Anna mengerucutkan bibirnya—kesal. Inilah yang terjadi sekarang. Dia harus berganti pakaian di salah satu toilet kamar hotel dan kemudian memulai riasan wajahnya dari awal.
“Pria menyebalkan itu, selalu melakukan sesuatu seenak dirinya bagai sultan!” rutuk Anna sambil mengeringkan rambutnya.
Bagaimana Anna tidak kesal? Di dalam mobil tadi, Luke dengan sengaja merobek bajunya saat mereka tengah berciuman. Kemudian bisa kalian tebak kegiatan apa selanjutnya. Ya. Dia dan Luke bercinta dengan panas selama 1 jam tanpa jeda. Luke menyerangnya dengan rangsangan kenikmatan dan Anna tak mampu menolak. Anna juga tau, seberapa besar Luke menginginkannya. Seakan, Luke ingin menyampaikan ke frustasian nya , amarah, egoisme, juga rasa terpendam yang masih belum mampu Anna jabarkan.
Dan setelah pergulatan dadakan mereka tadi, Luke kembali menjadi pribadi yang menyenangkan seperti semula. Sepertinya, emosi yang tadinya menutupi Akal seh
Luke dan Anna duduk di salah satu kursi restoran yang sudah menjadi tempat temu janji antara mereka dan partner bisnis kerja asal Indonesia Itu.“Kita nggak terlambat ‘kan? Jangan-jangan mereka sudah menunggu lama dan akhirnya pergi karena kita tak kunjung datang?” tanya Anna di sela-sela dia memilah kepingan cokelat di mangkuk es krimnya.“Tidak akan Anna.”“Bagaimana kau tau? Kita sudah menghabiskan waktu selama beberapa jam, dan bukannya, niat awal kita akan menemui mereka di kantor?”Luke tersenyum kilas. Anna yang cerewet dengan bibirnya yang bergerak-gerak kecil karena mencicipi es krim yang entah varian rasa apa, menjadi hiburan tersendiri untuknya.“Aku sudah menghubungi mereka. Dan kebetulan, Rigel juga sedang ada urusan mendadak.”Anna mengangguk-angguk kecil. “Oh, jadi namanya Rigel?”“Iya. Dan istrinya, Binar.”“Binar?” Ujar Anna sedikit tersentak.Luje menyipitkan matanya. “Kenapa?
“Anna? Ini serius rumah kalian?” pertanyaan polos Binar saat tiba di depan mansion keluarga besarnya, membuat Anna nyengir kuda.“Hehehe ... Iya, Bi.”Saat ini, Anna dan Binar sudah berada di mansion Daddy Alex. Sengaja, Anna membawa Binar pergi dari restoran lebih dulu, karena ke dua pria itu masih akan mengurus pekerjaan mereka.“Luas ya? Nggak nyangka, kamu se kaya ini loh, Ann?”Celetukan Binar, Anna tertawa pelan. “Mau dengar beberapa kisah gak?”Binar mengangguk dengan penuh semangatnya. “Mau, mau!”“Kalau begitu, mari sapa keluarga besarku dulu.”Anna beberapa kali terkikik geli, melihat bagaimana keterkejutan Binar saat masuk ke dalam mansion.“Pelayan di sini ternyata sangat banyak. Tapi, suasana mansion justru tenang dan damai.”Anna kembali tertawa tipis. “Mereka di buatkan paviliun khusus di belakang mansion. Saat sudah selesai bekerja, beberapa dari mereka akan kembali ke paviliun.”Bina
Ruangan itu riuh rendah terdengar obrolan hangat dan beberapa gelak tawa. Acara makan malam sudah dimulai sejak tadi, dan mungkin akan selesai sebentar lagi.“Jasmine, kamu masih belum kenyang?” tanya Luke dengan spontan saat melihat Jasmine yang disuapi Peter masih sangat lahap makannya. Tak heran juga karena Jasmine sedang hamil, dan mungkin kerakusannya karena keinginan bayinya. Tapi, jika Jasmine tidak berhenti makan seperti itu, Luke khawatir, Jasmine akan sakit perut dan mengalami sesuatu yang tidak baik nantinya.Jasmine tersenyum manis dengan pipi menggembung. “Sate buatan Binar, enak. Aku nggak bisa berhenti makan.” Jawaban Jasmine, membuat semua yang berada di sana mengangguk pertanda setuju.“Iya. Binar pintar sekali memasak. Masakannya sangat enak. Kenapa tidak mencoba mengembangkan bisnis kuliner saja?” tanya Luke.Binar dan Rigel, terlihat bertatapan sejenak. Tatapan Binar yang sendu, Rigel balas dengan tatap tajam—
Anna pergi tanpa menunggui pembicaraan itu selesai. Hatinya sudah terlanjur sakit. Kenyataan jika Luke tak mau bayi dari dirinya, membuatnya benar-benar terluka. Begitu hinanya kah dirinya, sampai-sampai Luke menganggap bayi yang dia kandung merugikan? Lalu, bagaimana dengan jalang bernama Selena? Apa Luke lebih menginginkan Selena lah yang mengandung keturunannya? Sialan! Kenapa Luke harus se berengsek ini? Jadi, selama ini, Luke membohonginya, dan dia dengan mudahnya percaya. Lantas, apa yang bisa dia lakukan sekarang? Dia tidak mungkin pergi. Bayi dalam kandungannya, pasti membutuhkan ayahnya. Dia tidak akan egois dan memikirkan dirinya sendiri. Ada bayinya yang harus dia pikirkan masa depannya. Dan dia akan melakukan apa pun agar bayinya lahir dengan selamat dan bisa merasakan kasih sayang ayahnya.Di ruang tengahPeter menyipitkan matanya. Dia perlu meluruskan pikiran Luke yang mulai gila. “Apa kau se kejam itu sampai ingin me
Luke yang refleks, entah kenapa justru membantu Selena lebih dulu di bandingkan Anna. Dan lihat akibat ulahnya sekarang. Anna pergi dengan raut wajah kecewa, dan sungguh, dia menyesal.“Tuan?”“Jangan sentuh aku!” tegas Luke, saat Selena beraninya memegang tangannya. “jangan mengharap lebih. Aku menolongmu karena sisi kemanusiaan dan aku menyesal!” ucapnya dengan tegas kemudian menyusul Anna yang lari entah ke mana.Luke pergi dari sana dengan wajah gusar. Anna pasti akan semakin murung setelah melihatnya menolong wanita lain di bandingkan Anna. Tentu saja Anna akan cemburu, karena Anna mencintainya.“Anna, berhenti!” teriak Luke begitu melihat punggung Anna yang berlarian di depan sana. “Please, dengarkan aku dulu Anna!” teriaknya lagi walaupun tak Anna hiraukan.Luke berlari se kencang mungkin. Anna tidak mungkin menghindarinya seperti ini, jika wanita itu tidak menangis.“Anna! Please!” ujarnya, begitu berhasil men
Anna memarkir mobilnya di depan pusat perbelanjaan itu. Kawasan elite yang diresmikan pada abad 20 itu memang sangat unik. Letaknya ada di bawah tanah, dan bentuknya yang seperti labirin akan membuat pengunjung seperti sedang berpetualang. Kawasannya juga sangat luas, dan pengunjung bisa menemukan apa pun di sana.“Binar, kamu mau main petak umpet ngajak aku ke sini?” canda Anna saat mereka mulai memasuki kawasan mall itu.Binar tersenyum kilas. Matanya berkedip—menggoda Anna. “Mau jalan-jalan Anna. Kalo main petak umpet di sini, yang ada, aku bisa masuk dalam daftar orang kesasar.”“Hahaha ... “ Anna kembali tertawa lebar. Binar selalu sukses membuatnya tertawa. “mau makan dulu, apa jalan-jalan dulu kita?” lanjutnya.“Jalan-jalan dulu lah, biar lapar. Ntar pas kamu traktir, aku makannya sedikit dong kalo gak lapar,” celetuk Binar.“Ish, awas anaknya r
Anna terus berlari sambil memeluk perutnya dengan erat. Semua kenyataan ini, benar-benar menghancurkannya. Luke ternyata masih berhubungan dengan wanita itu di belakangnya, dan sayangnya, dia tak mengetahuinya sehingga mempercayai Luke begitu mudah.Anna merasakan perutnya sedikit nyeri. Dia terlalu cepat dan terlalu jauh juga berlari. Seakan dengan berlari jauh, semua kenyataan itu akan hilang, dan kenyataan pahit tadi seolah hanya mimpi semu seiring jarak yang dia tempuh. Tapi bodohnya dia, karena sejauh apa pun dia mencoba untuk tak mempercayainya, kenyataan itu akan tetap terpampang jelas di depan mata.Anna duduk di pinggir jalan sambil mengusap perutnya dan mencoba mengatur perbatasannya yang tersengal. Jika kondisinya seperti ini, dia bisa membahayakan janinnya. “Maafkan, Ibu Nak. Maaf,” lirih Anna sambil terus mengusap perutnya dengan lembut.Seseorang berhasil menyusulnya, dan orang itu adalah Binar. Binar juga duduk di samping Anna dan menarik wa
Ekstra Part 1Luke tertawa sumbang. Bagaimana dia bisa se bodoh ini? Dia yang sejatinya seorang pria arogan, malah tak bisa berkutik sama sekali hanya karena sebuah fakta yang bahkan belum dia ketahui kebenarannya.Dengan sekali tarikan napas, Luke mengambil ponselnya kemudian menghubungi seseorang yang bisa dia ajak untuk menemukan jalan keluar permasalahannya.“Halo, Dad. Bisa kita bertemu?” ucap Luke begitu panggilannya di angkat.“Baiklah. Lagi pula, aku memang Ingin mengunjungi perusahaanmu.”Klik! Sambungan itu mati. Luke meletakkan ponselnya, kemudian bangkit dari kursi kebesarannya lantas dia pun melangkah ke arah lemari dan mengambil sesuatu di sana.“Maaf, aku mengecewakanmu lagi ... “ lirihnya pelan.Luke mengusap cincin berlian yang tak sengaja dia beli saat mengaja Anna ke toko emas beberapa bulan yang lalu. Cincin berwarna putih dengan satu berlian besar yang menghiasinya, membuat Luke rela mengeluarkan ua