Share

Bab 0017

Yuna tiba di kantor polisi dan mendapati Zanny duduk di ruang interogasi, tangannya terikat dengan borgol.

Dia menatap petugas polisi di depannya dengan tenang sambil terus memberikan pembelaan untuk dirinya sendiri tanpa menunjukkan tanda-tanda ketakutan.

Yuna bergegas mendekat, kemudian dengan sopan bertanya, "Selamat pagi, aku adalah temannya. Apa yang sebenarnya terjadi?"

Tanpa menunggu jawaban dari petugas, Zanny buru-buru berkata, "Setelah kamu menghilang kemarin, Xena pergi menemui ayah Wano untuk membantumu, jadi sekarang hanya aku yang tersisa."

"Menurutku, kamu pasti pergi mencari pria bajingan ini. Lalu, karena merasa masih kesal, kamu pasti juga mampir untuk minum ke bar."

"Saat itu, kebetulan aku melihat Qirana di sana juga. Dia kelihatan asyik membicarakan Paman Yudha. Kamu nggak melihat wajahnya yang penuh kemenangan, sih!"

"Aku langsung memakinya tanpa sadar, tapi itu hanya beberapa kata saja. Tiba-tiba saja pagi ini mereka membawaku ke sini dengan alasan ada yang merusak mobil Qirana dan mereka mencurigaiku sebagai pelakunya."

"Nggak peduli bagaimana aku menjelaskan, mereka semua nggak percaya."

Mendengar nama Qirana, seketika Yuna mengepalkan tangannya dengan kuat.

Yuna sudah paham tanpa perlu memikirkannya lagi. Ini adalah cara yang sering Qirana pakai untuk memfitnah, sama seperti yang dia lakukan pada dirinya.

Saat itu juga, mata cantiknya menyorot dingin.

Suaranya tak selembut saat pertama kali masuk.

"Bukti apa yang kalian punya sampai menuduh temanku yang merusaknya?"

"Kami menemukan salah satu anting-anting temanmu di sebelah mobil Qirana. Ini dia, sama seperti anting-anting di telinganya."

Selain itu, ada seorang saksi mata, yaitu wanita yang ada di sana. Dia bilang kalau dirinya menyaksikan Zanny yang merusak mobil itu."

Yuna segera mengalihkan perhatiannya pada wanita yang berada tak jauh darinya.

Dalam sekejap, tubuhnya terasa membeku.

Wajah wanita itu jauh lebih tua dibandingkan beberapa tahun yang lalu, tapi sekilas Yuna masih mengenali siapa dia.

Lapisan keringat dingin muncul di punggung Yuna. Kedua tinjunya terkepal.

Dia menatap wanita itu dengan tajam.

Zanny sadar ada yang tidak beres. Dia menggenggam tangan Yuna seraya bertanya, "Yuna, apa kamu mengenalnya?"

Yuna kemudian terbangun dari mimpi buruknya, menggelengkan kepala dengan lembut dan berkata dengan gemetar, "Aku nggak kenal."

"Oke, bagus kalau begitu. Aku nggak akan membiarkan Qirana berhasil. Dia nggak hanya menyakitimu, tapi juga berani menyakitiku. Aku akan menghancurkannya!" ujar Zanny penuh tekad.

"Aku akan menggugat mereka berdua!" tutur Zanny dengan tegas.

Tak lama setelah itu, suara Qirana terdengar dari luar.

"Kak Wano, aku nggak tahu kalau Nona Zanny sebenarnya teman Sekretaris Yuna. Kalau tahu, semuanya nggak akan jadi seperti ini," ucap Qirana.

"Mobil itu harganya nggak lebih dari 20 miliar. Biarkan saja kalau memang rusak. Aku masih bisa meminta ayah untuk membelikan yang baru." Qirana menjelaskannya dengan santai.

"Ini nggak masalah selama Sekretaris Yuna nggak salah paham. Mari sudahi masalahnya di sini dan aku akan menarik gugatannya," ucap Qirana.

Yuna menoleh ke belakang dan melihat Wano mengenakan setelan hitam. Wajahnya tampak serius ketika berjalan mendekat ke arah mereka.

Qirana mengekor di sebelah kiri Wano sambil memegang lengan bajunya dengan satu tangan.

Melihat adegan ini lagi, Yuna mengira bahwa dirinya akan patah hati seperti sebelumnya.

Namun, saat ini dia tak merasakan apa pun.

Dia menyambut kedatangan mereka dengan tenang.

Zanny terlihat sangat marah hingga dia menatap Wano tajam seraya berkata, "Dasar lelaki hidung belang. Kamu sudah punya satu wanita, tapi masih saja melirik yang lain. Aku sumpahin kamu nggak akan bisa menuruti nafsumu lagi selamanya!"

Mata Wano memandang Yuna dengan saksama, seolah-olah mencari ekspresi yang diinginkannya pada wajah Yuna.

Namun, setelah setengah hari berlalu, tapi dia tak kunjung melihat ekspresi yang diharapkannya.

Tiba-tiba saja, hatinya terasa sesak.

Wano membungkukkan tubuhnya, mendekat ke telinga Yuna dan berbisik pelan, "Bagaimana kalau kamu bantu dia untuk mengerti, apakah aku mampu melakukannya atau tidak."

Meskipun hanya mereka berdua yang dapat mendengarnya, namun telinga Yuna langsung memerah dalam sekejap.

Zanny menatap Wano dengan dingin sambil bertanya, "Apa kamu masih percaya dengan kata-katanya?" tanyanya pada Yuna.

"Nggak mungkin, dong! Kalau begitu, Yuna, carilah bukti kalau Zanny nggak bersalah!" perintah Wano.

Yuna menyeringai.

Wano memang kurang ajar. Dia tidak akan memedulikan siapa pun lagi setelah mendapatkan keuntungannya.

Dia masih sama seperti dulu, selalu menuduh orang sembarangan.

Kata-kata Qirana adalah kebenaran yang mutlak bagi Wano.

Yuna tersenyum tipis. "Mari kita ikuti prosedur saja, uang 20 miliar bukanlah jumlah yang sedikit. Aku nggak akan membiarkan Zanny disalahkan tanpa alasan yang jelas."

Qirana segera tersenyum sambil berkata, "Bu Yuna, kamu salah paham. Aku sudah bilang aku akan melepaskan Zanny. Masalah ini akan selesai sampai di sini."

"Harga yang harus dibayar temanku karena nggak melanjutkan kasus ini adalah pembuktian bahwa dia memang melakukannya. Niat baikmu untuk mencabut gugatan itu sebenarnya hanya ingin memperjelas tuduhan kejahatannya saja. Apakah aku salah, Nona Qirana?

Mata Qirana langsung memerah saat mendengar hal itu.

Dengan ekspresi yang penuh kesedihan, Qirana pun menatap Wano, "Kak Wano, aku nggak bermaksud begitu. Menurutku, karena Nona Zanny juga salah satu orang terhormat, tinggal di tempat seperti ini akan merusak reputasinya."

"Aku hanya ingin mencabut gugatannya, lalu kenapa Bu Yuna malah salah paham dengan tindakanku ini?"

Wano melihat hal itu langsung berdiri di samping Yuna.

Dia memeluk Yuna dengan lembut dan berdiri di antara keduanya.

Wano kemudian menundukkan kepalanya dan berbisik di telinga Yuna, "Dengarkan aku, masalah ini berakhir di sini, aku akan membayarnya."

Qirana tengah mengalami depresi berat.

Jika kita terus berdebat seperti ini, masalahnya bukan hanya tentang mobil yang rusak, tetapi bisa menyebabkan masalah kesehatan juga.

Namun, dalam pandangan Yuna, Wano hanya berniat melindungi Qirana.

Ada kekeraskepalaan dalam tatapan dinginnya, "Nggak, aku nggak bisa membiarkannya!"

Sebelum dia bisa menyelesaikan kata-katanya, mulutnya ditutup oleh jari ramping Wano.

Dia menempelkan dahinya ke dahi Yuna dan menatapnya dengan nakal.

"Kamu mau cari masalah lagi, ya. Percaya atau nggak, aku bisa saja menciummu disini."

Dalam satu kalimat, Yuna sangat ketakutan hingga tidak berani berbicara.

Wano adalah sosok yang kejam.

Dia sungguh-sungguh akan melakukan setiap perkataannya.

Yuna menggigit bibirnya sambil menatapnya dengan tajam. Wajahnya penuh dengan perasaan rasa kesal sekaligus sedih yang bersamaan.

Namun, dia hanya bisa diam sambil melihat Wano mengeluarkan selembar cek dari saku, menuliskan sebuah angka di atasnya dan menandatanganinya.

Kemudian, dia menyerahkannya kepada Qirana dan berkata, "Aku harap masalahnya sampai di sini."

Qirana tak mampu bicara saking terkejutnya.

Dia menatap cek itu dengan tatapan kosong, air mata kini mengalir di matanya.

Ini bukanlah hasil yang diinginkannya.

Yang sebenarnya dia inginkan adalah memenjarakan Zanny dan membuatnya dikecam semua orang.

Yuna juga akan kembali berselisih dengan Wano karena dia.

Akan tetapi, sekarang Wano malah memberikan cek padanya?

Jelas saja, hal ini menunjukkan bahwa hubungannya dengan Yuna sangatlah erat.

Dengan air mata mengalir di pipinya, Qirana berkata, "Kak Wano, kamu juga nggak percaya padaku. Aku sudah bilang kalau aku nggak ingin diganti rugi, kenapa kalian semua nggak percaya padaku?"

Wano mengerutkan kening seraya menatapnya, "Kalau kamu ingin membeli yang baru, anggap saja aku memberikannya padamu sebagai hadiah."

Dia memasukkan cek itu ke dalam tas Qirana dan memerintah sopir, "Antar dia pulang!"

Kasus ini telah ditutup oleh Wano.

Zanny resmi dibebaskan.

Wano ingin menarik Yuna keluar, tetapi dia berhasil meloloskan diri.

Wajah lembut wanita itu menunjukkan kekecewaan dan sikap keras kepala, "Wano, ini yang terakhir kalinya. Kalau Qirana berani macam-macam denganku lagi di masa depan, aku nggak akan pernah melepaskannya begitu saja!"

Setelah mengatakannya, dia membawa Zanny dan berjalan keluar tanpa menoleh ke belakang.

Namun setelah mengambil beberapa langkah, dia mendengar suara seorang wanita datang dari belakang mereka.

"Yuna, apa kamu nggak mengenal ibumu?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status