panggilan itu."Bocah busuk."Pria di seberang telepon berkata dengan nada sedikit mengejek, "Pria tua, kamu datang ke Kota Bu
Setelah menulis kata itu, Wano meletakkan tangannya di paha Yuna untuk menggodanya.Menatap penuh arti ke arah Yuna, seperti sedang berkata, lihat apa yang berani tanganku lakukan, jika kamu berani bicara.Yuna ingin memberontak, namun dia takut profesornya akan tahu hubungannya dengan Wano.Dia hanya bisa menunduk dan makan kue dalam diam.Wano yang melihat Yuna patuh seperti anak kucing, merasakan hatinya seperti tersetrum listrik, perasaan aneh yang mengalir ke seluruh tubuhnya.Tangan Wano mencengkram erat tangan Yuna, "Muridmu ini terlihat pintar, bagaimana bisa memilih orang yang salah?"Profesor Bayu menghela napas, "Dia melepas profesi hukumnya demi pria itu, tapi siapa sangka, pria itu hanya pria berengsek yang tidak tahu caranya menghargai orang, dia bahkan menindas Yuna."Kali ini aku datang, untuk menggantikan Yuna memarahinya, kudengar pria itu memasukkan ayah Yuna ini ke penjara, bahkan menuntut Yuna karena sengaja melukai seseorang. "Aku ingin lihat, siapa yang begitu b