"El, sudah siap? Ayo, keburu siang gue ada matkul pagi soalnya."
"Hemm."
"Udahan kali El, ngambeknya. Gue serasa tinggal di kutup utara tahu, tiap hari dikasih ekspresi dingin lo itu, lama-lama gue jadi ikutan beku."
Ellea tidak menanggapi semua ocehan yang keluar dari mulut Ale dan berlalu begitu saja meninggalkan sosok laki-laki yang menatap nanar kepergiannya.
Melihat itu mau tidak mau Ale pun dengan cepat mensejajarkan langkahnya agar bisa beriringan dengan gadis yang sudah hampir saru minggu ini melakukan aksi mogok bicara padanya.Sampai di tempat parkir mobil Ale lantas menekan tombol kunci pada kontak mobil yang dibawanya. Ellea masih tetap diam dan tidak sepatah katapun keluar dari mulutnya, dengan gerakan santai Ellea langsung mengambil tempat duduk di samping kemudi di mana Ale yang akan duduk dibaliknya.
"Nggak usah hidupin AC, El, gue sudah sangat kedinginan
"Perasaan gue sudah pergi jauh, tapi kenapa dari sekian ribu orang di muka bumi ini, gue mesti ketemunya elo lagi elo lagi!" "Idih, pede banget gue mau ketemu situ, mimpi lo ketinggian, Li." "Ck, ngapain sih lo di disi?" "Li, berhenti ngoceh sebentar bisa? Gue masih ingin berbincang dengan Ellea," memberi kode untuk Ale diam dengan menempelkan telapak tangannya di mulut Ale, yang sedari tadi tidak berhenti bicara. "El, gimana kabar kamu?" "Nggak usah basa-basi, jelas-jelas lo lihat dengan mata kepala lo sendiri gimana keadaan Ellea sekarang," Ale tidak mengindahkan perkataan orang di sampingnya untuk berdiam diri. "Tuhan nu gusti! Ellea, kenapa bisa-bisanya kamu tahan tinggal bareng sama manusia jadi-jadian ini, sih." Sosok tersebut merasa frustasi menghadapi keceriwisan Ale, yang menurutnya tidak berubah dari jaman sekolah dulu. Malah tingkat keceriwisannya meningkat dan itu sangat menyebalkan baginya. Esta, teman sekelas Ale
"Jadi lo kerja di sini?" Esta mengangguk membenarkan, dia tidak menyangka jika mantan teman sekelasnya ini akan datang ke tempatnya bekerja. Perasaan Esta tidak memberi alamat tempat kerjanya pada siapapun, termasuk Ale. "Gue nggak mau basa-basi Es, sorry bukan maksud gue ngerendahin pekerjaan lo tapi ini demi masa depan lo. Gimana kalau lo ikut gue, kebetulan ada posisi di kantor dan gue yakin lo sangat menguasai bidang ini." "Gue gak yakin bisa Li, lo tahu kalau gue nggak ada pengalaman untuk itu." "Pasti bisa, ini pekerjaan bisa lo kerjakan di mana pun dan kapanpun, jadi lo juga bisa kembali kuliah dan mewujudkan cita-cita lo yang tertunda untuk menjadi seorang dokter. Tolong pikirkan betul-betul tawaran gue." Esta ingin namun masih bimbang. Apalagi ini kesempatan bagus agar dia bisa melanjutkan kembali pendidikannya. Menjadi seorang dokter seperti yang sudah Esta impikan
"Ellea Pramadisti!" Suasana aula yang semula hening berubah menjadi riuh, sesaat setelah nama Ellea dipanggil. Suara sorak-sorai seketika memenuhi ruangan tempat terselenggaranya acara wisuda yang diadakan oleh pihak kampus, dimana Ellea mengenyam pendidikan di bangku kuliah. Ucapan selamat terdengar saling bersahutan antara satu dan yang lainnya, semua tertuju pada satu nama yaitu Ellea, sang primadona kampus yang berhasil meraih nilai tertinggi dari seluruh mahasiswa angkatannya. Suara gaduh pun tak terelakkan lagi, kala gadis yang sudah beranjak dewasa itu, perlahan melangkahkan kaki jenjangnya menuju podium. Parasnya yang ayu, berikut pakaian kebaya modern yang melekat pas ditubuhnya manjadi salah satu penunjang atas eloknya penampilan Ellea siang ini. Seluruh pasang mata seakan terpana melihat wujud nyata dari sang peraih gelar cumlaude tahun ini. Dengan langkah pasti, serta seulas senyum tipis ya
"Aku juga setuju kalau kamu lanjut kuliah lagi, El." "Dasar kepala batu, kagak bisa banget nurut sama kami yang lebih tua." "Apa salahnya kalau aku kerja, Kak!" "Salah, karena lo bekerja untuk orang lain. Sedangkan gue sudah mempersiapkan lo tempat di perusahaan nantinya setelah lo lulus S2." "Kak Al," rengek Ellea pada Ale. "No, El," Ale menggeleng tegas, " jangan tunjukkan wajah memelasmu lagi. Gue akan tetap pada keputusan ini." "Aku nggak mau lanjut kuliah Kak," kekeh Ellea yang juga tetap pada pendiriannya. "Bodo amat, yang jelas lo harus lanjut kuliah lagi. Lo harus punya bekal yang cukup El, karena dunia kerja tidak semudah yang lo bayangkan." "Yang dikatakan Ali benar, El, apalagi kamu perempuan. Setidaknya dengan latar pendidikan yang kamu punya, kecil kemungkinan jika nantinya ada orang yang berusaha untuk menjat
"Dari mana saja sih baru balik, perasaan sejak belum selesai acara lo sudah pamit undur diri." "Ada urusan penting." "Sepenting apa? Sampai lo bela-belain menolak ajakan para senior untuk makan siang bersama." "Penting bangat, sudahlah yang penting gue sudah kembali." "Nanti malam mereka juga ngundang kita party, datang yuk itung-itung bersenang-senang sebelum balik ke Surabaya." "Lo aja deh, gue mau istirahat Dim, capek banget rasanya." "Lo mah gak asik banget Lang, mumpung masih di sini juga." Tidak menyahuti perkataan temannya, Elang memilih untuk segera merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Pikirannya masih tertuju pada adik semata wayangnya, Ellea. Akhirnya setelah pertemuan satu bulan lalu yang secara tidak sengaja Elang menjumpai Ellea berada di kampus di mana Elang melakukan tugasnya sebagai dosen pengganti di salah satu universitas tersohor di kota Bandung tempat Ellea berkuliah. Hari ini, tepatnya saat acara wisuda yan
Posesif Sementara Ellea, sejak dirinya mendapati kedekatan antara Ale dan Esta yang semakin dekat merasa khawatir jika keduanya benar-benar akan bertindak di luar batas. Tidak ingin melihat kedekatan Ale dan Esta yang terlewat intens, Ellea menjadi posesif terhadap keduanya. Hal itu membuat Ale sebal dengan tinggkah Ellea yang menurutnya terlalu berlebihan, sebab setiap tindak tanduknya selalu diawasi oleh gadis yang sekarang sudah resmi menjadi mahasiswa pasca sarjana di tempatnya kuliah dulu. Pada akhirnya Ellea menerima tawaran pihak kampus yang bersedia memberi beasiswa penuh untuk yang kedua kali, lagi, Ellea bisa berkuliah tanpa pusing memikirkan soalan biaya. Walaupun tanpa beasiswa itu, Ale sudah sangat mampu untuk membiayai semuanya. Tapi Ellea menolak sebab sudah cukup dengan dia menggantungkan hidupnya secara cuma-cuma, dan tidak untuk biaya pendidikannya. "El, lo rusuh banget sumpah!" Prote
CEO Tiga bulan berlalu setelah Ellea mengetahui fakta yang sempat dirahasiakan oleh Ale darinya. Ellea merasa biasa saja dan tidak menunjukkan ekspresi apapun. Ale sempat takut jika Ellea tidak bisa mengendalikan emosinya namun ketakutannya tidak menjadi kenyataan. Ale lega dan bisa sedikit tenang karena Ellea sudah tidak seperti dulu jika mendengar nama dari bagian masa lalunya. Tapi siapa yang tahu jika sesungguhnya Ellea masih memendam rasa traumanya seorang diri. Ellea menanyakan pada Ale dimana Elang tinggal, karena setahu Ellea tidak ada sanak keluarganya yang tinggal di kota ini. Lalu jika Elang bisa sampai di sini, bisa dipastikan jika itu bukan urusan keluarga, melainkan urusan yang lain. Dan Ellea pun tidak yakin jika itu menyangkut tentang dirinya. Untuk apa? Karena Ellea sendiri merasa dirinya tidak seberharga itu untuk dicari-cari keberadaannya. Lalu Ale menceritakan padanya jika Elang merupakan dosen tamu
"Nggak ada yang lucu Es, pergi sana! gue nggak butuh bantuan lo." "Yakin gak butuh bantuan gue? Oke deh gue balik kalau gitu, selamat beristirahat Bapak CEO yang terhormat." Hanya sampai ujung pintu, gerakan tangan Esta yang akan menggapai handle terhenti kala mendengar seruan dari Ale bernada sebuah ancaman. Esta berbalik dan mengurungkan niatnya untuk pergi. "Gini nih, kalau orang sudah kelebihan uang, ngancamnya gak main-main. Apa dayaku yang rakyat jelata ini," gerutu Esta, mau tidak mau dia harus kembali menghampiri sahabatnya yang masih berbaring di atas brangkar. Dengan seorang perempuan yang keadaannya jauh lebih mengenaskan dari Ale sendiri. Bagaimana bisa Ale yang tidak ada luka sedikitpun tergeletak tak berdaya di atas brangkar UGD, sementara perempuan di sampingnya dengan kondisi cukup parah duduk menungguinya yang tidak sadarkan diri. Benar-benar definisi tersangka yang membagongkan. Esta terkejut bukan main ketika tiba-tiba ada yang meng