"Jadi kemarin lusa, Joy ngungkapin sesuatu rahasia yang amat besar!"
"Apa?" Zain kaget. Ia serius menatap Prita, cukup penasaran juga.
"Bokap Joy adalah pelaku pembunuhan nyokap lo, tapi–" Kalimat Prita langsung di potong dengan lancang oleh Zain. Pria itu memang hobi memotong pembicaraan Prita.
Zain mengembuskan napasnya. Zain kira benar-benar sebuah rahasia. Ternyata hanya itu. Apa yang baru saja Prita ucapkan adalah hal yang sudah Zain ketahui bahkan sudah dari jauh-jauh hari.
"Kalo itu si gue udah tahu. Om Jeffry yang udah bunuh nyokap gue saat gue masih kecil. Ya udah, ya, gue mau pulang–"
"Ck, tunggu dulu! Gue belum selesai bicara!" Prita menahan Zain yang hendak pergi. Ia menarik nya dan mendudukkan pria itu kembali.
"Oke fine, gue dengerin sampe selesai. Kalo ngga penting awas lo!" Zain akhirnya duduk. Tanahnya menahan dagunya di meja memerhatikan Prita selesai berbicara.
"Dijamin penting. Jadi dalang d
Namanya Cinamon Cixie, biasa dipanggil Cici. Ia adalah sahabat Prita. Prita tahu bagaimana kehidupan Cici, sangat akrab dengan sebuah luka.Dari kecil, tepatnya setelah lima hari Cici lahir, ibu Cici sudah meninggalkan Cici dengan ayahnya.Cici berada di Indonesia bersama dengan sang ayah, sedangkan ibunya ada di Cina.Ibunda Cici menjatuhkan talak pada Glen–ayahnya Cici, alasannya karena Glen tidak bisa membuat hidup Xia menjadi seperti yang diinginkan nya. Bisa dikatakan ekonomi Glen saat itu sedang sulit-sulitnya. Xia tidak bisa menemani Glen di masa sulit itu, terlebih dia baru melahirkan dan kebutuhan pasti akan bertambah.Yang lebih parahnya Xia meninggalkan Glen dan anaknya begitu saja. Wanita itu tidak peduli dengan keadaan Cici yang masih bayi pada saat itu.Sampai akhirnya, Glen bisa membesarkan Cici tanpa Xia sampai sebesar sekarang. Meskipun Xia meninggalkan Cici tanpa sebuah alsan yang jelas, tetapi Cici terus bersemangat i
Zain akan pergi ke basecamp, sebab Jali sudah keluar dari rumah sakit. Katanya anak-anak akan merayakan kepulihan Jali.Ia membawa kendaraan roda duanya dengan santai. Menikmati angin sore memanglah membuat candu. Anginnya sepoi-sepoi, semilir menyentuh kulit di tambah kendaraan sudah mulai renggang. Ya, hanya ada beberapa saja.Saat Zain melewati jalanan sepi, ia melihat mobil yang sedang berhenti, sepertinya mogok.Zain semakin memelankan laju kendaraannya, ia mendelik sepintas pada orang yang tengah berdiri di depan mobilnya. Orang itu sedang menerima telepon. Ternyata pria itu adalah Delon.Delon pun secara refleks melihat ke arah Zain, tetapi pria itu terlihat acuh tak acuh melihat gadis yang tidak disukainya.Zain pun memilih melewatinya saja, ia tidak mau memedulikan sang ayah yang tidak mau memedulikan nya juga.Tetapi Zain teringat kata-kata Prita yang memberi tahukan bahwa pelaku yang telah menghancurkan rumah Resti bukanlah Delon,
Tinggal satu langkah lagi rencana Zeno akan berjalan mulus tanpa kendala apa pun. Hanya satu yang kurang, yaitu sejumlah uang untuk menyewa penculik.Bagaimana Zeno akan berhasil menangkap Zain dan membawanya ke gedung itu jika tidak ada yang membantunya. Ya, Zeno harus membayar beberapa orang untuk membantunya menculik Zain.Dan Zeno akan meminta uang itu dalam jumlah yang sangat banyak kepada Zain. Rasanya unik sekali jika Zain mengetahui bahwasanya Zeno meminta uang untuk membayar orang yang akan menculiknya.Zeno tertawa sendiri seperti orang gila kala memikirkan itu.Saat ini pria itu sedang menunggu kedatangan Zain–sepupunya.Biasanya Zain sudah tiba sebelum jam lima. Akan tetapi, kali ini anak itu lebih sering menghabiskan waktunya di luar.Zeno kembali bermain ponsel seraya menunggu kedatangan Zain.Bi Yem mendelik sinis, tak suka sebenarnya dengan Zeno, sebab yang Bisa Yem tahu Zeno ke mari hanya untuk memanfaatka
Esok hari sebelum pergi ke sekolah, Prita meminta bertemu dengan Zain terlebih dahulu, sebab Prita mempunyai bukti yang sangat akurat untuk membuat Zain percaya bahwa orang yang selama ini dekat dengannya, mengasihinya adalah orang yang paling jahat. Dia adalah musuh dalam selimut yang sudah menipun Zain sekian lamanya.Mereka berdua bertemu di tempat biasa. Di sebuah taman dekat jalan raya yang masih terlihat senggang, sebab ini masih terlalu pagi untuk orang-orang yang ingin berangkat kerja atau pun pergi ke sekolah."Gue akan menunjukan sesuatu yang akan membuat lo percaya bahwa masuh bisa saja menyerupai sebagai teman. Ini akan membuat lo percaya bahwa orang-orang terdekat lo pun bisa saja berkhianat," tukas Prita sebelum mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya."Ngebacot apaan sih lo?" Ketus Zain dengan kedua alis terangkat.Prita berdecak, "Ck, tunggu dulu, gue keluarin buktinya dulu," ucap Prita dan mengeluarkan ponsnya lalu membuka isinya. Set
Zeno salah karena telah bermain-main dengan Zain. Sekarang kondisi Zeno habis babak belur oleh Zain.Hampir saja Zeno melecehkan tubuh Prita. Akan tetapi, untungnya yang Zeno hadapi bukanlah Prita melainkan jiwa Zain.Zain melesat meninggalkan kediaman Zeno dengan amarah yang masih berapi-api. Jika dirinya tidak sedang berada di tubuh Prita, mungkin saja Zeno akan habis oleh Zain. Tetap Zain tidak melakukan itu karena ia sedang berada di dalam raga Prita dan takut mencemarkan nama Prita jika sudah membunuh orang.Hari ini Zain membolos. Ia pergi ke makam ibunya. Langit tak secerah pagi, mungkin langit pun merasakan apa yang Zain rasakan saat ini, hati Zain sedang mendung–gundah gulana.Tak terasa air matanya menetes lalu terbawa oleh angin. Zain memberi kecepatan di atas rata-rata pada laju kendaraannya, itu sebagai peralihan emosinya yang sedang meledak-ledak.Zain turun ketika sudah di tempat tujuan. Rambutnya terhalau angin yang menerpa.
"Kalian pikir gua takut, hah!" Resti memasang badan melarang orang-orang itu masuk ke dalam rumahnya. Resti tidak akan membiarkan mereka merusak rumahnya lagi. Orang-orang yang ada di depannya ini adalah orang-orang yang sama yang merusak rumahnya pada waktu ini. Bedanya jumlah mereka saat ini lebih banyak."Udahlah kita masuk aja, lagian cuma perempuan satu ini masa takut," oceh orang itu.Buk!Resti melayangkan sapu tepat di wajahnya."Mau ngapain kalian ke rumah gue!" sentak Zain tiba-tiba. Ia datang bersama Prita. Prita sudah memberi tahu Zain bahwa mereka adalah orang-orang suruhan Liana."Mereka-mereka ini sebenarnya adalah orang-orang suruhan Liana!" imbuh Prita tajam."Jangan so tau kamu bocah ingusan!" bantah si kepala pelontos. Kulitnya hitam seperti orang Afrika."Gue gak so tau, mending kalian ngaku aja deh!" sergah Prita."Kami ini suruhannya Tuan Delon!" ungkap laki-laki bertubuh besar, pria itu memiliki leh
Prita dan Zain sedang duduk-duduk menikmati angin sore, tepatnya di taman yang tak jauh dari bascamp.Prita melirik ke arah Zain yang sedang memandang langit. Ia berkata,"Sorry, ya, gue cuma bisa jadi peringkat ketiga. Apalagi ini pelulusan lo." Prota membuat Zain menurunkan pandangannya dan menoleh padanya."Ya mau gimana lagi," lirih Zain. Sebenarnya ia tak ambil pusing, toh rangking bukan sebuah patokan baginya. Justru skill yang bisa membuktikan bagaimana nanti Zain kedepannya."Oh iya, lo sama gue belum lanjutin yang kemarin," ucap Zain membuka topik baru. Jujur saja Zain ketagihan dengan hal yang terjadi pada waktu itu."Yang kemarin?" Kening Prita berkerut."Yang di rumah pohon itu!" tukas Zain mencoba mengingatkan Prita."Astaga, lo mesum!" sentak Prita segera menjauh dari Zain. Namun Zain sepertinya tidak mau berada jauh dari Prita. Cowok itu menarik Prita hingga posisi mereka benar-benar intim."Lo kan ud
Ternyata Zeno membawa Prita ke kediaman Delon. Pria itu sudah menipunya.Prita memerhatikan jalan, ia sudah. Bapak betul jalan ke arah ini ini."Ini kan jalan kerumah bokap?" terka Prita membuat Zeno tersenyum miring.Zeno berpikir sepupunya itu memang benar-benar tidak ingat hari ulang tahunnya. Sesekali Zeno mendelik sepintas, melihat wajah sepupunya yang kecut."Kak, lo bohongin gue yah?" gumam Prita. Namun tak mendapat respon dari Zeno."Kak!" panggil Prita mengguncang sedikit tangan Zeno dari samping. Tidak mungkin juga Zeno berniat jahat saat ini, sebab pakaian Zeno sangatlah rapi."Gue gak bohongin lo! Ini emang hari ulang tahun anaknya Tuan Delon, yaitu lo!" Akhirnya Zeno memberitahu Prita. Sayang sekali padahal jika tidak diberi tahu maka ini akan menjadi suprise bagi Prita."Hah, gue?" Prita menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi wajah terkejut."G–gue ulang tahun?" tanya Prita sekali lagi. Hanya untuk sek