4 bulan berlalu. Rumah tangga Luke dan Anna, sudah bahagia layaknya rumah tangga pasangan suami istri lainnya. Mereka hidup harmonis, dan selama itu tidak ada pertengkaran di antara mereka, meskipun ungkapan cinta tetap ada di sebelah pihak. Tapi Anna tak mempermasalahkannya. Karena yang terpenting, Luke sudah berubah.
Luke tidak lagi membatasi Anna. Sekarang, Anna bebas bergaul dengan keluarganya dan bebas ke mana pun yang Anna suka.
Hari ini, Luke ada pertemuan penting dengan kolega bisnisnya yang baru. Anna dengar-dengar, pebisnis itu dari Indonesia yang merintis usaha di bidang Properti.
“Pagi, sweet heart ...”
Cup!
Sapaan selamat pagi dan kecupan hangat itu, sudah biasa Anna dapatkan setiap pagi.
Anna tersenyum lebar. Dia berbalik arah dan membalas kecupan suami tercintanya itu, di kedua pipi Luke yang tirus dan sedikit bercambang halus.
“Pagi, My jerk husband ... “ balas Anna sambil tertawa dan menda
Luke menapakkan kaki di perusahaan besarnya. Perusahaan yang tergabung dari warisan ayah Alex dan ayah mertuanya, papa Axel. Kini, perusahaan miliknya, semakin besar berkat kerja keras dan ke uletan nya.Peter juga turut andil menjadi penopang, yang selalu kokoh mendorong perusahaannya dari belakang.“Astaga, Luxander. Kau baru sampai? Orang Indonesia itu sudah di sini sejak beberapa menit yang lalu.”Peter yang menyambut Luke dengan omelan panjangnya, membuat Luke hanya mendengus—sebal. Jangan lupa, Peter yang sudah membuatnya terlambat, karena bangun kesiangan. Aktivitas panasnya, bersama Anna juga harus gagal total. Karena, sepanjang malam, Jasmine dan Peter bergantian menghubunginya, hanya demi membujuknya untuk meminta istri kolega bisnisnya yang dari Indonesia, menyetujui permintaannya, yakni memasakkan Jasmine makanan bernama sate.“Luke, kau dengar aku tidak?” sungut Peter sambil mengikuti langkah Luke yang hendak memasuk
Anna mengemudikan mobilnya sedikit tergesa. Seharusnya, dia ke apotek dulu, baru menemui keluarga besarnya. Sekarang, karena ulah Davio dan Jasmine, dia harus tertahan berjam-jam di rumah besarnya, dan baru bisa pulang setelah hari mulai gelap.Anna sudah sampai di depan apotek. Dia melangkah turun dari mobil, dan masuk ke dalam apotek dengan cepat. Dia harus segera mendapatkan benda yang dia cari, sebelum Luke menyusulnya setelah meneleponnya puluhan kali.Anna menghampiri salah seorang petugas wanita yang berada di sana. Kebetulan, situasi di sana tidak begitu ramai. Tapi kenapa? Untuk sekedar mengatakan benda yang sedang dia cari, rasanya Anna begitu—bimbang?“Ada yang bisa saya bantu?” tanya wanita itu dengan ramah, tapi sukses membuat Anna sedikit tersentak. Demi penguasa jagat raya. Sungguh, Anna mendengar suara wanita itu menggelegar di pendengarannya. Dirinya yang sangat takut, atau memang mungkin kenyataannya jika pelaya
“Anna, kau sudah siap, sayang?”Suara Luke yang memenuhi ruangan, membuat Anna lekas mengambil tas nya setelah melihat penampilannya yang sempurna.Hari ini, dia harus ikut serta bertemu dengan partner kerja suaminya yang datang dari Indonesia, sekaligus bertemu langsung dengan istri pria Indonesia itu untuk mengajak mereka makan malam bersama, nanti malam. Ya—meskipun ada maksud lain, yakni meminta istri pria itu untuk memasak makanan bernama sate yang selalu Jasmine minta.“Ayo, berangkat!” tukas Anna setelah sampai di ruang tamu. Hari ini, dia sampai tidak memasak karena bangun kesiangan. Apalah daya, semalaman dia harus mengalihkan perhatian Luke dari kecurigaannya. Dengan apa? Tentu saja dengan membuat suami tercintanya itu puas di ranjang. Membuat Luke melupakan pertanyaan-pertanyaan, yang membuat Anna hampir pingsan mencari alasan untuk menjawab. Tapi tetap saja. Luke masih belum percaya jika Anna mengunjungi apotek untuk m
Anna mengerucutkan bibirnya—kesal. Inilah yang terjadi sekarang. Dia harus berganti pakaian di salah satu toilet kamar hotel dan kemudian memulai riasan wajahnya dari awal.“Pria menyebalkan itu, selalu melakukan sesuatu seenak dirinya bagai sultan!” rutuk Anna sambil mengeringkan rambutnya.Bagaimana Anna tidak kesal? Di dalam mobil tadi, Luke dengan sengaja merobek bajunya saat mereka tengah berciuman. Kemudian bisa kalian tebak kegiatan apa selanjutnya. Ya. Dia dan Luke bercinta dengan panas selama 1 jam tanpa jeda. Luke menyerangnya dengan rangsangan kenikmatan dan Anna tak mampu menolak. Anna juga tau, seberapa besar Luke menginginkannya. Seakan, Luke ingin menyampaikan ke frustasian nya , amarah, egoisme, juga rasa terpendam yang masih belum mampu Anna jabarkan.Dan setelah pergulatan dadakan mereka tadi, Luke kembali menjadi pribadi yang menyenangkan seperti semula. Sepertinya, emosi yang tadinya menutupi Akal seh
Luke dan Anna duduk di salah satu kursi restoran yang sudah menjadi tempat temu janji antara mereka dan partner bisnis kerja asal Indonesia Itu.“Kita nggak terlambat ‘kan? Jangan-jangan mereka sudah menunggu lama dan akhirnya pergi karena kita tak kunjung datang?” tanya Anna di sela-sela dia memilah kepingan cokelat di mangkuk es krimnya.“Tidak akan Anna.”“Bagaimana kau tau? Kita sudah menghabiskan waktu selama beberapa jam, dan bukannya, niat awal kita akan menemui mereka di kantor?”Luke tersenyum kilas. Anna yang cerewet dengan bibirnya yang bergerak-gerak kecil karena mencicipi es krim yang entah varian rasa apa, menjadi hiburan tersendiri untuknya.“Aku sudah menghubungi mereka. Dan kebetulan, Rigel juga sedang ada urusan mendadak.”Anna mengangguk-angguk kecil. “Oh, jadi namanya Rigel?”“Iya. Dan istrinya, Binar.”“Binar?” Ujar Anna sedikit tersentak.Luje menyipitkan matanya. “Kenapa?
“Anna? Ini serius rumah kalian?” pertanyaan polos Binar saat tiba di depan mansion keluarga besarnya, membuat Anna nyengir kuda.“Hehehe ... Iya, Bi.”Saat ini, Anna dan Binar sudah berada di mansion Daddy Alex. Sengaja, Anna membawa Binar pergi dari restoran lebih dulu, karena ke dua pria itu masih akan mengurus pekerjaan mereka.“Luas ya? Nggak nyangka, kamu se kaya ini loh, Ann?”Celetukan Binar, Anna tertawa pelan. “Mau dengar beberapa kisah gak?”Binar mengangguk dengan penuh semangatnya. “Mau, mau!”“Kalau begitu, mari sapa keluarga besarku dulu.”Anna beberapa kali terkikik geli, melihat bagaimana keterkejutan Binar saat masuk ke dalam mansion.“Pelayan di sini ternyata sangat banyak. Tapi, suasana mansion justru tenang dan damai.”Anna kembali tertawa tipis. “Mereka di buatkan paviliun khusus di belakang mansion. Saat sudah selesai bekerja, beberapa dari mereka akan kembali ke paviliun.”Bina
Ruangan itu riuh rendah terdengar obrolan hangat dan beberapa gelak tawa. Acara makan malam sudah dimulai sejak tadi, dan mungkin akan selesai sebentar lagi.“Jasmine, kamu masih belum kenyang?” tanya Luke dengan spontan saat melihat Jasmine yang disuapi Peter masih sangat lahap makannya. Tak heran juga karena Jasmine sedang hamil, dan mungkin kerakusannya karena keinginan bayinya. Tapi, jika Jasmine tidak berhenti makan seperti itu, Luke khawatir, Jasmine akan sakit perut dan mengalami sesuatu yang tidak baik nantinya.Jasmine tersenyum manis dengan pipi menggembung. “Sate buatan Binar, enak. Aku nggak bisa berhenti makan.” Jawaban Jasmine, membuat semua yang berada di sana mengangguk pertanda setuju.“Iya. Binar pintar sekali memasak. Masakannya sangat enak. Kenapa tidak mencoba mengembangkan bisnis kuliner saja?” tanya Luke.Binar dan Rigel, terlihat bertatapan sejenak. Tatapan Binar yang sendu, Rigel balas dengan tatap tajam—
Anna pergi tanpa menunggui pembicaraan itu selesai. Hatinya sudah terlanjur sakit. Kenyataan jika Luke tak mau bayi dari dirinya, membuatnya benar-benar terluka. Begitu hinanya kah dirinya, sampai-sampai Luke menganggap bayi yang dia kandung merugikan? Lalu, bagaimana dengan jalang bernama Selena? Apa Luke lebih menginginkan Selena lah yang mengandung keturunannya? Sialan! Kenapa Luke harus se berengsek ini? Jadi, selama ini, Luke membohonginya, dan dia dengan mudahnya percaya. Lantas, apa yang bisa dia lakukan sekarang? Dia tidak mungkin pergi. Bayi dalam kandungannya, pasti membutuhkan ayahnya. Dia tidak akan egois dan memikirkan dirinya sendiri. Ada bayinya yang harus dia pikirkan masa depannya. Dan dia akan melakukan apa pun agar bayinya lahir dengan selamat dan bisa merasakan kasih sayang ayahnya.Di ruang tengahPeter menyipitkan matanya. Dia perlu meluruskan pikiran Luke yang mulai gila. “Apa kau se kejam itu sampai ingin me