Tiga jari menjelang hari pernikahannya tanpa alasan yang jelas Abraham tiba-tiba membatalkan niatannya untuk menikahi Ellea. Hal itu membuat Ellea berang, entah apa yang sebenarnya sedang direncanakan oleh Ellea sekaligus pria tua itu. Yang awalnya Abraham bernapsu sekali ingin sesegera mungkin menikahi Ellea, tapi mendekati hari H Abraham justru membatalkan niatannya. Pun dengan Ellea yang semula menolak keras bahkan sampai pada insiden kabur dari rumah, lalu diselamatkan oleh Alano dan berakhir dirinya yang tertangkap oleh anak buah Abraham. Namun kini tidak ada yang tahu akan rencana apa yang ada di kepala Ellea. Keadaan seolah terbalik bahwa kini justru Ellea lah yang begitu ingin segera dinikahi oleh pria tua julukannya.
Di saat Ale dan Esta yang mendapat kabar itu merasa senang bukan main tapi tidak bagi Ellea. Gadis itu terlihat tidak suka dengan keputusan Abraham yang menurutnya tidak masuk akal olehnya.
Bahkan Abraham t
"Non Ellea kami di suruh Tuan Abraham untuk membantu Nona berkemas." Dua pelayan memasuki kamar Ellea dengan menyeret satu koper berukuran sedang."Memang saya mau di suruh kemana?" tanya Ellea yang dibalas gelengan kepala oleh dua pelayan tersebut.'Apa Pria tua itu sungguh-sungguh ingin mengirimku ke Bandung? Dan kembali bersama Kak Ale?' Ellea menduga-duga.'Ini tidak bisa dibiarkan. Bagaimana mungkin pria itu bisa bertindak semaunya seperti ini kepada dirinya.'Dan saking penasarannya ia bangkit dari atas tempat tidurnya untuk menemui Abraham langsung. Sayang aksinya itu terhalang oleh bodyguard yang berjaga di depan kamar pribadi Abraham."Ada perlu apa, Nona? Tuan sedang tidak bisa diganggu.""Aku ingin bertemu dan bicara dengannya. Jadi, buka pintu dan biarkan aku masuk.""Maaf Nona, saya hanya menjalankan perintah dari Tuan jika tidak ada yang boleh masuk ke kamar beliau.""Tapi aku calon istrinya, bukan orang lain lagi bagi Tuanmu itu!" Ellea tetap kekeh dan berusaha membuka
"Kak, jangan lakukan ini padaku, please.""Tidak bisa, Dek. Kakak tidak bisa berhenti. Kamu tenang Kakak akan tangung jawab.""Tidak, Kak. Ini salah aku mohon jangan diteruskan.""Sorry, Dek. Kamu mau marah bahkan pukul Kakak lakukan. Tapi Kakak benar-benar tidak bisa menghentikan ini semua."Tidak memperdulikan permohonan gadis yang berada di bawahnya. Sosok laki-laki yang dipanggilnya kakak itu tanpa hati mengoyak, dan mencabik mahkota kesucian gadis remaja yang masih di bawah umur. "Maaf, Kakak pasti akan kembali untuk mempertangung jawabkan ini."Usai melampiaskan nafsu birahi terlarangnya, dengan tidak berperasaan pria itu segera pergi meninggalkan kehancuran yang baru saja diciptakannya. Sama sekali tidak memikirkan bagaimana keadaan gadis remaja yang baru saja di rusak kehormatan dan kesuciannya. Sampai pada akhirnya semua telah berakhir seiring terdengarnya suara ledakan dahsyat berasal dari mobil yang dikendarai oleh pria yang masih dalam pengaruh alkohol tersebut.Ledakan da
"El, sudah kamu siapkan tongkat dan juga talinya?" Gadis dengan balutan seragam pramuka lengkap tersebut menganggukkan kepala guna menjawab pertanyaan dari kakak pembinanya. Gurat wajah letih menandakan jika ia sudah teramat lelah. Namun demi sebuah tanggung jawab yang diembannya, sebagai anggota inti ekskul pramuka Ellea rela mengesampingkan rasa pusing yang mulai mendera. Setidaknya untuk dua jam kedepan. "Sepertinya anggota sudah lengkap, Kak. Kita bisa memulainya sekarang." "Benar, suruh ketua regu mengatur barisan kelompoknya masing-masing, El." Ellea masih berusaha terlihat normal, meski sesungguhnya bukan rasa pusing yang semakin pening. Perutnya pun sudah terasa keram dan nyeri. 'Ya Allah... kenapa sakit sekali?' Langkah kakinya terhenti, lututnya ia lipat dengan kedua tangan meremas pelan perut bagian depannya.
"Kak, kumohon jangan lakukan itu El takut lepasin kak. Toloooong ... eemmmppp." Orang yang dipanggilnya kakak itu mencium bibir Ellea dengan kasar, supaya tidak lagi berteriak meminta tolong. "Dek, kakak janji tidak akan menyakitimu, tapi kamu diam dan menurutlah." "Aku gak mau kak, tolong lepasin El." "Nggak, kakak nggak bisa berhenti, Dek. kakak janji akan bertanggung jawab nanti, jadi kamu nggak usah khawatir, ya." Dengan paksa laki-laki itu mengoyak mahkota kesucian yang berusaha Ellea pertahankan namun akhirnya gagal, laki-laki itu dengan bejatnya melakukan hal terlarang terhadap Ellea, gadis yang usianya bahkan masih 16 tahun. Masih sangat dini untuk menerima perlakuan yang di luar batas kemampuannya. Ellea tak kuasa menahan perih dan sakit yang dia rasakan ketika laki-laki itu secara paksa memasukinya d
"Aku diperkosa." Entah kenapa Ellea bisa mengatakan itu kepada Ale, sementara selama ini dia hanya diam saja ketika keluarganya menanyainya perihal ini. Tapi dengan Ale, Ellea seperti ringan sekali membagi beban hidup pada Ale, satu-satunya teman yang masih mau menganggapnya ada. "Kenapa loncerita ini ke gue?" "Hanya ingin," jawab Ellea singkat. Ellea lantas menceritakan semua kejadian yang dialaminya kepada Ale, tanpa ada yang ditutup-tutupi. Anehnya Ellea tidak menceritakan kejadian tragis yang dialaminya itu seperti tanpa beban, tidak ada raut sedih dan terluka yang terpampang di wajah ayunya. "Termasuk yang ini juga?" tunjuk Ale sedikit menyingkap rok yang dikenakan Ellea.
Dengan langkah ragu Ellea mengumpulkan sedikit demi sedikit keberanian yang dia punya. Untuk sekedar bertatap muka kepada seluruh anggota keluarganya yang sedang berkumpul di ruang keluarga. Pertama langkah Ellea tertuju kepada sang kepala keluarga, Hendrik Tanjung. Mengabaikan rasa takutnya, Ellea lantas bersimpuh di bawah kaki sang ayah. "Ayah.. terima kasih telah sudi membiayai sekolah Ellea sampai hari ini Ellea dinyatakan lulus. Ellea minta maaf jika belum bisa jadi anak yang Ayah inginkan." Sunyi, tidak ada balasan dari seorang ayah untuk putrinya. Bahkan ketika Ellea mengulurkan tangan bermaksud untuk meminta restunya, Hendrik menolaknya secara langsung dengan pergi begitu saja. 'Tak apa setidaknya aku sudah mencoba, dan meminta maaf.' Hatinya sangat terluka, tetapi Ellea harus terima apa pun keputusan sang ayah. Fokusnya beralih kepada sosok wanita yang telah berjasa
Kehidupan baru Ellea dimulai ketika dia membuka kedua matanya. Sang surya telah berada di puncaknya. Artinya ia sudah tertidur lumayan lama.Mereka tiba di apartemen dini hari tadi, dan keduanya langsung istirahat karena merasa lelah akibat perjalanan yang begitu panjang. Beranjak, Ellea membuka daun jendela istananya lebar-lebar, hal pertama yang dilihatnya ialah pemandangan deretan gedung pencakar langit seperti yang ditempatinya ini. Berikut barisan mobil berjejer rapih di jalanan yang nampak begitu kecil dari tempatnya berdiri. Menghembuskan napas perlahan, Ellea beranjak keluar dari sana untuk sekedar melihat-lihat detail bangunan yang akan menjadi tempat tinggalnya. Ekor matanya melirik ke arah jam yang menempel di dinding ruang tamu yang ditapakinya, jarum jam menunjuk diangka 2 siang. 'Pantas saja aku merasa lapar, ternyata aku sudah melewatkan waktu isi perut sebanyak dua kali.'
"El, lo bisa masak, kan?" tanya Ale. Tidak ada kegiatan yang dilakukan keduanya selepas makan, mereka hanya menghabiskan waktu dengan bersantai menikmati tontonan televisi sebagai hiburan. "Bisa, kenapa?" "Oh good! Kalau gitu kamu bersiap, ya. Kita akan belanja kebutuhan dapur dan mulai hidup sehat dengan makan masakan rumahan." Ellea menyatukan kedua alisnya, merasa ada yang aneh dari ucapan Ale. "Memang selama ini Kakak makan makanan yang tidak sehat?" "Karena gue tidak ada bakat memasak, jadi selama ini makanan yang masuk ke perut gue ya makanan cepat saji." "Tapi aku tidak ada baju ganti lagi, Kak." Ellea memandang dirinya sendiri yang masih memakai pakaian semalam. Itu pun hasil beli dadakannya di toko baju pinggir jalan saat posisinya masih berada di kawasan kota tempat tinggalnya. Sebelum akhirnya Ale memasuki pintu